A. PENGERTIAN TEORI PERTUKARAN
Teori pertukaran sosial adalah teori dalam ilmu sosial yang menyatakan bahwa dalam hubungan sosial terdapat unsur ganjaran, pengorbanan, dan keuntungan yang saling mempengaruhi.Teori ini menjelaskan bagaimana manusia memandang tentang hubungan kita dengan orang lain sesuai dengan anggapan diri manusia tersebut terhadap:
· Keseimbangan antara apa yang di berikan ke dalam hubungan dan apa yang dikeluarkan dari hubungan itu.
· Jenis hubungan yang dilakukan.
· Kesempatan memiliki hubungan yang lebih baik dengan orang lain.
MUNCULNYA TEORI PERTUKARAN SOSIAL
Pada umumnya, hubungan sosial terdiri daripada masyarakat, maka kita dan masyarakat lain dilihat mempunyai perilaku yang saling mempengaruhi dalam hubungan tersebut, yangterdapat unsur ganjaran, pengorbanan dan keuntungan. Ganjaran merupakan segala hal yang diperolehi melalui adanya pengorbanan, manakala pengorbanan merupakan semua hal yang dihindarkan, dan keuntungan adalah ganjaran dikurangi oleh pengorbanan. Jadi perilaku sosial terdiri atas pertukaran paling sedikit antara dua orang berdasarkan perhitungan untung- rugi. Misalnya, pola-pola perilaku di tempat kerja, percintaan, perkawinan, dan persahabatan.
Analisa mengenai hubungan sosial yang terjadi menurut cost and reward ini merupakan salah satu ciri khas teori pertukaran. Teori pertukaran ini memusatkan perhatiannya pada tingkat analisa mikro, khususnya pada tingkat kenyataan sosial antarpribadi (interpersonal). Pada pembahasan ini akan ditekankan pada pemikiran teori pertukaran oleh Homans dan Blau. Homans dalam analisanya berpegang pada keharusan menggunakan prinsip-prinsip psikologi individu untuk menjelaskan perilaku sosial daripada hanya sekedar menggambarkannya. Akan tetapi Blau di lain pihak berusaha beranjak dari tingkat pertukaran antarpribadi di tingkat mikro, ke tingkat yang lebih makro yaitu struktur sosial. Ia berusaha untuk menunjukkan bagaimana struktur sosial yang lebih besar itu muncul dari proses-proses pertukaran dasar.
Berbeda dengan analisa yang diungkapkan oleh teori interaksi simbolik, teori pertukaran ini terutama melihat perilaku nyata, bukan proses-proses yang bersifat subyektif semata. Hal ini juga dianut oleh Homans dan Blau yang tidak memusatkan perhatiannya pada tingkat kesadaran subyektif atau hubungan-hubungan timbal balik yang bersifat dinamis antara tingkat subyektif dan interaksi nyata seperti yang diterjadi pada interaksionisme simbolik. Homans lebih jauh berpendapat bahwa penjelasan ilmiah harus dipusatkan pada perilaku nyata yang dapat diamati dan diukur secara empirik.
B. TEORI PENGURANGAN KETIDAKPASTIAN
1. Pemahaman & Analisis Teori
Teori ini merupakan bagian dari komunikasi interpersonal yang tampak pada dua orang yang pertama kali bertemu. Dua orang yang baru pertama kali bertemu dan memulai percakapan singkat akan memunculkan banyak penilaian subjektif yang kemudian menimbulkan pertanyaan – pertanyaan. Timbulnya pertanyaan akan memunculkan dugaan – dugaan positif maupun negatif, sehingga pada akhirnya akan memunculkan berbagai ketidakpastian. Inilah dasar pencetusan Teori Pengurangan Ketidakpastian ( Uncertainty Reduction Theory) oleh Charles Berger dan Richard Calabrese.
Komunikasi merupakan alat yang digunakan untuk mengurangi ketidakpastian yang ada. Bagaimana penggunaan komunikasi itu sendiri sebagai pengurang ketidakpastian merupakan tujuan dari Teori Pengurangan Ketidakpastian.
