Tumbuhan Lawsonia inermis L atau dikenal dengan nama inai, sejauh ini penggunaannya diketahui sebagai pewarna kuku pada wanita terutama pada acara-acara khusus seperti pernikahan, khususnya di kawasan Sumatera. Namun oleh masyarakat pedesaan tertentu di Indonesia daun inai digunakan juga sebagai obat penyembuh luka, yaitu dengan cara dilumatkan kemudian ditempelkan di daerah luka. 5
Penelitian-penelitian di luar negeri telah membuktikan bahwa daun Lawsonia inermis L efektif terhadap berbagai bakteri (Kritikar dan Basu,15Awadh-Ali dkk,18 Habbal dkk,22 dan Aqil dkk.23), dan memiliki efek anti-inflamasi, analgesik, dan antipiretik (Ali dkk.17), sehingga daun ini banyak digunakan untuk pengobatan. Hal ini telah dibuktikan juga oleh Zubardiah,5 dan Zubardiah dkk, 24 bahwa daun Lawsonia inermis L efektif menghambat pertumbuhan bakteri Actinobacillus actinomycetemcomitans dan Streptococcus mutans melalui pengujian dengan minimum inhibitory concentration (MIC) dan minimal bactericidal concentration (MBC). Dengan demikian diharapkan daun Lawsonia inermis L efektif sebagai bahan pengobatan untuk berbagai penyakit, termasuk penyakit dan peradangan di dalam rongga mulut.
Penyakit periodontal atau penyakit pada jaringan penyangga gigi merupakan salah satu jenis penyakit di dalam rongga mulut yang paling sering dijumpai di samping karies; terutama di negara-negara berkembang dan bersifat kronis. Penyakit periodontal dimulai dari gingivitis yaitu peradangan pada jaringan penyangga gigi yang terletak paling luar. Prevalensi gingivitis di Indonesia berdasarkan indek kalkulus mencapai 45,8% di daerah rural, dan 38,4% di daerah urban, serta meningkat sesuai bertambahnya umur.25 Gingivitis tahap awal dapat bersifat reversibel atau sembuh dengan sendirinya, tetapi bila tidak memperoleh perawatan dapat menjadi kronis dan peradangan berlanjut ke jaringan penyangga gigi yang lebih dalam menjadi periodontitis. Bila jaringan yang lebih dalam mengalami kerusakan, gigi akan kehilangan penyanggaan, menjadi goyang dan mudah lepas.26,27
Menurut Survey Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) Tahun 2004, secara umum 39% penduduk Indonesia mempunyai masalah kesehatan gigi dan mulut. Prevalensi masalah kesehatan gigi dan mulut pada kelompok umur 25-64 tahun pada penduduk pedesaan dan penduduk Kawasan Timur Indonesia (KTI) berada di atas prevalensi nasional. Secara keseluruhan 7% penduduk kehilangan seluruh gigi. Persentase tertinggi penduduk yang kehilangan seluruh gigi adalah pada kelompok 65 tahun atau lebih, yaitu sebesar 30%, kemudian kelompok umur 55- 64 tahun (18%), dan kelompok umur 45-54 tahun (7%).28
Pengujian efektivitas daun Lawsonia inermis L telah dilakukan oleh Zubardiah,5 terhadap bakteri Actinobacillus actinomycetemcomitans (Aa), karena Aa merupakan salah satu jenis bakteri patogen penyebab penyakit periodontal yang ditemukan di dalam plak. Actinobacillus actinomycetemcomitans merupakan salah satu mikroorganisme utama yang erat kaitannya dengan early-onset localized periodontitis,29 atau Localized aggressive periodontitis.30 Bakteri Aa dinyatakan memiliki kemampuan yang tinggi dalam memproduksi lekotoksin yang mendorong kerusakan jaringan periodontal.29 Pada orang dewasa muda yang terserang Localized aggressive periodontitis ditemukan bakteri Aa dalam jumlah lebih besar. Bakteri Aa juga banyak ditemukan pada penderita penyakit endokarditis.31
Pengujian efektivitas daun Lawsonia inermis L dilakukan juga terhadap Streptococcus mutans oleh Zubardiah dkk.24 Streptococcus mutans merupakan spesies bakteri rongga mulut yang terdapat dalam jumlah banyak, beberapa diantaranya sangat patogen, dan lainnya merupakan penghuni flora normal pada orofaring dan traktus gastrointestinal.32 Black dkk,33 menyatakan juga bahwa Streptococcus rongga mulut adalah spesies bakteri yang pertama kali berkolonisasi pada permukaan gigi dan banyak terdapat pada biofilm plak gigi. Streptococcus mutans merupakan bakteri yang pertama kali berada pada biofilm selama awal pembentukan plak di samping Streptococcus sanguis dan Streptococcus salivarius.
Gingivitis timbul akibat aksi bakteri yang terdapat di dalam plak gigi. Plak melekat sangat erat pada permukaan gigi dan hanya dapat hilang melalui pembersihan dengan sikat gigi dan alat pembersih interdental. Senyawa yang bersifat antibakteri dibutuhkan untuk membantu menghilangkan peradangan dengan cara menghambat pertumbuhan bakteri dan menurunkan konsentrasi bakteri di dalam plak gigi.34 Pemberian agen antimikroba berupa obat kumur kepada pasien gingivitis terbukti dapat mengurangi kedalaman poket, mengurangi jumlah bakteri patogen periodontal, dan menghasilkan perawatan yang maksimal.
0 Response to "Pewarna Kuku Lawsonia inermis L "
Post a Comment