Gerakan Zionisme secara umum dikendalikan oleh WZO, yang didirikan pada Kongres Zionis Pertama. Sejak kematian Herzl di tahun 1904 hingga 1911, David Wolffsohn mengetuai WZO; antara 1911 dan 1920, Otto Warburg adalah ketuanya. Setelah itu, Chaim Weizmann memimpin WZO sampai tahun 1946 (kecuali kurun 1931 – 1935, Nahum Sokolow menjadi ketua). David Ben Gurion adalah tangan kanan Weizmann, dan keduanya akhirnya menduduki jabatan presiden dan perdana menteri Israel pada saat berdirinya.
Arah politik WZO adalah sosial demokrat. Akan tetapi, negara yang memiliki hubungan terdekat dengan para pemimpin WZO selama paruh pertama abad ke-20 adalah Inggris. (Tentu saja, hubungan antara Nazi dan ZVfD, cabang WZO di Jerman, dirahasiakan). Suatu kubu pembangkang perlahan-lahan muncul dalam WZO. Sayap WZO ini condong ke kanan, bertentangan dengan kecenderungan kiri organisasi ini secara umum. Kubu baru ini, dipimpin seorang Yahudi Rusia bernama Vladmir Jabotinsky, segera dikenal sebagai Zionisme yang Revisionis.
Di tahun 1933, para Revisionis menarik diri dari WZO dan mendirikan organisasi sendiri yang dinamakan New Zionist Organisation (NZO, Organisasi Zionis Baru) sebagai akibat pertentangan yang telah tumbuh sejak pertengahan 1920-an.
Jabotinsky menganjurkan garis keras terhadap Inggris, yang telah menetapkan batas bagi jumlah pendatang Yahudi karena khawatir pada kemarahan bangsa Arab. Ideologi Jabotinsky lebih keras dan radikal daripada WZO. Bahkan kadang-kadang ia dirujuk sebagai “Vladimir Hitler” karena pandangan ekstrim kanannya. Ia meringkaskan ideologinya sebagai berikut: humanisme dungu tak akan berdampak pada kesantunan masa kini; kekuasaan adalah satu-satunya hal yang dapat mempengaruhi politik dunia. Bagi Jabotinsky, mereka yang percaya pada keadilan adalah orang bodoh, sebab keadilan milik orang yang berkuasa dan menggunakan kekuasaan itu untuk meraih keinginannya. Paham Jabotinsky sebenarnya versi Yahudi dari fasisme dan Nazisme yang berkembang di tahun 1920-an dan 1930-an. Ketika membentuk pasukan paramiliternya, Betar, ia meniru Pasukan Seragam Hitamnya Mussolini dan SA-nya Hitler. Anggota-anggota Betar saling menyapa dengan salam cara fasis. Menjelang akhir tahun 1930-an, kaum Revisionis mendirikan suatu pasukan bawah tanah, Irgun Zvei Leumi (Organisasi Militer Nasional). Irgun dan LEHI (Lohamei Herut Yisrael – Pejuang Kemerdekaan Israel), yang didirikan oleh Avraham Stern di tahun 1940, melakukan serangan-serangan berdarah di tahun-tahun berikutnya. Pada waktu itu, Menahem Begin, kemudian menjadi pemimpin Partai Likud dan perdana menteri Israel, adalah anggota Irgun; pemimpin Irgun lainnya, Yitzhak Shamir, yang juga menjadi perdana menteri Israel, adalah seorang teroris yang giat dalam Gerombolan Stern.
Dengan memandang sayap kanan dan kiri Zionisme, akan beralasan untuk berpikir bahwa masing-masing mencari sekutu-sekutu non-Zionis dengan kecenderungan ideologis serupa. Ini pastilah kedudukan sejarah resmi. Kisah-kisah Zionis mengatakan kepada kita bahwa WZO sepihak dengan Inggris, sementara para Revisionis menentang Inggris dan mengembangkan hubungan dekat dengan Mussolini. Suatu penyelidikan yang lebih menyeluruh mengungkapkan bahwa menarik perbedaan ideologi yang tajam di antara kedua kubu tak bisa dibenarkan. Ini karena keduanya, khususnya WZO, membentuk persekutuan yang tampak bertentangan dengan ideologi yang mereka nyatakan. Hubungan WZO-Nazi yang dibahas di halaman-halaman sebelumnya tentulah sebuah contoh yang baik. Kita juga akan melihat bahwa WZO membangun kaitan-kaitan penting dengan Mussolini, sebagaimana yang dilakukan para Revisionis. Fakta-fakta ini menimbulkan pertanyaan tentang pentingnya perbedaan ideologis di antara para Zionis. Jika kedua pihak mempunyai hubungan dengan kaum Nazi dan Fasis, apa makna sayap “kanan” dan “kiri” dalam Zionisme?
