Tujuan iklan busana Muslim dan artikel yang ditulis tentang busana Muslim adalah menunjukkan bahwa kalau berjilbab, atau berpakaian Islam, tidak harus mengorbankan kecantikannya. Beberapa artikel menulis bahwa memang bisa berjilbab dan masih menjadi cantik.
Majalah dan Buku-buku
Majalah-majalah memberi gambaran tentang kesan perempuan teladan. Sejak abad ke-18, majalah memberi campuran nasihat dan hiburan. Majalah-majalah itu adalah buku yang mengajar bagaimana hidup di antara kebudayaan patriarkhal (Storey 1993). Majalah-majalah menciptakan keinginan untuk merasa penyelasaian, tetapi juga mengakui pekerjaan sehari-hari perempuan (Story 1993). Oleh karena itu, majalah yang mengiklankan busana Muslim menunjukkan bagaimana menjadi perempuan yang teladan, karena majalah itu juga ada artikel tentang kesehatan, pekerjaan, dan keluarga. Busana Muslim menjadi lambang perempuan yang berhasil mencampurkan keluarga, pernikahan, dan pekerjaan (Craik 1994).
Khususnya selama bulan Ramadan majalah-majalah penuh dengan artikel tentang busana Muslim. Dalam satu terbitan Muslimah, yang adalah majalah untuk Muslimah muda, ada beberapa artikel tentang selebriti, pelatihan dan sebagainya, tetapi semua orang yang difoto berjilbab. Ada perkumpulan artikel-artikel tentang obesitas, dan salah satu artikel ini bernama "Gaya Segar Si Cantik" (Yuyun 2004:26-27), yang memberi ide bagaimana berbusana Muslim supaya mengurangi badan gemuk. Juga ada artikel yang memberi nasihat bagaimana memelihara rambut yang ditutup oleh jilbab, dan tren baru untuk mukena (Canti 2004:40-41).
Buku-buku tentang berbusana Muslim juga populer. Buku-buku untuk sasaran konsumen yang bermacam-macam - dari remaja sampai Ibu-Ibu yang sudah tua. Buku-buku itu memberi ide bagaimana trend terbaru berjilbab, dan menjawab pertanyaan tentang busana Muslim. Tetapi, juga ada buku yang berpendapat kalau mengikuti tren busana Muslim, praktek itu buruk. Salah satu buku ini, Bahaya Mode (Khalid 1999) berpendapat bahwa Muslimah tidak boleh mengikuti tren busana Muslim, karena tujuan busana Muslim supaya perempuan tidak dipandang secara bernafsu oleh laki-laki, dan kalau kelihatan cantik dan bermode sambil berbusana Muslim, pasti akan mengundang nafsu. Oleh karena itu, buku itu memberi nasihat bagaimana berbusana Muslim dengan aman, dan apa yang buruk tentang majalah-majalah Muslimah dan tren-tren busana Muslim.
Koran[1]
Koran yang dipakai untuk penelitian ini adalah tabloid yang bernama ‘Aura’ dan ‘Nyata’ - dua koran tabloid khususnya untuk wanita di Indonesia. Karena lebih murah daripada majalah, koran tabloid bisa memberikan semua kelas sosial nasihat yang sama dengan majalah, tetapi lebih murah.
Kosmetika
Sunsilk Hijau adalah contoh bahwa industri kecantikan sudah menyadari bahwa busana Muslim menjadi unsur penting industri mode. Sunsilk Hijau adalah sampo terbaru dari Sunsilk untuk rambut yang gatal dan berminyak di penghujung hari - yaitu rambut yang ditutup oleh kerudung. Yang sangat menarik adalah cara mengiklankan produk ini.
Iklan Sunsilk Hijau dibintangi Inneke Koesherawati - bintang cantik yang pernah terkenal sebagai aktres yang seksi, tetapi sekarang berkerudung. Untuk iklan ini, Inneke berkerudung dan di iklan itu ditulis 'bersih segar berkerudung'[2].
