Satu peran terpenting dalam pengembangan ideologi Nazi di Jerman dimainkan oleh pemikir Jorg Lanz von Liebenfels, seorang penganut setia neo-paganisme. Dialah orang pertama yang menemukan bintang swastika, yang kemudian menjadi lambang Partai Nazi, dari sumber-sumber ajaran pagan dan benar-benar menggunakannya. Organisasi Ordo Novi Templi yang didirikan oleh Lanz mengabdikan diri sepenuhnya demi kebangkitan kembali paganisme. Lanz secara terbuka menyatakan memuja Wotan, salah satu dewa suku-suku pagan Jerman kuno. Dalam pandangannya, Wotanisme adalah agama alamiah rakyat Jerman, dan bangsa Jerman hanya dapat diselamatkan dengan kembali menganutnya.
Ideologi Nazi berkembang sepanjang garis-garis yang ditarik oleh Lanz dan para pemikir neo-pagan serupa. Alfred Rosenberg, tokoh terdepan di kalangan pemikir Nazi, secara terbuka menyatakan bahwa ajaran Nasrani tak mampu memberikan ‘energi jiwa (spiritual)’ bagi Jerman baru yang sedang dibina di bawah kepemimpinan Hitler; karena itu, bangsa Jerman harus kembali kepada agama pagan kunonya. Menurut pandangan Rosenberg, lambang-lambang keagamaan di gereja pasti akan disingkirkan jika Nazi berkuasa, ditukar dengan salinan buku Hitler Mein Kampf (Pertarunganku), swastika, dan pedang yang mewakili keunggulan Jerman. Hitler sangat terpengaruh oleh pandangan Rosenberg, namun gagal menerapkan teori agama Jerman baru itu karena khawatir terjadi protes sosial besar-besaran. (1)
Meski demikian, sejumlah perbuatan pagan dipraktikkan selama Nazi berkuasa. Sesaat setelah Hitler berkuasa, hari-hari dan perayaran-perayaan suci Nasrani mulai dilarang dan ditukar dengan pilihan pagannya. Selama upacara pernikahan, sumpah dilakukan atas nama dewa-dewa khayal, misalnya ‘Ibu Bumi’ atau ‘Bapa Langit’. Pada tahun 1935, sekolah-sekolah dilarang membiarkan murid-muridnya mengucapkan doa-doa Nasrani. Lalu, pelajaran agama Nasrani sepenuhnya dilarang.
Kepala SS (Schutz-Staffel, Pasukan Pertahanan) Heinrich Himmler menyatakan tentang kebencian rejim Nazi pada ajaran Nasrani: ‘Agama ini wabah penyakit terburuk yang pernah disaksikan dunia. Karena itu, ia perlu disembuhkan.’ (2)
Jadi, permusuhan kaum Nazi kepada kaum Yahudi merupakan bagian terpadu ideologi-ideologi anti-agama ini. Karena menganggap bahwa ajaran Nasrani itu sebuah ‘persekongkolan Yahudi’, kaum Nazi mencoba memisahkan masyarakat Jerman dari ajaran Nasrani di satu sisi, dan di sisi lain, memaksa kaum Yahudi meninggalkan Jerman dengan melakukan berbagai bentuk tekanan pada mereka dan menyelenggarakan serangan-serangan jalanan. (Persekutuan antara Zionisme dan Nazisme lahir pada waktu ini, sebagaimana akan kita lihat lebih rinci di Bab Dua).
Ketika mengamati beragam kelompok neo-Nazi dan fasis di barisan depan anti-Semitisme masa kini, kita melihat hampir semua mereka berideologi anti-agama yang sama dan memakai semboyan-semboyan yang berdasarkan konsep-konsep pagan.
0 Response to "Nazisme: Paganisme Abad ke-20"
Post a Comment