Seorang Amerika pakar masalah Timur Tengah Richard Curtiss menawarkan sebuah jawaban atas pertanyaan ini dalam Washington Report on Middle East Affairs (Laporan Washington tentang Masalah Timur Tengah), di mana ia menjadi kepala penyuntingnya. Dalam sebuah artikel berjudul The Good Cops and Bad Cops Who Killed the Peace Process (Para Polisi Baik dan Polisi Jahat yang Membunuh Proses Perdamaian), Juni 1955, ia berpendapat bahwa perbedaan di antara kedua kubu dalam sejarah politik Zionisme dan Israel sebenarnya tak lebih dari siasat “polisi baik-polisi jahat”. Ini sebuah siasat kuno dan terkenal, digunakan di setiap kantor polisi di seluruh dunia. Sang tersangka ditinggalkan sendirian di sebuah ruangan. Tak berapa lama, seorang polisi yang suka menyerang dan pemarah masuk. Ia meneror tersangka, bahkan terkadang memukulnya. Setelah polisi pertama pergi, seorang polisi lain, tampak lebih ramah dan mengasihani, masuk. Ia mengatakan kepada tersangka bahwa polisi yang sebelumnya itu sangat kejam. Jika tersangka mau bercerita padanya, sang polisi baik, apa yang diketahuinya, sang polisi baik mungkin dapat melindunginya dari sang polisi jahat. Tentunya, sandiwara itu telah dilatih baik. Sang polisi baik dan polisi jahat bekerjasama, masing-masing memainkan perannya.
Itulah siasat polisi baik-polisi jahat, dan sering kali berhasil. Menurut Ricard Curtiss, dua gerakan politik Israel yang bersaing telah memainkan siasat itu sejak tahun 1930-an. Curtiss menemukan contoh-contoh tercatat pertama siasat mereka mundur ke tahun 1940-an. Pada 16 September 1948, para teroris dari kelompok revisionis Gerombolan Stern membunuh Count Folke Bernadotte di Yerusalem. Bernadotte adalah seorang perunding PBB di Palestina dan terkenal akan kecamannya tehadap kebijakan pendudukan Israel. Perdana Menteri Ben Gurion mengutuk pembunuhan itu dan menyatakan bela sungkawanya yang mendalam di markas besar PBB. Namun, para pemimpin komplotan pembunuh itu, tampaknya, tak dapat ditemukan. Belakangan, mereka muncul di tempat-tempat yang mengejutkan. Joshua Cohen, pembunuh Berhadotte, menjadi pengawal pribadi perdana menteri. Yitzhak Shamir, salah satu pemimpin yang memerintahkan pembunuhan itu, ditunjuk menjadi kepala seksi Eropa dari Mossad (badan intelijen Israel). Selama masa jabatan Ben Gurion sebagai perdana menteri, sejumlah agen Mossad di Eropa membunuh sejumlah musuh-musuh Israel atas perintah Shamir.
Hanya terdapat satu penjelasan: air mata Ben Gurion atas kematian Bernadotte adalah palsu. Perdana menteri Israel dari Partai Karya itu amat gembira atas pembunuhan Bernadotte oleh Gerombolan Stern. Ia sedang memainkan peran polisi baik untuk meredakan kemarahan dunia. Curtiss menyebutkan banyak lagi contoh sandiwara polisi baik-polisi jahat Zionis semacam itu, tak semuanya berkaitan langsung dengan perhatian kita berikutnya: mengapa ada dua kubu berbeda dalam gerakan Zionis, sementara keduanya bersekongkol dengan kaum Nazi dan Fasis.
Jawaban pertanyaan itu adalah Inggris, karena satu-satunya perbedaan nyata di antara kedua sayap (mengingat keduanya bekerjasama dengan Nazi) adalah sikap mereka terhadap Inggris. Karena keresahan bangsa Arab, Inggris telah menerapkan pembatasan atas perpindahan kaum Yahudi ke Palestina, yang berada di bawah pemerintahan Inggris sebagai mandat dari Liga Bangsa-Bangsa (cikal bakal PBB). Ini membuat geram para Zionis. Mereka perlu bertindak melawan Inggris, namun melecehkan adikuasa ini akan berakibat buruk bagi Zionisme. Maka, kaum Zionis memainkan siasat polisi baik-polisi jahat pada Inggris. Sementara WZO mempertahankan hubungan baik dengan Inggris, para pengikut Vladimir Jabotinsky membom sasaran-sasaran milik Inggris di Palestina. WZO tulus menyatakan bahwa para Zionis akan selalu berpihak kepada Inggris, dan bahwa serangan-serangan itu dilakukan para fanatik. Inggris tidak berpaling menghadapi Zionisme sebagai satu kesatuan.
Ketika akhirnya jemu dengan serangan-serangan Revisionis, Inggris mundur dari Palestina. Setelah itu, sebuah negara Yahudi diproklamasikan atas separuh daerah Palestina, menyusul resolusi PBB di tahun 1947. Siasat polisi baik-polisi jahat telah berhasil. Polisi baik dan polisi jahat kembali bersatu ketika NZO, yang didirikan oleh Jabotinsky, dibubarkan dan bergabung dengan WZO. Itulah cerita sebenarnya tentang perbedaan antara para Zionisme Revisionis dan Zionisme sayap kiri, yang diwakili WZO. Kebenarannya nyata: kebijakan-kebijakan mereka, kecuali sikap mereka yang terkenal terhadap Inggris, sebenarnya serupa. Italianya Mussolini memberikan gambaran lain kesepakatan di bawah permukaan di antara kubu-kubu Zionis.
0 Response to "Kubu-kubu dalam Zionisme, atau ‘Polisi Baik/Polisi Jahat’"
Post a Comment