Televisi
Di televisi, beberapa selebriti berbusana Muslim, dan oleh karena itu, busana Muslim menjadi gaya yang bermode dan 'trendi'. Misalnya, pada bulan Ramadan, bintang dari acara AFI (Akademi Fantasi Indosiar – persaingan nyanyi di televisi) berdiskusi apa maksudnya agama Islam untuk mereka sendiri, sambil berbusana Muslim. Mereka dilihat sebagai selebriti yang paling trendi dan modern, dan pasti menjadi orang teladan dalam bidang tren. Tri Utami, penyanyi terkenal dan salah satu wasit di acara AFI, adalah contoh pemakaian busana Muslim yang bemode dan anggun. Inneke Koesherawati, yang sudah disebut di atas, juga sering di televisi, dan berbusana Muslim yang paling modern.
Fashion Show
Fashion Show (pameran pakaian) adalah cara untuk orang-orang melihat busana Muslim sambil dipakai oleh peragawati. Foto-foto yang diambil dari fashion show sering di dalam koran dan majalah.
Pengalaman di 'Fashion Show'
Sesudah mewawancarai Ibu Alphiana Chandrajani, dia mengajak saya ikut ke fashion show di Supermal di Surabaya. Itu adalah pameran dari siang sampai malam, dan tujuan itu untuk menunjukkan mode dari bermacam-macam perancang mode dari Surabaya.
Kami naik mobil ke mal itu, tetapi berhenti sebentar supaya membeli tabloid Nova, yang ada foto desain Ibu Alphiana di dalam. Kami datang di mal itu dan mengikuti Ibu Alphiana, sedang membawa beberapa pakaian, topi dan kerudung untuk pameran itu. Ketika kami datang ke belakang panggung, ada banyak peragawati yang masuk dengan cepat, mencium para perancang, dan mulai melepaskan pakaian sendiri supaya mulai memakai pakaian dari perancang-perancang, sekalipun ada perancang laki-laki yang bisa lihat. Hal ini sebenarnya bertentangan dengan ajaran Islam.
Saya duduk di depan panggung dan membaca tulisan yang ditulis di atas panggung itu. Ini adalah fashion show untuk bridal fair (pameran pakaian, undangan, bunga-bunga dll. untuk pernikahan) di mal itu. Tetapi karena pakaian Alphiana Chandrajani bukan pakaian pernikahan, ini adalah pameran pakaian malam, yang bisa dipakai di pernikahan, serta pakaian pernikahan. Desain-desain Alphiana Chandrajani satu-satunya desain busana Muslim. Semua desain lain dalam gaya barat, tetapi desainnya termasuk sebagai bagian yang biasa di dalam pameran ini.
Ada musik dari Barat yang terdengar dengan keras. Musik ini adalah musik tentang hubungan seksual, tetapi karena kata-kata dalam bahasa Inggris, mungkin penonton tidak bisa mengerti. Ada banyak lampu-lampu yang berwarna, dan oleh karena itu, ada suasana gembira dan yang mengandung harapan.
Para penonton adalah orang dari kelas menengah sampai kelas atas, dan karena ini adalah pameran pernikahan, ada banyak pasangan yang berpacaran yang meneliti bagaimana pernikahannya akan dijalankan. Ada banyak Ibu-Ibu juga, yang punya anak perempuan yang akan menikah, tetapi ada banyak keluarga juga, dengan anak-anak kecil.
Ketika pertunjukkan mode mulai, lampu-lampu dimatikan, dan asap muncul dari belakang panggung. Kira-kira enam peragawati muncul dari asap itu, dipakai dalam pakaian Alphiana Chandrajani. Mereka cantik, dan berdansa dan berjalan-jalan di atas panggung supaya para penonton bisa melihat desain-desain itu[3]. Ada tukang potret yang di samping panggung, dan mereka berdesakan supaya bisa mengambil foto yang paling bagus untuk majalah-majalah dan koran-koran.
Sesudah peragawati yang memakai desain-desain Ibu Alphiana menghabiskan waktunya di panggung, ada kelompok peragawati baru yang mulai bermain di panggung. Ibu Alphiana datang dan duduk di samping saya. Ternyata perancang desain-desain yang sedang di panggung diciptakan oleh salah satu murid Ibu Alphiana dari LPTB Susan Budiharjo. Yang menarik adalah desain-desain ini seksi, dan badan peragawati mudah dilihat oleh para penonton[4].
