Berita Hangat Hari Ini

RESISTENSI SERANGGA TERHADAP DDT

RESISTENSI SERANGGA TERHADAP DDT 

Kartika Ishartadiati 

Dosen Fakultas Kedokteran Universitas Wijaya Kusuma Surabaya 


ABSTRAK 

Dichloro Diphenyl Trichloroethane (DDT) adalah insektisida organik sintetik yang termasuk golongan organoklorin (chlorinated hydrocarbon). DDT disintesis oleh Othmar Zeidler pada tahun 1873, namun efek insektisidanya baru ditemukan oleh Paul Muller pada tahun 1939. Oleh karena efikasinya yang sangat baik, DDT menjadi sangat terkenal di bidang pertanian dan bidang kesehatan masyarakat, dan digunakan secara luas sejak tahun 1945. Namun pada tahun 1948 sudah mulai dilaporkan terjadinya resistensi DDT pada nyamuk dan lalat. 

Kata kunci: resistensi, serangga, DDT (Dichloro Diphenyl Trichloroethane) 



INSECT RESISTANCE TO DDT 

Kartika Ishartadiati 

Lecturer Faculty of Medicine University of Wijaya Kusuma Surabaya 



ABSTRACT 

Dichloro Diphenyl Trichloroethane (DDT) is a synthetic organic insecticide which belongs to organochlorine (chlorinated hydrocarbon). DDT was synthesized by Othmar Zeidler in 1873, but the insecticide effect discovered by Paul Muller in 1939. Because of its strong efficacy, DDT became very popular in the field of agriculture and public health fields, and has been widely used since 1945. But the occurrence of DDT’s resistance in mosquitoes and flies has been already reported in 1948. 

Keywords: resistance, insect, DDT (Dichloro Diphenyl Trichloroethane) 




PENDAHULUAN 

Berkembangnya resistensi berbagai jenis serangga terhadap insektisida pada 50 tahun terakhir, merupakan masalah paling serius yang kita hadapi sejak digunakannya secara luas insektisida organik sintetik di seluruh dunia pada akhir Perang Dunia II. Meskipun resistensi serangga terhadap insektisida anorganik telah diketahui sejak tahun 1910-an, namun kasus ini meningkat nyata sejak ditemukannya insektisida organik sintetik. Resistensi serangga terhadap insektisida merupakan fenomena global yang dirasakan baik di negara-negara maju maupun negara-negara berkembang, seperti Indonesia. 

DDT (Dichloro Diphenyl Trichloroethane) adalah insektisida organik sintetik yang pertama kali ditemukan, dan digunakan secara luas sejak tahun 1945. DDT pernah disanjung “setinggi langit” karena jasa-jasanya dalam penanggulangan berbagai penyakit yang ditularkan vektor serangga (Untung, 2004). Di India, pada tahun 1960 kematian oleh malaria mencapai 500.000 orang turun menjadi 1000 orang pada tahun 1970. World Health Organization memperkirakan bahwa DDT selama Perang Dunia II telah menyelamatkan sekitar 25 juta jiwa terutama dari ancaman malaria dan tifus (Tarumingkeng, 2007). Namun pada tahun 1948 sudah mulai dilaporkan terjadinya resistensi DDT pada nyamuk dan lalat (Untung, 2004). 

Pada tahun 1954 Anopheles sundaicus dinyatakan resisten terhadap DDT (Hoedojo & Zulhasril, 2000). Uji kerentanan Anopheles aconitus yang dilakukan secara intensif di Jawa Tengah dan Jawa Timur, hasil yang didapat menerangkan bahwa daerah An. Aconitus resisten DDT dari tahun ke tahun makin meluas, sehingga pada tahun 1985 semua daerah yang diuji kerentanan menunjukkan bahwa An. Aconitus telah resisten terhadap DDT, meskipun derajat resistensinya berbeda-beda (Kirnowardoyo, 1989). 

Sebagian besar peningkatan resistensi insektisida disebabkan oleh tindakan manusia dalam mengaplikasikan insektisida tanpa dilandasi oleh pengetahuan yang menyeluruh tentang sifat-sifat dasar insektisida kimia termasuk pengembangan populasi resisten (Untung, 2004).

Subscribe to receive free email updates:

0 Response to "RESISTENSI SERANGGA TERHADAP DDT "

Post a Comment