Berita Hangat Hari Ini

SEJARAH DICHLORO DIPHENYL TRICHLOROETHANE

Pencarian senyawa-senyawa sintetik secara sistematik baru dimulai sejak ditemukannya efek insektisida dari DDT (singkatan dari nama trivialnya; 4,4-Dichloro Diphenyl Trichloroethane). Penemuan DDT juga merupakan awal dari pengembangan senyawa kimia dari kelompok atau kelas hidrokarbon berklor (chlorinated hydrocarbon) (Djojosumarto, 2006). Dichloro Diphenyl Trichloroethane disintesis oleh Othmar Zeidler pada tahun 1873. Namun, efek insektisidanya baru ditemukan oleh Paul Muller pada tahun 1939 di Swiss (Djojosumarto, 2006; Tarumingkeng, 2007). Pada tahun 1946, untuk pertama kalinya resistensi DDT pada lalat rumah diteliti di Swedia. 

Sebelum diuji secara resmi di Research Station for Fruit Growing, Viticulture, and Horticulture di Wadenswil (Jerman), uji efikasi DDT telah dilakukan oleh Paul Muller terhadap Calliphora vomitoria dan beberapa spesies serangga lainnya. Selanjutnya, DDT dikembangkan oleh R. Weismann dari perusahaan J.R. Geigy. 

Oleh karena efikasinya yang sangat baik, DDT menjadi sangat terkenal di bidang pertanian dan bidang kesehatan masyarakat. Dichloro Diphenyl Trichloroethane sempat dijuluki the wonder chemical, bahan kimia ajaib yang menyelamatkan ribuan hektar tanaman dari serangan hama serangga (Djojosumarto, 2006). 

Dichloro Diphenyl Trichloroethane adalah insektisida paling ampuh yang pernah ditemukan dan digunakan manusia dalam membunuh serangga, tetapi juga paling berbahaya bagi umat manusia, sehingga dijuluki “The Most Famous and Infamous Insecticide”. 

Pada tahun 1962, Rachel Carson dalam bukunya yang terkenal, Silent Spring menjuluki DDT sebagai obat yang membawa kematian bagi kehidupan di bumi. Demikian berbahayanya DDT bagi kehidupan di bumi, sehingga atas rekomendasi EPA (Environmental Protection Agency) Amerika Serikat pada tahun 1972, DDT dilarang digunakan terhitung 1 Januari 1973. Pengaruh buruk DDT terhadap lingkungan sudah mulai tampak sejak awal penggunaannya pada tahun 1940-an, dengan menurunnya populasi burung elang sampai hampir punah di Amerika Serikat. Dari pengamatan ternyata elang terkontaminasi DDT dari makanannya (terutama ikan sebagai mangsanya) yang tercemar DDT. Dichloro Diphenyl Trichloroethane menyebabkan cang­kang telur elang menjadi sangat rapuh sehingga rusak jika dierami. Dari segi bahayanya, oleh EPA DDT digolongkan dalam bahan racun PBT (persistent, bioaccumulative, and toxic) material. 

Walaupun di negara-negara maju (khususnya di Amerika Utara dan Eropa Barat) penggunaan DDT telah dilarang, di negara-negara berkembang terutama India, RRC, dan negara-negara Afrika dan Amerika Selatan, DDT masih digunakan. Banyak negara telah mela­rang penggunaan DDT kecuali dalam keadaan darurat terutama jika muncul wabah penyakit seperti malaria, demam berdarah, dsb. (Tarumingkeng, 2007). Ijin untuk menggunakan DDT dalam keadaan darurat oleh karena insektisida alternatif lebih mahal, lebih toksik, dan tidak seefektif DDT (Sadasivaiah et al., 2007). Departeman Pertanian RI telah melarang penggunaan DDT di bidang pertanian, sedangkan larangan penggunaan DDT di bidang kesehatan dilakukan pada tahun 1995. Komisi Pestisida RI juga sudah tidak memberi perijinan bagi penggunaan pestisida golongan hidrokarbon berklor (chlorinated hydrocarbon) atau organoklorin (golongan insektisida di mana DDT termasuk) (Tarumingkeng, 2007). 



PENGGOLONGAN INSEKTISIDA 

Insektisida adalah bahan yang mengandung persenyawaan kimia yang digunakan untuk membunuh serangga. Menurut Hoedojo (2000) dan Tarumingkeng (2001), insektisida berdasarkan macam bahan kimianya dibagi dalam: 

1. Insektisida sintetik 

1) Anorganik: garam-garam beracun seperti arsenat, flourida, tembaga sulfat, dan garam merkuri. 

2) Organik: 

a. Organoklorin: 

a) Seri DDT: DDT, DDD, metoksiklor. 

b) Seri klorden : klorden, dieldrin, aldrin, endrin, heptaklor, toksafen. 

c) Seri BHC: BHC, linden. 

b. Heterosiklik:kepone, mirex, dll. 

c. Organofosfat: malathion, biothion, diazinon, dll. 

d. Karbamat: furadan, sevin, dll. 

e. Dinitrofenol: dinex, dll. 

f. Thiosianat: lethane, dll. 

g. Sulfonat, sulfida, sulfon. 

h. Lain-lain:methylbromide, dll. 

2. Hasil alam: nikotinoida, piretroida, rotenoida, dll. 

Sumber: Hoedojo & Zulhasril (2000); Tarumingkeng (2001). 

Subscribe to receive free email updates:

0 Response to "SEJARAH DICHLORO DIPHENYL TRICHLOROETHANE "

Post a Comment