Hemodialisis merupakan pilihan pengobatan bagi pasien yang mengalami gagal ginjal tahap akhir, selain itu juga merupakan metode awal pengobatan sampai menjalani transplantasi atau peritoneal dialysis (PD).
Untuk fasilitas HD, vascular akses melalui autologus arteriovenous (AV) Fistula, CVC External Cuff merupakan jalan masuknya infeksi aliran darah (BSIs : Blood Stream Infections). 11 rumah sakit dari 9 propinsi di AS dilakukan surveillance dari Desember 1998 – Mei 1999, dari 233.158 prosedur dialysis selama 6 bulan ditemukan 184 BSIs (0,14%). 57 menunjukkan BSIs dan 127 menunjukkan masalah HD melalui AV Fistula seperti demam (45,9% dari prosedur dialisisi).
Melalui kultur darah ditemukan 4 mikroorganisme dari 184 BSIs yakni : S.Aureus (36,8%), Coaulosis Negative Staphylococus (35,1%), Enterococus species (98%), 10 % dari S.Aureus menunjukkan MRSA, tidak ditemukan VRE.
Dalam diskusi, infeksi yang didapat merupakan masalah kesehatan yang penting di berbagai Negara.
Infeksi nosokomial merupakan kontributror penting pada morbiditas dan mortalitas. Infeksi akan lebih penting sebagai masalah kesehatan masyarakat dengan dampat ekonomis dan manusiawi karena:
ü Peningkatan jumlah dan kepadatan penduduk
ü Semakin seringnya masalah dengan gangguan imunitas
ü Meningkatnya resistensi bakteri terhadap antibiotika (Ducci 1995).
Infeksi nosokomial merupakan focus penting pencegahan infeksi di negara berkembang. Infeksi ini adalah penyebab utama penyakit dan kematian yang dapat dicegah, yang paling penting adalah:
ü Infeksi aliran darah
ü Peritonitis (CAPD)
ü Hepatitis (HD)
Pengelolaan benda-benda tajam
Benda-benda tajam yang sering dijumpai adalah :
Jarum suntik / jarum hipodermik
Jarum jahitan
Silet
Pisau scapel
Memerlukan penanganan khusus karena benda-benda tajam ini dapat menyebabkan luka bagi petugas kesehatan, dan juga masyarakat sekitar jika sampah dibuang di tempat sampah umum.
Enkapsulasi
Enkapsulasi dianjurkan sebagai cara termudah membuang benda-benda tajam, benda tajam dikumpulkan dalam wadah tahan tusukan dan antibocor. Sesudah ¾ penuh, bahan seperti semen, pasien, atau bubuk plastic dimasukkan dalam wadah sampai penuh. Sesudah bahan menjadi padat dan kering, wadah ditutup, disebarkan pada tanah rendah, ditimbun dan dapat dikuburkan. Bahan sisa kimia dapat dimasukkan bersama dengan benda-benda tajam. (WHO 1999).
Pembuangan di daerah tindakan
Ingat:
ü Untuk menghindari luka tertusuk jarum, jangan membengkokkan, mematahkan, atau menyarugkan jarum ketika akan membuang.
ü Tempatkan container di tempat yang mudah dicapai, sehingga petugas kesehatan tidak perlu membawa-bawa benda tajam.
Langkah-langkah:
Jangan menyarungkan kembali penutup atau melepaskan jarum spuit
Masukkan benda-benda tajam tersebut dalam wadah yang tahan tusukan misalnya kotak kardus tebal, botol plastic, atau kaleng berpenutup. Bukaan penutup harus cukup lebar untuk mudah memasukkan benda-benda tersebut, tatapi cukup kecil supaya sukar untuk dikeluarkan lagi. (botol cairan infuse intravena dapat digunakan tetapi mudah pecah).
Jika wadah sudah terisi ¾, pindahkan dari area tindakan untuk dibuang.
Waktu membuang benda-benda tajam:
Pakailah sarung tangan rumah tangga yang tebal
Jika container sudah ¾ penuh, tutup/sumbat atau plaster dengan rapat. Pastikan tidak ada bagian benda tajam yang menonjol keluar wadah.
Buanglah wadah benda tajam tersebut secara dibakar, enkasulasi, atau dikubur.
Lepaskan sarung tangan (cuci setiap hari atau setiap kali terlihat kotor dan keringkan)
Cuci tangan dan keringkan dengan kain atau handuk bersih atau alat pengering lainya.
BAGIAN V
PENUTUP
Infeksi nosokomial merupakan masalah serius dalam pelayanan kesehatan di rumah sakit, yang perlu mendapat perhatian khusus dalam pelayanan rumah sakit secara keseluruhan
Upaya untuk mencegah kejadian infeksi nosokomial yang penting adalah penerapan standar precaution baik bagi pasien, petugas, lingkungan dan alat kesehatan, dengan tujuan untuk memutuskan rantai penularanya.
Pendidikan bagi tenaga kesehatan sangat mendukung dalam upaya pengendalian infeksi, untuk itu pendidikan infeksi harus diberikan secara terus menerus.
Semoga tulisan ini bermanfaat bagi peserta maupun pembaca.
Referensi:
1. Tietjen, L.,dkk (terj. Saifuddin, AB,dkk): Panduan Pencegahan Infeksi : Untuk Fasilitas Pelayanan Kesehatan dengan Sumber Daya Terbatas
2. Pedoman Pencegahan dan Penanggulangan Infeksi di ICU, Dep.Kes.RI, Jakarta 2004
3. Kumpulan Makalah Kursus Dasar : Pengendalian Infeksi Nosokomial, PERDALIN JAYA, Jakarta, Februari 2005
4. Panduan Bagi Pengendalian Infeksi, www.ansellhealthcare.com, Ansell, 2002
5. Australian Dendal Association, Systemic Operating Procedures, ADA,2003
6. Larson, Elaine L,. RN, Phd, FAAN, CIC,. APIC Guidline for Handwashing and Hend Antiseptic in Healt Care Setting, Washington, 1995.
0 Response to "PENCEGAHAN INFEKSI NOSOKOMIAL "
Post a Comment