Berita Hangat Hari Ini

Anti-Semitisme: Sebuah Siasat Herzl



Kemajuan pembauran kaum Yahudi yang tampaknya tidak tercegah (dan penolakan kaum Yahudi pada program Zionis) memacu kaum Zionis ke arah persekongkolan dengan para anti-Semit.  Orang yang memulainya adalah Theodor Herzl, pemimpin pertama gerakan Zionis.  Herzl menyadari bahwa, untuk memaksa kaum Yahudi meninggalkan rumah-rumah mereka saat itu dan pindah ke Israel, anti-Semitisme adalah sebuah kebutuhan.  Upaya apa pun untuk meyakinkan kaum Yahudi berpindah ke Tanah Suci Palestina memerlukan gerakan anti-Semit yang andal sebagai pendorong.

Sementara itu, anti-Semitisme, yang muncul bersamaan dengan rasisme abad ke-19, telah memadamkan harapan banyak orang Yahudi yang berpikir mereka dapat tinggal di Eropa bebas dari pembedaan perlakuan dan pelecehan.  Herzl menekankan bahwa anti-Semitisme itu suatu penyakit yang tak tersembuhkan, dan satu-satunya penyelamatan bagi kaum Yahudi adalah pulang ke Palestina.  Pendapat Hezl bahwa orang Yahudi dan bukan Yahudi tak dapat hidup berdampingan sangat sejalan dengan pemikiran anti-Semit.  Mengomentari kesejajaran ini, Hezl menyatakan bahwa anti-Semitisme dapat sangat membantu kampanye Zionis.

Herzl tak puas memikat kaum Yahudi berpindah dengan ajakan-ajakan diplomatis.  Sebagaimana ditulis oleh seorang tokoh politik dan cendekiawan tersohor Perancis Roger Garaudy dalam bukunya The Case of Israel: A Study of Political Zionism (Kasus Israel: Sebuah Kajian tentang Zionisme Politik), Herzl menyokong pemisahan kaum Yahudi bukan untuk membina suatu agama atau budaya yang terpisah, melainkan sebuah negara.  Herzl bahkan melanjutkan dengan berjanji kepada Plehve, menteri dalam negeri Rusia semasa pogrom-pogrom (pembantaian kaum Yahudi) Kishinev yang keji, bahwa ia akan menang atas kaum Yahudi yang berperan besar dalam hasutan revolusi melawan tsar (raja Rusia), sehingga mencegah pemberontakan, sebagai balasan atas bantuan Rusia mengirimkan orang-orang Yahudi kembali ke Palestina.
Rencana Herzl bersekongkol dengan orang-orang anti-Semit telah menjadi cara yang paling disukai para pemimpin Yahudi penerusnya.  Akhirnya, Herzl menjadi pendukung pergerakan anti-Semit yang bersemangat.  Roger Garaudy menulis bahwa pada tahun 1896, sebelum menerbitkan bukunya The Jewish State (Negara Yahudi), Herzl menjawab kecaman bahwa ia bekerja merugikan kaum Yahudi dengan menyatakan tanpa ragu bahwa para anti-Semit akan menjadi sahabat karib kaum Zionis. 

Herzl dan para Zionis lainnya sepakat tentang tujuan-tujuan bersama.  Niat mereka adalah memindahkan semua kaum Yahudi ke Palestina.  Inilah sebuah pemecahan yang sempurna bagi para anti-Semit, yang ingin melindungi kemurnian ras mereka dari pencemaran melalui percampuran dengan kaum Yahudi.  Theodore Fritsch, penerbit Antisemitische Correspondenz(Surat-Menyurat Anti-Semit, belakangan disebut Deutsch-Soziale Blatter, Cacar Sosial Jerman), sebuah majalah anti-Yahudi tersohor, menyambut baik Kongres Zionis Pertama, dan mengirimkan ucapan selamatnya bagi penerapan sebuah teori yang mensyaratkan bahwa kaum Yahudi meninggalkan Jerman dan bermukim di Palestina.

Herzl percaya bahwasanya akan berbahaya bagi Zionisme jika kaum Yahudi merasa kerasan di negara-negara tempat mereka berada; ia mengatakan: “Kaum Yahudi membentuk suatu masyarakat tunggal, dan tidak bisa dipadukan dengan kaum-kaum lain.  Namun, mereka memang berbaur dengan masyarakat mana pun jika merasa aman di dalamnya untuk waktu yang lama.  Dan itu tak akan pernah menjadi minat kita.” Karena itu, menurut pemimpin Zionis ini, langkah pertama yang harus diambil adalah menciptakan rasa permusuhan terhadap kaum Yahudi.

Sejalan dengan itu, para pemimpin Zionis akan mendorong ketegangan psikologis, membuat kaum Yahudi resah dengan serangan-serangan anti-Semit yang membikin geram.  Dengan tindakan-tindakan itu, para pemimpin Zionis berharap dapat meyakinkan kaum Yahudi bahwa mereka berada dalam bahaya di Diaspora dan bahwa mereka hanya dapat diselamatkan dengan berpindah ke Tanah Suci Palestina.

Herzl berupaya memancing kaum anti-Semit dengan sebuah cara yang mengejutkan, yakni menambahkan kalimat-kalimat pada buku hariannya yang akan mendorong mereka percaya pada persekongkolan Yahudi dan lalu merangsang mereka menyerang kaum Yahudi.  Tiga seri buku harian Herzl diterbitkan di tahun 1922 dan 1923.  Seorang penulis Austria dan penerbit buku Österreichische Wochenschrift (Mingguan Austria), Josep Samuel Bloch, yang mengenal baik Herzl, menulis tentang buku-buku harian itu: “Surat-surat yang dikirimkan kepada Rothschild dan Baron Hirsch, serta penegasan bahwa orang Yahudi itu pemberontak dan penggerak revolusi berbakat di negara-negara yang mereka tinggali, cukup membawa kehancuran pada kaum Yahudi.  Herzl telah menyediakan musuh-musuh kaum Yahudi dasar bagi sebuah ‘pemecahan masalah Yahudi’.  Ia telah menunjukkan jalan untuk diikuti di dalam kegiatan mereka selanjutnya.  Buku-buku harian itu benar-benar mengerikan.”  Herzl bekerja keras membangkitkan anti-Semitisme dan membangun persekutuan dengan para anti-Semit sampai akhir hayatnya.  Upaya-upaya yang dilakukannya atas nama Zionisme tidak begitu berhasil: kebanyakan kaum Yahudi Eropa menolak pindah ke Tanah Suci Palestina.

Subscribe to receive free email updates:

0 Response to "Anti-Semitisme: Sebuah Siasat Herzl"

Post a Comment