1. Pendahuluan
Jika peneliti ingin usulan yang ditulis dapat bersaing maka ikutilah petunjuk format penulisan proposal yang diberlakukan. Mengapa harus diikuti ? Karena usul penelitian itu akan dievaluasi, yang pertama dinilai apakah format telah sesuai; jika tidak sesuai maka usul penelitian akan gagal memasuki babak penilaian akademis berikutnya yang menilai mengenai isi usul penelitian.
Beberapa hal penting dalam penyusunan usul penelitian ialah (1) Rumusan permasalahan, (2) tujuan dan kegunaan, (3) kerangka teori dan konseptual dan (4) Hipotesis. Outline usul penelitian secara umum adalah sbb: judul, latar belakang, rumusan masalah, tujuan dan kegunaan, kerangka teori dan konseptual, hipotesa, metodologi: teknik pengambilan contoh, instrumen penelitian (untuk survey) - rancangan percobaan (untuk experimen), metoda analisis - kalau ada model statistik. Urutan itu tidak baku, tetapi komponen-komponen itu harus ada. Para calon peneliti dan peneliti hendaknya menyadari bahwa penyusunan rancangan penelitian bukan hanya berguna bagi diri peneliti sendiri. Akan tetapi, juga bermanfaat bagi orang lain baik untuk memperoleh masukan, atau meyakinkan pihak pemberi dana. Rancangan penelitian yang diusulkan pada pihak lain, disebut usulan penelitian (research proposal).
Sampai sejauh manakah kelengkapan penulisan rancangan penelitian ? A good research proposal is a final report minus data. Dalam keinginan yang ideal ini, berarti segala kegiatan dari tahapan penelitian harus ada dikemukakan dalam rancangan penelitian. Dari rancangan penelitian, pembaca dapat memprakirakan hasil dan kualitas penelitian yang akan dihasilkan. Hal ini tidak berarti rancangan penelitian tidak dapat dirubah, penyesuaian atau revisi rancangan dalam pelaksanaan penelitian selalu dapat dilakukan, demi tercapainya tujuan penelitian.
Adalah tidak dapat dibenarkan apabila seorang peneliti beranggapan, model atau konsep analisis data itu tidak perlu dicantumkan dalam usul (proposal) penelitian . Analisis data itu adalah urusan belakang, nanti pasti akan dilakukan jika data telah terkumpul. Bilamana hal ini dilakukan oleh peneliti, seringkali penyelesaian laporan penelitian terlambat, karena (i) peneliti masih mereka-reka bagaimana menganalisa data, (ii) karena tidak mantap dalam konsep analisis, maka kurang rinci pula data yang dikumpulkan. Seringkali tujuan akan tidak tercapai karena setelah sampai pada analisis - ternyata data yang dikumpulkan tidak memadai.
2. Hakekat Penelitian
IPTEK, ilmu pengetahuan atau sains dan teknologi adalah hasil dari kegiatan penelitian. Dengan demikian, penelitian itu pada hakekatnya adalah untuk menghasilkan sains dan teknologi. Kejadian alam dapat kita pelajari karena kejadian itu beraturan. Dari hasil mengamati kejadian alamiah ini timbullah apa yang disebut pengetahuan. Jadi pengetahuan lahir sebagai hasil pengalaman manusia.
Ilmu pengetahuan (scientific knowledge) yang sering disebut sains (science) terdiri dari pengetahuan-pengetahuan ilmiah. Pengetahuan manusia yang telah tersusun dalam suatu kumpulan pengetahuan yang sistimatis disebut ilmu atau science. Pengetahuan pada hakekatnya merupakan segenap apa yang kita ketahui tentang sesuatu obyek atau fenomena tertentu. Tidak semua pengetahuan disebut pengetahuan ilmiah. Sesuatu pengetahuan dapat disebut ilmiah jika telah dapat diterangkan terjadinya fenomena itu. Bilamana sesuatu kejadian belum diketahui penyebabnya, bukan berarti fenomena itu terjadi tanpa sebab, melainkan manusia belum mengetahui. Ketidaktahuan itu selalu menjadi tantangan bagi peneliti. Oleh karena itu, seni, agama, misalnya tidak tergolong pengetahuan ilmiah, karena kepercayaan, seni itu tidak dapat diterangkan dengan logika teori dan fakta.
