Berita Hangat Hari Ini

Mekanisme Pertahanan Tubuh

 Tubuh akan selalu berhubungan dengan agen penyakit atau mikroba, seperti bakteri, virus, jamur dan parasit, melalui kulit, mulut, saluran pernapasan, saluran pencernaan, lapisan membran mata dan juga jaringan yang lebih dalam. Tubuh mempunyai sistem kekebalan, yaitu sistem tanggap kebal (sistem imun). Sistem imun adalah kemampuan tubuh untuk dapat mengenali dan menghancurkan benda-benda yang dianggap asing oleh tubuh yang kemudian akan diambil dan diolah oleh sel yang peka antigen dengan cara memproduksi antibodi (Tizard 1988).
     Bila sistem imun terpapar zat yang dianggap asing, maka ada dua jenis respon imun yang dapat terjadi, yaitu respon imun non spesifik yang umumnya merupakan imunitas bawaan (natural immunity) dan respon imun spesifik atauimunitas dapatan (acquired immunity). Imunitas bawaan adalah kekebalan yang didapatkan sejak lahir sedangkan imunitas dapatan adalah kekebalan yang terbentuk setelah terpapar benda asing atau kuman tertentu, seperti virus dan toksin (Tizard 1988). Imunitas dapatan terdiri dari respon imun humoral, respon imun selular dan interaksi antara respon imun humoral dan respon imun selular (antibody dependent cell mediated). Respon imun humoral diawali dengan diferensiasi limfosit B menjadi satu populasi sel plasma yang memproduksi dan melepaskan antibodi spesifik ke dalam darah sedangkan respon imun selular (Cell mediated immunity) didapat melalui pembentukan sel limfosit yang teraktifasi dalam jumlah besar yang secara khusus dibuat untuk menghancurkan benda asing (Boedina 2000).
     Respon imun individu terhadap unsur-unsur patogen sangat bergantung pada kemampuan untuk mengenal dan melakukan reaksi yang tepat untuk menyingkirkan antigen. Faktor yang dapat mempengaruhi status kekebalan tubuh hewan antara lain faktor genetik, lingkungan dan fisiologi (Roitt 1988).

Sistem Limforetikular
     Sistem limforetikular dikelompokkan dalam 2 unsur, yakni unsur selular yang terdiri atas limfosit yang berfungsi dalam respon imun spesifik dan sel-sel lain yang berperan dalam respon imun non spesifik. Unsur yang kedua adalah unsur organ dan jaringan yang terbagi dalam organ limfoid primer (timus) dan organ limfoid sekunder (limpa, kelenjar limfe dan jaringan limfoid lain).

Unsur Selular
     Semua sel yang berfungsi dalam respon imun diketahui berasal dari sel induk pluripoten yang kemudian berdiferensiasi melalui dua jalur, yaitu jalur limfoid yang membentuk limfosit dan turunannya serta jalur mieloid yang membentuk sel-sel fagosit dan sel-sel lain (Boedina 2000).
     Setiap limfosit memiliki reseptor pada permukaannya yang mampu mengenal antigen tertentu. Walaupun demikian, limfosit-limfosit yang lain masih dapat mengenal jenis antigen lain, sehingga seluruh populasi limfosit dapat mengenal sejumlah antigen yang bervariasi (Boedina 2000).
     Disamping populasi limfosit, masih ada sel-sel lain yang juga berperan dalam respon imun, yaitu fagosit mononuklear yang terdiri atas monosit dan makrofag serta granulosit yang disebut sel-sel polimorfonuklear (PMN) terdiri atas sel-sel neutrofil, eosinofil dan basofil. Sel lain yang juga berperan dalam respon imun adalah mastosit dan trombosit (Boedina 2000).
     Sel fagosit mononuklear berkembang dari sel induk mieloid yang dihasilkan oleh sumsum tulang. Sel ini mempunyai dua fungsi, yaitu sebagai: fagosit profesional dengan fungsi utama menghancurkan antigen dan sebagai Antigen Presenting Cell (APC) yang fungsinya menyajikan antigen kepada limfosit. Sebagai fagosit profesional yang terpenting adalah makrofag.
1. Limfosit
     Limfosit merupakan sel leukosit agranulosit yang memiliki sitoplasma dengan warna biru muda pada pewarnaan HE. Intinya sangat besar dan berwarna ungu tua. Ukurannya paling kecil diantara ketiga sel granulosit.

