Semalam saya iseng membuka catatan-catatan lama. Ternyata saya temukan renungan seputar melahirkan. Itu adalah catatan saya tiga tahun yang lalu.
Ketika memasuki tri semester kedua kehamilan, saya mulai mempersiapkan diri untuk prosesi paling terhormat bagi perempuan : melahirkan.
Sangat wajar ketika seorang ibu hamil merasa cemas untuk melewati fase tersebut. Terutama bagi kehamilan pertama. Karena seorang perempuan harus berjuang sendiri untuk itu. Berikut adalah catatan saya waktu itu untuk mengurangi kecemasan melahirkan: (mohon maaf jika tidak ditampilkan ayat-ayatnya, saya belum memiliki kapasitas untuk itu)
1. Sikap pasrah
Keputusan Allah swt yang terbaik bagi kita – sang ibu. Allah Maha Mengetahui apa yang terbaik bagi kita melebihi kita sendiri. Siapkan diri untuk kondisi apa pun.
Jika memang selamat ibu dan bayi, jadikan sebagai ajang ibadah. Asuh dan didik anak secara total karena diberi kesempatan hidup.
Ibu selamat, bayi tidak. Ikhlaskan. Bayi akan menjadi jalan bagi orangtuanya ke surga
Bayi selamat, ibu tidak. Jihad. Semoga diizinkan mengucapkan laa ilaaha ilallah. Anak menjadi anak sholeh yang menebar kebaikan di mana pun ia berada, bermanfaat bagi sebanyak-banyaknya umat, serta tidak menjadi beban bagi orang lain.
2. Berikhtiar supaya proses melahirkan berjalan lancar
Things to do:
Persiapan secara psikis : tingkatkan ibadah; seperti memperbanyak ikhtiar, dzikir, dan doa. Sempurnakan ibadah wajib dan sunah.
Persiapan secara fisik : lakukan jalan kaki, cukup 30 menit setiap hari, terutama di pagi hari karena udara yang masih segar, sekaligus melatih pernafasan. Tarik nafas dalam-dalam, tahan 10 detik, hembuskan melalui mulut pelan-pelan dengan sedikit berdesis. Paru-paru kita menyukai hal ini.
Dan jangan tergantung suami. Dulu, saya juga melakukannya sendiri. Seandainya suami bisa menemani, anggap itu bonus. Nikmati saat-saat seperti itu untuk berdialog antar ibu dan janin.
Jika memasuki tri semester ketiga, senam hamil juga cukup penting (saya sendiri belum sempat melakukannya).
Persiapan fisik lain yang cukup klasik : makan sehat dan istirahat cukup. Ada banyak buku dan artikel di internet yang membahas tentang ini. Ujung-ujungnya sih perbanyak makan sayur dan buah, masak daging dengan matang, perbanyak minum air putih minimal 8 gelas sehari (kebiasaan ini berlanjut hingga sekarang), kurangi makanan yang mengandung 3P : Pengawet Perasa Pewarna.
3. Miliki hubungan interpersonal yang mendukung
Lingkungan yang positif pasti mempengaruhi kondisi emosional ibu hamil. Saat hamil, saya sedang menyelesaikan skripsi. Saya sangat menikmati proses interaksi dengan teman-teman kampus yang seringkali gemas melihat perut yang buncit. Bahkan ketika si janin mulai menendang, saya sering meminta teman-teman untuk menyapanya.
Ternyata, setelah si kecil lahir, dia memang menjadi pribadi yang menyenangkan. Terbuka dengan orang baru, merasa nyaman dengan lingkungan baru, dan cepat akrab dengan siapa pun.
0 Response to "Mengatasi kecemasan melahirkan"
Post a Comment