Ketidakpastian memiliki 2 tipe, antara lain:
1) Ketidakpastian Kognitif, yaitu ketidakpastian yang dihubungkan dengan keyakinan atau sikap. Keyakinan atau penilaian ini bisa dianut diri sendiri atau orang lain.
2) Ketidakpastian Perilaku, yaitu ketidakpastian yang memiliki batasan perilaku – perilaku yang dapat diprediksi.
Menurut Claude E. Shannon dan Warren Weaver, ketidakpastian ada ketika jumlah alternatif yang mungkin dalam suatu kondisi tinggi/banyak dan kemungkinan terjadinya alternatif – alternatif itu relatif setara. Sebaliknya, mereka menyatakan ketidakpastian menurun ketika alternatif – alternatif yang ada itu terbatas atau kemungkinan munculnya mudah dipilih/diprediksi.
Pengurangan ketidakpastian dapat dilakukan dengan 2 subproses :
i. Prediksi yaitu kemampuan memperkirakan kemungkinan perilaku yang mungkin muncul sehingga membentuk sebuah kepastian.
ii. Penjelasan yaitu kemampuan mengartikan makna dari tindakan tidak pasti.
Keduanya ini membutuhkan suatu keahlian dan pengalaman yang dapat dijadikan sebagai acuan dalam menghadapi ketidakpastian yang mungkin muncul.
Menurut Berger & Calabrese , terdapat tujuh konsep lain yang dapat digunakan sebagai alat pengurang ketidakpastian seperti: output verbal, kehangatan nonverbal, percarian informasi (bertanya), pembukaan diri, resiprositas pembukaan diri, kesamaan , dan kesukaan.
Asumsi Teori Pengurangan Ketidakpastian
a. Orang mengalami ketidakpastian dalam latar interpersonal.
Maksudnya seseorang yang tidak berpengalaman atau tidak memiliki keahlian dalam penguasaan diri dan penguasaan kondisi lingkungan akan lebih mudah terjebak dalam sebuah ketidakpastian. Misalnya seseorang yang belum pernah ikut wawancara beasiswa akan merasa salah tingkah , ditambah lagi jika orang itu tidak ahli menguasai diri dan lingkungan. Penguasaan diri dapat dilakukan dengan melatih diri untuk tidak melakukan gerakan refleks yang memalukan, berbicara dengan jelas dan lancar, mengerti arti dari beberapa simbol & pesan non-verbal yang muncul, serta memiliki perbendaharaan kata yang cukup.
b. Ketidakpastian adalah keadaan yang tidak mengenakkan, menimbulkan stress secara kognitif.
Maksudnya ketidakpastian akan menimbulkan tekanan, karena kita akan berusaha keras untuk mengerti hal yang bagi kita penting. Misalnya dalam wawancara beasiswa kita akan cemas memikirkan apa kira-kira hal yang akan ditanyakan atau dilakukan pewawancara. Selain itu bagaimana sikap yang tepat agar pewawancara itu menilai baik tindakan kita pada saat wawancara berlangsung.
c. Ketika orang asing bertemu, perhatian utama mereka adalah untuk mengurangi ketidakpastian mereka atau meningkatkan prediktabilitas.
Masing – masing orang yang pertama kali bertemu akan berusaha mengerti apa
yang diinginkan orang itu dan mencari tahu bagaimana pandangan orang itu terhadapnya, sehingga ia mampu mengetahui apakah komunikasi yang baik muncul dan memungkinkan untuk berlanjut.
d. Komunikasi interpersonal adalah alat yang utama untuk mengurangi ketidakpastian.
Perkenalan dan pemberian salam merupakan tahap dari komunikasi interpersonal yang dapat dilakukan sebagai pengurang ketidakpastian. Misalnya kita menyapa seseorang dan mencoba berkenalan dengannya, dia membalas sapaan dengan ramah dan senang hati berkenalan, maka akan diketahui sebuah kepastian bahwa orang tersebut ramah dan bersahabat, dan sebaliknya tindakan penolakan akan mudah dikenali seperti membalas sapaan dengan ekspresi datar, tampak berhati–hati,dsb.
e. Kuantitas dan sifat informasi yang dibagi oleh orang akan berubah seiring berjalannya waktu.