Ibu Alphiana menjelaskan kepada saya bahwa dia mengajar desain mode - bukan desain mode Islam. Murid-murid boleh mengekspresikan kreativitas sendiri tanpa dikritik oleh Ibu Alphiana. Bahkan waktu saya menonton, perancang desain-desain tadi memasuki panggung supaya menerima tepukan dari para penonton, dan ternyata dia memakai jilbab.
Analisis
Dari semua informasi tersebut, bisa dilihat bahwa industri distribusi busana Muslim adalah industri yang sangat besar. Artikel yang mempertunjukkan bagaimana memakai jilbab, bagaimana menjahit busana Muslim dan bagaimana tetap cantik sementara berbusana Muslim sudah banyak.
Artikel-artikel tentang busana Muslim ditawarkan sama dengan artikel tentang kesehatan, masakan, dan kesantaian dalam satu edisi majalah atau koran tabloid. Perempuan diberi kebutuhan supaya menjadi perempuan yang berhasil dan senang. Oleh karena itu, majalah dan koran memberi kesan bahwa kalau mau menjadi perempuan teladan di Indonesia, bisa. Supaya menjadi perempuan teladan, mengikuti tren yang ada di artikel tentang busana Muslim, dan membaca artikel-artikel yang lain. Busana Muslim ditawarkan sebagai bagian supaya menjadi perempuan teladan di Indonesia.
Tetapi masih ada kesan bahwa busana Muslim tidak baik - yaitu tidak punya arti-arti karena dipengaruhi oleh industri mode. Pendapat ini mengikuti ideologi kebudayaan massa - dan pendapat itu diespresikan dalam buku-buku seperti Bahaya Mode. Tetapi, pendapat ini - bahwa mode dan Islam adalah campuran yang berbahaya - hanya diberikan oleh kelompok minoritas di Indonesia.
Karena busana Muslim tersedia sama busana lain di dalam beberapa majalah dan koran tabloid di Indonesia, ini bukti bahwa industri mode Islam bagian biasa industri mode di Indonesia. Di dalam fashion show, yang dijelaskan di atas, peragawati mencontoh busana Muslim sama busana biasa - peragawati yang tidak beragama Islam atau tidak berbusana Muslim sendiri.
Dari contoh Sunsilk Hijau bisa dilihat bahwa industri kosmetika juga menjadi tertarik pada busana Muslim, karena mereka menjadi sadar bahwa industri ini sudah bertambah cepat. Perusahaan itu meneliti bagaimana menciptakan sampo yang khusus untuk orang berkerudung. Metode mempromosikan sampu itu pandai. Mereka pakai peragawati/pemain yang namanya Inneke Koesherawati. Dulu, dia terkenal sebagai pemain yang seksi, tetapi baru-baru ini dia menentukan berkerudung. Di seluruh iklan Sunsilk Hijau, rambut Inneke Koesherawati tidak bisa dilihat.
Toko Hanna dan Muslim Agung Shop belum mengiklankan barang-barangnya - mereka sudah menerima begitu banyak langganan karena busana Muslim sudah populer. Busana ini diiklankan sering dari majalah, televisi, koran dan industri kosmetika, jadi cara mulut-kemulutnya adalah cara yang baik untuk pedagang busana Muslim. Gaya busana Muslim adalah gaya yang jarang diubah, menurut pemilik toko tersebut, maka orang sudah tahu apa yang di dalam toko busana Muslim. Oleh karena itu, mudah untuk berbelanja busana Muslim.
Yang menarik adalah pendapat para pemilik toko busana Muslim tersebut yang berpikir busana Muslim sudah menjadi populer dari tiga sampai lima tahun yang lalu. Mungkin pendapat ini tergantung pada konteks ekonomi. Menurut seorang tailor dan perancang mode Islam dari bab sebelum bab ini, busana Muslim menjadi populer jauh sebelum waktu itu. Tetapi, yang sudah disebut dalam sejarah busana Muslim di Indonesia, busana Muslim mulai sebagai busana yang agak mahal, terus hanya kelas ekonomi dan sosial yang tertinggi bisa beli. Toko-toko seperti Agung Muslim Shop dan Toko Hanna ternyata juga untuk orang yang kurang kaya. Demikian juga kelas ekonomis dan sosial menengah dan rendah bisa berbelanja di sana.
0 Response to "Cara Mengiklankan Busana Muslim "
Post a Comment