Pada kondisi normal jumlah limfosit pada mencit yaitu 55%-85% dari total
leukosit (Smith dan Mangkoewidjojo 1988). Limfosit ini berdiferensiasi menjadi sel T dan sel B yang berperan penting dalam respon imun. Sel T berperan dalam imunitas seluler dan diperkirakan 70-75 % dari seluruh limfosit darah. Sel T menimbulkan respon imun selular sedangkan sel B akan menghasilkan antibodi pada respon imun humoral. Limfosit berfungsi sebagai pembunuh alami yang dapat menghancurkan sel-sel asing atau sebagai penghasil antibodi untuk respon spesifik (Guyton & Hall 1997).

1)    Organ Limfatik
     Menurut Boedina (2000), organ dan jaringan limfoid terbagi dalam dua kelompok utama, yaitu organ limfoid primer yang fungsi utamanya adalah embriogenesis dari sel-sel yang berfungsi dalam respon imun dan organ limfoid sekunder yang disamping limfopoesis juga beraksi aktif terhadap stimulasi antigen. Termasuk kedalam organ limfoid primer antara lain timus dan bursa Fabricious pada unggas, sedangkan organ limfoid sekunder antara lain limpa, simpul limfe (lymph nodus).

2)    Timus
     Timus terdiri dari sejumlah lobul berisi epitelial yang tersusun longgar dan setiap lobul dibatasi oleh kapsul jaringan ikat. Di bagian luar setiap lobulus, yaitu korteks, diinfiltrasi padat dengan limfosit, tetapi pada bagian dalam, yaitu medula, sel epitelial jelas terlihat (Gambar 2.2.). Kelenjar timus berada di bagian anterior mediastinum, terbagi dalam dua lobus dan banyak lobulus yang masing-masing terdiri atas korteks dan medula. Sel induk pluripoten yang merupakan cikal bakal sel T, masuk ke dalam timus lalu berploriferasi menjadi sel yang disebut timosi.

     Penyediaan darah ke timus berasal dari arteri yang masuk melalui jaringan
ikat pembatas dan menjulur sebagai anteriol sepanjang pertemuan kortiko-medula. Kapiler yang terjadi dari arteriol ini dibatasi oleh penghalang yang terdiri dari endotel, membran basal yang sangat tebal dan lapisan luar dari sel epitelial yang berkesinambungan. Penghalang ini efektif mencegah antigen yang beredar memasuki korteks timus. Tidak ada saluran limfe yang masuk ke dalam timus (Tizard 1988).
     Fungsi timus belum diketahui dengan jelas karena tidak adanya akibat yang terlihat nyata bila timus pada hewan dewasa dibuang. Namun, pada rodensia yang baru lahir dapat memberi dampak bila timusnya dibuang. Hal tersebut dikarenakan hewan menjadi lebih peka terhadap infeksi.

3)    Limpa
     Limpa berfungsi sebagai penyaring (filter) darah dan penyimpan zat besi (Fe) untuk dimanfaatkan kembali dalam sintesis hemoglobin yang terkait dengan respon imunologi terhadap antigen yang berasal dari darah dan menyimpan eritrosit serta trombosit. Limpa dibungkus oleh jaringan ikat tebal sebagai kapsula dan dibagian luar dibalut oleh peritonium. Kapsula memiliki dua lapis jaringan ikat dan otot polos yang berfungsi sebagai penunjang parenkim limpa. Trabekula terdiri dari serabut kolagen, serabut elastik dan otot polos mulai dari kepala sampai ke hilus. Trabekula mengandung arteri, vena, pembuluh limfe dan syaraf (Gambar 2.3.). Kapsula, trabekula dan serabut retikuler menunjang

Subscribe to receive free email updates:

0 Response to " Mekanisme Pertahanan Tubuh"

Post a Comment