Ikatan persahabatan merupakan bentuk kepastian yang muncul secara bertahap dimulai dari tahap awal yaitu perkenalan pertama kali, tahap personal yaitu mereka semakin kompak dan mau berbagi rahasia dan saling berbagi, dan tahap akhir yaitu saat mereka memutuskan untuk menjadi sahabat sejati karena terdapat kecocokan. Sehingga semakin lama pertukaran informasi diri pun akan semakin pribadi dan mencakup berbagai hal.
f. Sangat mungkin untuk menduga perilaku orang dengan menggunakan cara seperti hukum.
Hukum yang dimaksudkan dapat berupa aturan atau norma yang ada dalam sebuah kondisi. Misalnya seseorang baru bertemu akan mengikuti aturan main yaitu dengan berkenalan & berbicara ringan, ini menunjukkan orang tersebut sopan. Bila sebaliknya, mereka baru berkenalan namun salah satu dari mereka langsung mengatakan rasa ketertarikan akan diketahui bahwa orang itu tidak sopan
C ADAPTASI BUDAYA
Adaptasi adalah suatu proses interaksi yang salingmenyesuaikan diri antara organisme dan lingkungan alamnya.Proses interaksi ini di perlukan agar setiap organisme bisa mempertahankan hidupnya dalam lingkungan alam dimana mereka hidup.
Bagaiman cara organisme itu melaksanakan proses adaptasi dengan lingkungan hidupnya? Bagaimankah cara penyesuaian diri itu dilaksanakan? Di satu pihak,setiap organisme,(baik Binatang,Tumbuhan maupun Manusia) harus berupaya sedemikian rupa agar mampu mempertahankan hidup dan mengembangbiakkan keturunannya.Di pihak lain,lingkungan hidup terus menyediakan berbagai potensi sumber-sumber kehidupan yang mampu memenuhi kebutuhan hidup organismenya.Misalnya sebagai berikut:
1) Monyet harus punya tangan (sebenarnya kaki depan) yang kuat untuk mencekeram pohon supaya dapat bergerak di pepohonan.
2)
2) Singa,Harimau,dan Binatang buas sejenisnya harus mempunyai tubuh yang kuat serta taring dan kuku yang tajam supaya bisa memburu dan memangsa binatang lain.
3) Beruang kutub yang tinggal di daerah beriklim dingin harus mempunyai bulu yang tebal untuk mempertahankan hidupnya di daerah kutub.
3)
4) Jenis-jenis mamalia seperti Antilop,Kancil,dan Kijang harus mampu berlari cepat untuk menghindari dirinya dari terkaman binatang buas yang dapat mengancam hidupnya..
5) Jenis-jenis serangga seperti semut dan rapay harus bersosialisasi dalam kelompoknya sedemikian rupa hingga mampu mempertahankan kelompok hidupnya.
Bagaimana manusia beradaptasi dengan lingkungannya? Manusia tidak berbulu tebal,tidak bertaring dan berkuku tajam,tidak pula mampu berlari secepat antilop ataupun kijang.
Manusia mampu beradaptasi dengan lingkungan hidupnya bersama budaya yang dimilikinya.Untuk bertahan dalam kondisi dan iklim serta cuaca yang buruk,manusia pandai membuat pakaian dan tempat berlindung seperti gua dan rumah.Untuk mempertahankan diri dari cekraman binatang buas,manusia pandai membuat senjata seperti tombak,panah,jaring,perangkap.Lebih dari itu,manusia mampu hidup berkelompok dan mengorganisasikan dirinya sedemikian rupa sehingga taraf hidupnya lebh unggul dibandingkan dengan makhluk hidup yang lain.
