. Dinamika masyarakat
Lingkungan akan banyak mempengaruhi dinamika yang ada di masyarakat, baik lingkungan sosial, ekonomi, politik dan budaya. Globalisasi terjadi dengan tidak bisa kita bendung sehingga membawa dampak pada berbagai bidang. Demikian pula berkembangnya teknologi informasi membawa banyak perubahan di masyarakat dari berbagai kalangan.
Mudahnya masyarakat dalam mengakses informasi dari luar semakin mandukung terjadinya perubahan di masyarakat, baik mengarah ke positip maupun perubahan yang berujung negatif. Sebagian besar masyarakat di wilayah Gunungkidul telah memiliki sarana informasi baik berupa televisi, player ataupun radio yang bisa diakses di seluruh wilayah kecamatan sehingga informasi dari luar daerah dengan mudah bisa dinikmati sebagai hiburan sekaligus sumber informasi yang bisa merubah pola kehidupan masyarakat. Hal ini juga didukung dengan semakin mudahnya masyarakat dalam akses transportasi karena jalan yang telah banyak dibangun.
Banyaknya penduduk usia produktif yang bekerja di luar daerah Gunungkidul membawa perubahan pada ekonomi maupun budaya setempat. Pada musim lebaran tiba, maka “kaum boro” ini akan banyak yang pulang kampung (mudik) untuk tujuan silaturohmi yang tentunya juga membawa dana dan berbagai pengalaman yang akan berdampak pada masyarakat di wilayah asalnya.
Kegiatan gotong royong di masyarakat juga terlihat masih kental yang dibuktikan dengan budaya menengok orang sakit, saling kunjung bila ada warga yang hajatan, kegiatan kerja bakti di kampung, dan sebagainya yang masih banyak dijumpai baik di desa maupun di wilayah perkotaan.
4. Kemitraan dengan Pihak Swasta
Dalam melaksanakan pembangunan di bidang kesehatan, Dinas Kesehatan dan KB banyak melakukan kerjasama dengan lintas sektor, swasta dan pihak luar negri. Lintas sektor yang memberikan kontribusi dalam pembangunan bidang kesehatan diantaranya Dinas Sobermas, Dinas Pendidikan, Kebanglinmas, Dinas pertanian, Dinas Peternakan, dan Kantaor Pengendalian Dampak Lingkungan (Kapedal). Pihak swasta yang terlibat dalam pembangunan kesehatan meliputi Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) dan lembaga kemasyaraatan yang berada di wilayah Kabupaten Gunungkidul. Untuk pihak luar yang berperan dalam pembangunan kesehatan di wilayah Gunungkidul pada lima tahun terakhir adalah dari First Propincial Health Project (PHP I) dengan sumber dana dari Bank Dunia.
Dalam penanganan pasca gempa bumi 27 Mei 2006, beberapa pihak swasta baik dalam negri maupun luar negri telah memberikan andil dalam membangun fasilitas fisik dan penanganan pasien. Pembangunan fisik gedung pasca gempa yang dilakukan pihak swasta adalah Puskesmas Pembantu Banyusoco, Playen II oleh karyawan PT. Otsuka dan Puskesmas Patuk I oleh PT Unilever Indonesia sedangkan pembangunan Puskesmas yang dibantu dari luar negri meliputi Puskesmas Playen II dibangun dari Korea dan Puskesmas Panggang I oleh Japanesse Red Cross Society (JRCS) atau Palang Merah Jepang.
Lingkungan akan banyak mempengaruhi dinamika yang ada di masyarakat, baik lingkungan sosial, ekonomi, politik dan budaya. Globalisasi terjadi dengan tidak bisa kita bendung sehingga membawa dampak pada berbagai bidang. Demikian pula berkembangnya teknologi informasi membawa banyak perubahan di masyarakat dari berbagai kalangan.
Mudahnya masyarakat dalam mengakses informasi dari luar semakin mandukung terjadinya perubahan di masyarakat, baik mengarah ke positip maupun perubahan yang berujung negatif. Sebagian besar masyarakat di wilayah Gunungkidul telah memiliki sarana informasi baik berupa televisi, player ataupun radio yang bisa diakses di seluruh wilayah kecamatan sehingga informasi dari luar daerah dengan mudah bisa dinikmati sebagai hiburan sekaligus sumber informasi yang bisa merubah pola kehidupan masyarakat. Hal ini juga didukung dengan semakin mudahnya masyarakat dalam akses transportasi karena jalan yang telah banyak dibangun.
Banyaknya penduduk usia produktif yang bekerja di luar daerah Gunungkidul membawa perubahan pada ekonomi maupun budaya setempat. Pada musim lebaran tiba, maka “kaum boro” ini akan banyak yang pulang kampung (mudik) untuk tujuan silaturohmi yang tentunya juga membawa dana dan berbagai pengalaman yang akan berdampak pada masyarakat di wilayah asalnya.
Kegiatan gotong royong di masyarakat juga terlihat masih kental yang dibuktikan dengan budaya menengok orang sakit, saling kunjung bila ada warga yang hajatan, kegiatan kerja bakti di kampung, dan sebagainya yang masih banyak dijumpai baik di desa maupun di wilayah perkotaan.
4. Kemitraan dengan Pihak Swasta
Dalam melaksanakan pembangunan di bidang kesehatan, Dinas Kesehatan dan KB banyak melakukan kerjasama dengan lintas sektor, swasta dan pihak luar negri. Lintas sektor yang memberikan kontribusi dalam pembangunan bidang kesehatan diantaranya Dinas Sobermas, Dinas Pendidikan, Kebanglinmas, Dinas pertanian, Dinas Peternakan, dan Kantaor Pengendalian Dampak Lingkungan (Kapedal). Pihak swasta yang terlibat dalam pembangunan kesehatan meliputi Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) dan lembaga kemasyaraatan yang berada di wilayah Kabupaten Gunungkidul. Untuk pihak luar yang berperan dalam pembangunan kesehatan di wilayah Gunungkidul pada lima tahun terakhir adalah dari First Propincial Health Project (PHP I) dengan sumber dana dari Bank Dunia.
Dalam penanganan pasca gempa bumi 27 Mei 2006, beberapa pihak swasta baik dalam negri maupun luar negri telah memberikan andil dalam membangun fasilitas fisik dan penanganan pasien. Pembangunan fisik gedung pasca gempa yang dilakukan pihak swasta adalah Puskesmas Pembantu Banyusoco, Playen II oleh karyawan PT. Otsuka dan Puskesmas Patuk I oleh PT Unilever Indonesia sedangkan pembangunan Puskesmas yang dibantu dari luar negri meliputi Puskesmas Playen II dibangun dari Korea dan Puskesmas Panggang I oleh Japanesse Red Cross Society (JRCS) atau Palang Merah Jepang.
0 Response to "Dinamika Masyarakat Gunungkidul"
Post a Comment