Perspektif konstruktivisme dan interpretisme sesungguhnya merujuk pada maksud yang tidak jauh berbeda. Istilah interpretism digunakan untuk menjelaskan pendekatan yang berpangkal pada pemikiran sosiolog Jerman, Max Weber, dan filosuf Jerman, Wilhem Dilthey. Ada dua tipe pendekatan inti dari ilmu pengetahuan yang sangat fundamental yaitu pendekatan “Naturwissenschaft” (natural science) dan Geistessenchaft (mental science). Sedangkan berkaitan dengan pengetahuan sosial (social science), Weber menyatakan bahwa social science menyelidiki “aksi sosial yang berarti” (meaningful social action) atau aksi sosial yang memiliki maksud tertentu (Zen, 2004: 44-45).
Perspektif Konstruktivisme memberikan penjelasan bahwa individu mengintepretasikan dan mengaktualisasikan konsep dalam tindakan tidak begitu saja terjadi. Akan tetapi, hal itu lahir melalui proses penyaringan dari cara berpikir seseorang mengenai sebuah kejadian. Perspektif ini lahir dari pemikiran Jesse Delia dan koleganya dan kemudian dikembangkan oleh George Kelly. (Littlejohn, 2005 : 112-113). Berangkat dari pemikiran ini kita bisa melihat bahwa tugas seorang konstruktivis tidaklah mudah. Mengingat dunia arti di balik sebuah peristiwa perlu dipahami dengan seksama, menyeluruh, diintrepretasikan sampai akhirnya lahir sebuah makna.
Mekanisme kerja media massa masyarakat seringkali tidak konsisten dan bahkan seringkali bertentangan antara kegiatan satu dengan kegiatan lain. Kenyataan ini terjadi bukan saja karena adanya perbedaaan penafsiran terhadap suatu fakta, tetapi juga karena adanya konflik nilai yang mendasar dan konflik kepentingan dalam masyarakat. Kenyataan seperti itu lebih banyak dibahas oleh sosiologi daripada ilmu pengetahuan sosial lainnya, karena masalah tersebut memang merupakan bagian dari pokok persoalan sosiologi.
Dalam bidang sosiologi (khususnya sosiologi organisasi) dibagi dalam dua dimensi yang bisa ditampilkan dalam gambar secara berdampingan memungkinkan kita membuat empat paradigma utama. Dimensi vertikalnya (atas – bawah) adalah “Sosiologi Perubahan Radikal” berurutan berkaitan dengan model konflik dan mdel konsensus masyarakat. Dimensi horizontal (kiri ke kanan) memisahkan pandangan subyektif dengan pandangan obyektif terhadap dunia dan cara pendekatan.
Dimensi terakhir ini berkaitan dengan beberapa pertentangan mendasar dalam ilmu pengetahuan sosial – nominalisme versus realisme ; antiposivitisme dengan positivisme ; metodologi ideografik versus metodologi nomotetik. Keempat paradigma tersebut adalah : kiri atas, humanisme radikal ; kanan atas, strukturalisme radikal ; kiri bawah , aliran sosiologi intepretatif kanan bawah, fungsionalisme. (Mc. Quail, 1996: 57 - 59).
The Sociology of Radical Change
Radical Humanism Anarchistic Individualism French Existensialism Critical Theory Subjective | Radical Structuralism Contemporary Mediterian Marxism French Existensialism Conflict Theory Objective |
Phenomenology system Hermeunetics Phenomenology Sociology Interpretive Sociology | Integative Theory Social Theory Interactionism And Social Action theory Functionalist Sociology |
The Sociology of Regulation
Skema 1 : Pemetaan Paradigma Model Burrel dan Morgan (Diadopsi dari Zen, 2004 : 46)
Sementara itu, dalam konteks yang hampir sama, Dennis Mc Quail memberikan pemetaan yang lebih rinci tentang dimensi dan kedudukan media dalam ranah teoritis. Menurutnya, harus dibedakan jelas antara media sebagai alat yang dikuasai dan dipakai untuk melayanai kepentingan kelas sosial dominan, kelompok elit atau kelompok penguasa dengan mereka yang memandang media sebagai respons terhadap kebutuhan lapisan bawah yang beraneka ragam, terpisah – pisah, dan tanpa tujuan yang tegas (Mc. Quail, 1996, 58-59).

Radical Humanism Marxist Critical Theory Hegemony Theory (Gramsci) Frankfurt School (Adorno) Social Cultural Approach Technology media centered | Centrifugal (-) Centripetal (-) Radical Structuralism Marxist Materialist Mass Society Theory Social society centered |
Content Individual Functionalism Interpretive Sociology | Material/Behavioral Structural-Functionalism Centrifugal (+ ) Centripetal (+) Functionalist Sociology |
Pluralisme
Skema 2 : Pemetaan Paradigma Model Mc Quail (Diadopsi Mc Quail, 1996 : 58)
Dari pemetaan secara vertikal di atas kita bisa melihat bahwa terdapat media yang mendukung dominasi. Media jenis ini utamanya bercirikan sentralisasi, sumbernya dapat dikontrol oleh segelintir orang, dan terstandardisasi. Sementara semakin ke bawah yaitu yang mendorong pluralisme tentu akan bercirikan sebaliknya. Yaitu memperbanyak sumber dan memiliki pesan yang beragam. Di pihak lain, pemataan secara horizontal memberikan penekanan bahwa ada tarik menarik pemikiran teoritis, mana penggerak yang pertama apakah media atau masyarakat.
Di sisi lain, George Ritzer menggambarkan posisi teori konstruksi realitas sosial pada tingkatan-tingkatan utama dari analisis sosial yang dipetakan ke dalam bentuk salib sumbu Objective-Subjective dan sumbu Microscopic-Macroscopic, seperti terlihat pada skema di bawah ini. Selanjutnya Ritzer menghubungkan keempat level analisis sosial tersebut dalam tiga paradigma sosiologi yang dikemukakannya.
0 Response to "Perspektif Konstruksionisme"
Post a Comment