Salah satu unsur budaya yang memungkinkan budaya yang memungkinkan hidup manusia lebih unggul daripada binatang adalah penggunaan teknologi atau sistem peralatan hidup.Kemampuan manusia untuk membuat dan mendayagunakan teknologi menjadikan hidup manusia lebih adaptif di bandingkan dengan binatang.Selain unsur teknologi,unsur-unsur budaya lainnya seperti sistem pengetahuan,sistem perekonomian,dan organisasi sosial turut mendorong makin efektifnya sistem adaptasi budaya manusia dengan lingkungannya.
D. PENDEKATAN ETNOGRAFI
Dalam sebuah unsur kebudayaan yang bersifat universal, oleh karena itu dapat memperkirakan bahwa sebuah kebuadayaan suatu suku bangsa yang dapat dideskripsikan juga mengandung aktivitas adat istiadat, pranata sosial, benda kebudayaan yang dapat digolongkan ke dalam salah satu di antara ketujuh unsur universal tadi. Selain itu penjelasan yang banyak mengandung deskripsi mengenai segala unsur universal dari suatu kebudayaan suku bangsa, pada bab awal dari suatu karangan etnografi harus menjelaskan terlebih dahulu dimana letak lokasi dan lingkungan geografi dari suku bangsa yang dijadikan objek perhatian, yang juga harus dilengkapi dengan karangan demografis.
Etnografi yang menjelaskan kebudayaan dari suatu suku bangsa yang dapat disusun berdasarkan suatu kerangka etnografi, yang terdiri dari bab seperti tercantum di bawah ini: Nama Suku Bangsa, Lokasi, Lingkungan Alam, Demografi, Asal usul dan Sejarah, Bahasa, Sistem Teknologi, Mata Pencaharian, Organisasi, Cara Pengetahuan, Kesenian, Agama dan Sistem Religi. Cara diatas dapat diketahui dengan Metodologi dan Pendekatan Etnografi. Didalam penelitian Etnografi ada dua metode sangat penting yang harus dipahami terlebih dahulu, yaitu observasi atau pengamatan dan wawancara yang berupa tanya jawab. Observasi merupakan suatu cara untuk mengumpulkan data melalui pengamatan inderawi, dan dengan melakukan pencatatan terhadap gejala sesuatu yang terjadi pada objek penelitian baik secara langsung maupun tidak di tempat penelitian.
Berbagai bentuk dari observasi yang digunakan dalam sebuah penelitian di antara lain Observasi Biasa, Observasi Terkendali, dan Pengamatan Terlibat. Pada observasi biasa, peneliti merupakan orang yang sepenuhnya melakukan pengamatan terhadap objek. la juga tidak memiliki suatu keterlibatan apapun dengan pelaku yang menjadi objek. Jenis observasi ini hampir sama dengan observasi terkendali, tetapi dalam penelitian ini orang/objek yang menjadi sasaran ditempatkan dalam suatu ruangan yang dapat diamati oleh peneliti. Sedangkan dalam Jenis pengamatan terlibat ini adalah salah satu metode yang paling banyak dipergunakan dalam penelitian etnografi khususnya, dan antropologi pada umumnya.
Dalam pengamatan ini pengamat harus ikut berpartisipasi didalam kegiatan yang dilakukan oleh objek yg diamati. Peneliti biasanya harus datang ke lokasi penelitian, tinggal atau bermukim di tempat objek dalam jangka waktu tertentu, mempelajari segala sesuatu yang terjadi di lingkungan objek penelitian baik itu bahasa, tingkah laku, dan lain-lain dengan berpartisipasi secara langsung didalam kehidupan sehari-hari. Pengamatan terlibat ini dapat juga dibagi menjadi beberapa jenis pengamatan, yaitu Berdasarkan keterlibatan pengamatannya, Pengamat sepenuhnya terlibat, Pengamat berperan sebagai peserta , Pengamat berperan sebagai pengamat, Berdasarkan metode pengamatannya, Pengamatan berstruktur, Pengamatan tak berstruktur, dan Wawancara.
