Hal lain yang perlu dijelaskan adalah bahwa ideologi yang dikenal sebagai anti-Semitisme merupakan sebuah ajaran pagan (penyembahan berhala) yang tak akan pernah dianut seorang Muslim.
Kita perlu menelaah akar anti-Semitisme untuk melihatnya lebih jelas. Istilah ‘anti-Semitisme’ umum digunakan dalam makna ‘kebencian kepada kaum Yahudi’, sekalipun makna sebenarnya adalah ‘kebencian kepada ras Semit’, dengan kata lain, segenap ras Semit. Ini mencakup orang-orang Arab, Yahudi, dan beberapa kelompok etnis lainnya di Timur Tengah. Terdapat kemiripan yang dekat di antara bahasa-bahasa dan kebudayaan-kebudayaan Semit. Misalnya, bahasa Arab dan Ibrani amat mirip satu sama lain.
Kelompok ras dan bahasa terbesar kedua yang telah mempengaruhi sejarah dunia adalah ‘Indo-Eropa’. Sebagian besar bangsa-bangsa Eropa masa kini berasal dari kelompok ini.
Tiada keraguan bahwa para Nabi telah diutus ke semua ragam peradaban dan masyarakat ini untuk mengabarkan tentang keberadaan dan keesaan Allah serta perintah-perintahNya. Ketika meneliti sejarah tertulis, kita melihat bahwa bangsa-bangsa Indo-Eropa telah memeluk kepercayan pagan sejak zaman yang sangat kuno. Peradaban Yunani dan Romawi, serta suku-suku biadab seperti Jerman dan Viking yang tinggal di Eropa Utara pada masa yang sama, semuanya memeluk kepercayaan politeis (banyak tuhan) dan pagan. Itulah mengapa seluruh peradaban kuno itu tak beracuan akhlak sama sekali. Mereka menganggap kekerasan dan kebengisan sah-sah saja dan patut dipuji, serta secara luas terlibat perbuatan-perbuatan mesum seperti homo dan perzinahan. Tak boleh kita melupakan bagaimana Kekaisaran Romawi, yang umum dipandang sebagai lambang terpenting peradaban Indo-Eropa, sebenarnya sebuah masyarakat keji tempat manusia dicabik-cabik di sebidang tanah lapang hanya untuk hiburan.
Suku-suku pagan yang menguasai Eropa ini mulai mempercayai satu Tuhan baru ketika di bawah pengaruh seorang nabi yang diutus kepada ras-ras Semit, yakni, Nabi Isa. Risalah Nabi Isa, yang diutus sebagai nabi untuk Bani Israel dan beliau sendiri secara ras dan bahasa adalah seorang Yahudi, perlahan-lahan mulai menyebar ke seluruh Eropa, dan suku-suku yang sebelumnya pagan mulai satu per satu menerima ajaran Nasrani. (Di sini, kami mesti mengingatkan bahwa saat itu ajaran Nasrani telah dicemari, dan gagasan sesat Trinitas mulai memasuki agama itu).
Namun, bersama dengan melemahnya pengaruh Nasrani di Eropa pada abad ke-18 dan 19, dan kian kuatnya ideologi dan filsafat yang mendukung ateisme, sebuah gerakan yang tak lazim lahir: neo-paganisme. Para pemimpin gerakan ini menolak ajaran Nasrani yang dianut masyarakat Eropa dan bersikeras bahwa kembali ke kepercayaan pagan kuno mereka itu penting. Menurut para neo-pagan ini, pemahaman akhlak masyarakat pagan Eropa (yakni, jiwa biadab, suka berperang, kejam, yang terhibur oleh pertumpahan darah dan tak mengenal penahanan diri) itu lebih hebat dari yang timbul ketika mereka berpaling ke ajaran Nasrani (yakni, akhlak rendah hati, welas asih, dan jiwa beriman)
Seorang wakil terkemuka gerakan itu, yang juga dianggap sebagai salah satu pendiri utama fasisme, adalah Friedrich Nietzsche, yang sangat keras memusuhi ajaran Nasrani dan percaya bahwa agama telah merusak jiwa ksatria bangsa Jerman dan, karena itu, saripati kemuliaannya. Ia menyerang ajaran Nasrani dalam bukunya Anti-Christ(Anti-Kristus) dan membela budaya-budaya pagan kuno dalam bukunya Thus Spake Zarathustra (Dan Bersabdalah Zarathustra). (Catatan: Zarathustra adalah pengembang ajaran Zoroastrianisme, sebuah agama kuno Persia.)
Selain sangat memusuhi ajaran Nasrani, kaum neo-pagan juga memiliki kebencian besar kepada Yudaisme yang mereka anggap akar dasar agama Nasrani. Mereka bahkan menggambarkan agama Nasrani sebagai ‘dunia yang ditundukkan sepotong gagasan Yahudi’ dan menganggapnya sebuah ‘persekongkolan Yahudi’. Tak diragukan, kaum neo-pagan juga membenci Islam, satu-satunya agama yang berTuhan esa, dengan sama bencinya.
Gerakan neo-pagan ini mengobarkan api kebencian terhadap agama sekaligus melahirkan ideologi fasisme dan anti-Semitisme. Saat kita secara khusus mengamati landasan-landasan ideologi Nazi, tampak jelas bahwa Hitler dan kawan-kawannya adalah pagan dalam makna yang sebenar-benarnya.
0 Response to "Akar Kelam Anti-Semitisme"
Post a Comment