Wawancara adalah proses memperoleh keterangan untuk tujuan penelitian dengan cara tanya jawab, secara langsung antara peneliti dengan orang yang diteliti. Tujuan Wawancara dari yaitu digunakan dalam penelitian memiliki berbagai tujuan, seperti: mencari kebenaran fakta, memperkuat kepercayaan tentang keadaan fakta, mencari keterangan tentang kegiatan tertentu, mencari keterangan tentang kasus tertentu, mencari keterangan tentang seluk beluk kebudayaan masyarakat yang diteliti dll.
E. TEORI EKONOMI POLITIK MEDIA
Seperti yang dikemukakan oleh para peneliti ilmu komunikasi seperti Dennis McQuail, terdapat lima jenis utama dari teori media kritis yang salah satunya adalah teori ekonomi-politik media (political economy media theory).
Dalam ekonomi politik komunikasi, sumber daya ini dapat berupa surat kabar, majalah, buku, kaset, film, internet dan sebagainya.
Seperti teori Marxisme Klasik, teori ini menganggap bahwa kepemilikan media pada segelintir elit penguasa telah menyebabkan patologi atau penyakit sosial. Dalam pemikiran ini, kandungan media adalah komoditas yang dijual di pasar dan iformasi yang disebarluaskan dikendalikan oleh apa yang pasar akan tanggung. Sistem ini membawa implikasi mekanisme pasar yang tidak ambil resiko, suatu bentuk mekanisme pasar yang kejam karena membuat media tertentu mendominasi wacana publik dan lainnya terpinggirkan.
Teori ekonomi media merupakan sebuah pendekatan yang memusatkan perhatian lebih banyak pada struktur ekonomi daripada muatan atau ideologi media. Teori ini fokus ideologi medianya pada kekuatan ekonomi dan mengarahkan perhatian penelitian pada analisis empiris terhadap struktur pemilikan dan mekanisme kerja kekuatan pasar media. Menurut tinjauan ini, institusi media harus dinilai sebagai bagian dari sistem ekonomi yang juga bertalian erat dengan sistem politik.
Vincent Moscow mengatakan bahwa ekonomi politik dipandang sebagai studi mengenai hubungan sosial, khususnya hubungan kekuatan, yang biasanya berbentuk produksi, distribusi, dan konsumsi dari sumber. Hubungan ini timbul dalam hubungan timbal balik antara sumber daya alam proses produksi komunikasi seperti surat kabar, buku, video, film, dan khalayak adalah yang utama.
Sedangkan kegunaan ekonomi politik dalam komunikasi adalah untuk menggambarkan dan menjelaskan signifikansi dari benuk produksi, distribusi, dan pertukaran komoditas komunikasi serta peraturan yang mengatur struktur media tersebut, khususnya oleh negara. Gaya produksi media dan hubungan ekonomi kemudian menjadi dasar atau elemen penentu dalam pikiran kita.
Seperti yang kita ketahui, masyarakat memerlukan informasi dan juga hiburan dengan berbagai cara. Dan kebutuhan tersebut difasilitasi oleh media yang juga ingin menguatkan kedudukan ekonominya dalam sistem ekonomi masyarakat. Hubungan yang terjadi antara produsen dan konsumen ini menjadi hubungan timbal balik yang berkesinambungan, ketika media massa seperti televisi, surat kabar, dan bahkan internet tunduk pada kepentingan modal, maka kepentingan masyarakat bisa menjadi ambivalen.
Menurut Murdock dan Golding (McQuail: 1987), efek kekuatan ekonomi tidak secara langsung secara acak, tetapi terus-menerus: “Pertimbangan untung rugi diwujudkan secara sistematis dengan memntapkan kedudukan kelompok-kelompok yang sudah mapan dalam pasar media massa besar dan mematikan kelompok-kelompok yang tidak memiliki modal dasar yang diperlukan untuk mampuu bergerak. Oleh karena itu, pendapat yang dapat diterima berasal dari kelompok yang cenderung tidak melancarkan kritik terhadap distribusi kekayaan dan kekuasaan yang berlangsung. Sebaliknya, mereka yang cenderung menantang kondisi semacam itu tidak dapat mempublikasikan ketidakpuasan atau ketidaksetujuan mereka karena mereka tidak mampu menguasai sumber daya yang diperukan untuk menciptakan komunikasi efektif terhadap khalayak luas.
Ada 3 konsep untuk aplikasi pendekatan ekonomi politik dalam industri komunikasi yang ditawarkan Moscow:
Commodification (komodifikasi). Konsep ini mengacu pada pemanfaatan barang dan jasa yang dilihat dari kegunaannya kemudian ditransformasikan menjadi komoditi yang bernilai jual pasar. Bentuk komodifikasi dalam komuniikasi ada tiga macam: intrinsinc commodification (komodifikasi intrinsik), extrinsinc commodification (komodifikasi ekstrinsik), dan cybernatic commodification (komodifikasi sibernatik).
Spatialization (spasialisasi) adalah proses untuk mengatasi hambatan ruang dan waktu dalm kehidupan sosial oleh perusahaan media dalam bentuk perluasan usaha seperti proses intregasi: integrasi horizontal, vertikal, dan internasionalisasi.
Structuration (strukturasi), yakni proses penggabungan human agency (agensi manusia) dengan proses perubahan sosial ke dalam analisis struktur. Karakteristik penting dari teori strukturisasi ialah kekuatan yang diberikan pada perubahan sosial, yang menggambarkan bagaimana struktur diproduksi dan direproduksi oleh agen manusia yang bertindak melalui medium struktur-struktur.
F. TEORI CULTURAL STUDIES
Cultural studies merupakan suatu teori yang dibagun oleh pemikir yang memandang produksi pengetahuan teoritis sebagai praktik politik. Cultural Studies bukan sebuah perbincangan suatu mahzab atau keilmuan tertentu, ia interdisipliner, multidisipliner, bahkan postdisilpiner. Cultural Studies menyerap banyak disiplin keilmuan yang sudah ada dan kemudian mensintesakannya. Secara konsisten cultural studies focus pada isu kekuasaan, politik dan kebutuhan akan perubahan sosial.
Dalam penggunaan metode dari karya karya Cultural Studies, terpusat pada tiga macam pendekatan, yaitu : etnografi, pendekatan tekstual, dan studi resepsi. Etnografi merupakan pendektan empiris dan teoritis yang diwarisi dari antropologi yang berusaha membuat deskripsi terperinci dan analisis kebudayaan yang didasarkan atas kerja lapangan secara intensif. Cultural Studies etnografis terpusat pada eksploitasi kuaitatif tentang nilai dan makna dalam konteks cara hidup, yaitu pertanyaan tentang kebudayaan, dunia-kehidupan dan identitas.
Pendekatan tekstual, terdapat tiga cara analisis dalam Cultural Studies, yaitu : semiotika, teori narasi, dekonstruksionisme. Semiotika mengeksplorasi bagaimana makna yang terbangun oleh teks telah diperoleh melalui penataan tanda dengan cara tertentu dan melalui penggunaan kode kode budaya, analisis tersebut banyak mengambil dari ideologi, atau mitos teks.
Ketika berbicara tentang budaya pop, Mahzab Franfurt memandang budaya pop atau budaya massa adalah tidak autentik, manipulatif dan tidak memuaskan. Manipulatif karena tujuan utamanya adalah agar dibeli dan tidak memuaskan karena selain mudah di konsumsi ia pun tidak mensyaratkan terlalu banyak kerja dan gagal memperkaya konsumen. Lain halnya dengan Cultural studies, memandang bahwa audiens aktif, meski produksi budaya pop ada di tangan perusahaan kapitalis transnasional, makna selalu diproduksi, diubah dan diatur pada level; konsumsi oleh orang yang merupakan produsen aktif makna. Sehingga Cultural studies berasumsi bahwa tidak perlu meratapi dan beromantisme dengan budaya tradision
G. TEORI INTEGRATIF
Teori Integratif
Teori yang dikemukakan oleh Richard Farace, Peter Monge, dan Harnish Russel ini menunjukkan suatu pandangan umum yang sangat menarik mengenai konsep-konsep sistem dan organisasi. Karya mereka merupakan integrasi dari berbagai gagasan terbaik ke dalam suatu bentuk yang secara internal telah memberikan suatu sintesis mengenai pandangan sistem sebagai tambahan, karya mereka juga menyatukan sejumlah besar pemikiran yang didasarkan atas penelitian. Dan terakhir mereka menempatkan komunikasi sebagai pusat dari struktur organisasi.
Mereka mendefinisikan suatu organisasi sebagai suatu sistem yang setidaknya terdiri dari dua orang (atau lebih), ada saling ketergantungan, input, proses dan output: kelompok ini berkomunikasi dan bekerja sama untuk menghasilkan suatu hasil akhir dengan menggunakan energi, informasi, dan bahan-bahan lain dan lingkungan.
Salah satu sumber daya penting dalam organisasi adalah informasi. Dengan menggunakan teori informasi sebagai dasar, Farace dan rekannya mendefinisikan informasi ke daIam pengertian untuk mengurangi ketidakpastian. Ketika orang mampu untuk memperkirakan pola-pola yang akan terjadi dalam aliran tugas dan hubungan-hubungannya, maka ketidakpastian dapat dikurangi dan informasi berhasil diperoleh. Komunikasi sendiri, sebagian merupakan pengurangan ketidakpastian melalui informasi, karena komunikasi mencakup penggunaan ‘bentuk-bentuk simbolis’ umum yang saling dimengerti oleh para partisipannya.
Dalam teorinya mereka mengemukakan dua bentuk komunikasi yang berkaitan dengan dua bentuk inforrnasi. Pertama adalah ‘informasi absolut’ yang terdiri dari keseluruhan kepingan pengetahuan yang ada dalam sistem. Sebaliknya, informasi yang didistribusikan adalah informasi vang telah disebarkan di organisasi. Kenyataan bahwa informasi ada dalam suatu organisasi, tidak menjamin bahwa informasi tersebut cukup dikomunikasikan di dalam organisasi.
Suatu jaringan terdiri dari anggota-anggota yang bersama-sama dihubungkan dalam berbagai cara untuk berbagi informasi. Utnuk memahami suatu jaringan, kita harus memperhatikan pula beberapa faktor tambahan. Para anggota organisasi memiliki peran-peran yang berbeda dalam jaringan. Salah satu peran tersebut adalah isolasi/terpencil. Orang yang termasuk dalam kategori isolasi tidak memiliki rantai hubungan dengan anggota jaringan lainnya. Dan mereka yang saling berhubungan satu sama lain, beberapa
Diantaranya berkerumun menjadi kelompok-kelompok. Dalam pengertian jaringan, kelompok ditandai oleh empat kriteria yaitu:
1. lebih dari separuh aktivitas komunikasi yang dilakukan kelompok berada di dalam kelompok
2. setiap individu harus dikaitkan dengan individu lain dalam kelompok
3. kelompok tidak akan hancur oleh keluarnya satu orang atau rusaknya satu rantai hubungan
4. kelompok harus memiliki minimal ada tiga anggota
Keempat kriteria ini akan membuat kelompok relatif stabil. Jadi suatu jaringan adalah suatu rangkaian kelompok-kelompok dan anggota-anggota yang saling berkaitan. Dua peran lain yang juga penting dalam struktur jaringan adalah peran penghubung dan jembatan. Jembatan adalah anggota kelompok yang juga berhubungan dengan kelompok lainnya. Sementara penghubung bukan anggota dari kelompok mana pun, meskipun dia menghubungkan dua kelompok atau lebih. Kebanyakan bukti menunjukkan bahwa peran penghubung memegang peranan penting bagi berfungsinya organisasi secara efektif. Penghubung ini dapat melancarkan juga dapat menghambat aliran informasi. Rogers dan Argawala-Rogers (1976) menyatakan bahwa, “peranan penghubung harus diciptakan secara formal dalam suatu organisasi apabila penghubung ini tidak terdapat secara informal.
H. TEORI KONVERGENSI BUDAYA
Perspektif konvergensi ini berasal dari teori fisika yang menjelaskan tentang pembiasan sinar dan pantulan kaca. Seperti yang diutarakan Rogers dan Kincaid (1981) komunikasi antar budaya bertujuan untuk dapat bersama-sama menggambarkan, menguraikan dan memprediksi pesan-pesan yang berkaitan dengan perubahan atau perbedaaan kebudayaan pada tingkat dan arah tertentu pada suatu waktu atau rangkaian waktu dari beberapa kelompok budaya.
Menurut Barnett dan Kincaid kebudayaan selalu dihubungkan dengan aspek material suatu masyarakat, atau yang berkaitan dengan aspek yang dapat dilihat dari luar saja. Murdock dalam Gundykunst (1983) menekankan bahwa kebudayaan terdiri dari kebiasaan dan kecendrungan bertindak dengan cara tertentu. Namun Goodneugh dalam Gundykunts mengatakan bahwa kebudayaan bukan hanya sekedar perilaku tetapi juga bentuk-bentuk gagasan dan ide yang dimiliki manusia dalam akal budinya. Pernyataan ini juga didukung oleh Nieburg yang mengatakan bahwa kebudayaan adalah aktivitas sosial yang dibagi antargenerasi :jadi kebudayaan bersifat konvegensi.
Pendekatan konvergensi sebenarnya tidak berniat berubaha atau memperbaharui model-model klasik komunikasi seperti model liniear, satu tahap, dua tahap dan sebagainya. Model konvergensi atau sering pula disebut model interaktif menganggap bahwa komunikasi merupakan transaksi diantara partisipan yang setiap orang memberikan kontribusi pada transaksi tersebut.
Model komunikasi menurut pendekatan konvergensi, menetapkan satu fokus utama yakni hubungan timbal balik antara partisipan komunikasi karena mereka saling membutuhkan daripada model yang mengutamakan hanya satu pihak. Analisis terhadap proses komunikasi selalu berada pada tingkatan : analisis fisik, psikologis dan sosial. Keseimbangan antara fisik, psikologi dan sosial merupakan hal utama dari analisis konvergensi.
Ada empat kemungkinan hasil komunikasi konvergensi, yakni :
1. Dua pihak saling memahami makna informasi dan menyatakan setuju
2. Dua pihak saling memahami makna informasi dan menyatakan tidak setuju
3. Dua pihak tidak memahami informasi namun menyatakan setuju.
4. Dua pihak tidak memahami makna informasi dan menyatakan tidak setuju.
Berikut digambarkan model teori konvergensi budaya :
1. Model Tumpang tindih (Overlapping of interest)
Situasi komunikasi antarbudaya,manakala ruang tumpang tindih makin besar maka semakin banyak pengalaman yang sama dan komunikasi semakin efektif. Model ini tidak mencantumkan pengirim dan penerima, semua partisipan sama derajatnya
.2. Model spiral (Heliks)
Komunikasi diantara partisipan menimbulkan konvergensi. Hal ini dapat terjadi cengan beberapa cara : partisipan-partisipan itu bisa bergerak menuju kea rah suatu titik bersama dan saling memahami, satu partisipan mungkin bergerak ke arah yang lain, proses konvergen itu terjadi dalam satu kurun waktu.
3. Model Zigzag
Model ini menunjukkan komunikasi sebagai proses interaktif. Terdapat pertukaran tanda-tanda informasi, apakah verbal dan nonverbal ataupun paralinguistik. Model ini tidak menunjukkan adanya transfer informasi. Komunikasi tidak serta mentransfer informasi namun hanya memberi waktu bagi para partisipan waktu untuk memahami makna informasi. Komunikasi menyerupai suatu proses negosiasi dari waktu ke waktu sampai pada tingkat persetujuan.
REFERENSI
0 Response to "TEORI PENDUKUNG KOMUNIKASI LINTAS BUDAYA "
Post a Comment