Bagi kita di Indonesia yang masih belum banyak mampu berperan dalam menghasilkan sains dan teknologi, masih dijumpai banyak hambatan dalam mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan. Beberapa kelemahan yang ada pada staf akademik, antara lain kemampuan untuk mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan dan kedua tidak cukup waktu untuk mencurahkan waktunya dalam mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan.
Syarat peneliti yang baik, yaitu memiliki bekal teori cukup yang berkaitan dengan problematik penelitian ialah : (1) Kesungguhan dan kejujuran, dan berbudaya akademik; dan (2) Pengalaman melaksanakan penelitian. Dengan demikian, belajar meneliti tidak mungkin hanya dengan membaca buku teori metoda penelitian, atau "pertemuan di dalam kelas", belajar meneliti akan jauh lebih efektif jika melaksanakan "praktek meneliti".
Para peneliti seringkali dalam menyusun rancangan atau melakukan penelitian tidak membaca hasil penelitian orang lain. Hal ini menyebabkan, penelitian yang ia laksanakan seolah-olah tidak pernah dilaksanakan orang lain. Bagaimana mungkin seorang peneliti akan mampu memberikan sumbangan pada tumpungan IPTEK, kalau dia tidak mengetahui sampai dimana sebenarnya IPTEK frontier ? Mereka harus belajar dari kegagalan atau keberhasilan dari peneliti lain dalam usaha memberikan sumbangan pada IPTEK.
2.1. Pengertian Ilmiah dan Metoda Ilmiah (Saintifik)
Sesuatu yang ilmiah harus memenuhi dua syarat, yaitu: (1) fenomena itu dapat dijelaskan secara logis, dapat diterima oleh akal berda sarkan teori yang telah ada, dan (2) dapat dibuktikan secara empiris (data). Benda yang dilepaskan dari ketinggian tertentu diatas bumi akan jatuh ke bumi. Ini merupakan fakta empiris. Fenomena ini masih belum cukup disebut pengetahuan ilmiah bilamana belum dapat diterangkan alasan mengapa benda itu jatuh ke bumi itu. Setelah manusia mengetahui adanya gaya gravitasi bumi, maka pengetahuan jatuhnya benda ke bumi itu disebut pengetahuan ilmiah. Berkembangkan hukum benda jatuh. Berdasarkan pengetahuan ilmiah tersebut, kemudian manusia mampu memprakirakan kecepatan benda jatuh pada ketinggian, besarnya benda, dsb-nya.
Teknologi merupakan hasil dari penelitian yang biasa disebut percobaan. Teknologi merupakan perpanjangan dari ilmu pengetahuan. Yakni penerapan ilmu pengetahuan dalam bentuk alat produksi dan konsumsi, barang konsumsi yang ditujukan untuk memenuhi kebutuhan manusia. Pupuk, TV, bibit unggul, challenger dll- nya adalah teknologi yang merupakan produk dari penelitian.
2.2. Metoda Ilmiah (Saintifik)
Pengetahuan ilmiah hanya dapat diperoleh dengan melalui prosedur tertentu, yang disebut "Metoda ilmiah". Metoda ilmiah adalah searah dengan alur berfikir ilmiah yang terdiri dari urutan berfikir dari perumusan masalah, hipotesis, pengujian hipotesis dengan cara analisis data, dan kemudian pengambilan kesimpulan. Penelitian adalah kegiatan manusia yang sistematis untuk mencari kebenaran objektif, ditujukan untuk memberikan sumbangan pada khasanah Ilmu Pengetahuan dan Teknologi, atau mencari jawaban terhadap permasalahan praktis.
Dilihat dari segi metodologi, perkembangan semua ilmu pengeta huan didasarkan pada:
1. Pengamatan dan pengalaman manusia yang terus menerus.
2. Pengumpulan data yang terus menerus dilakukan secara sistematis;
3. Analisis data yang ditempuh dengan berbagai cara, antara lain: (a). analisa langsung (direct analysis), (b). analisa perbandingan (com parative analysis); (c). analisa matematis dengan menggunakan model-model matematis.
4. Penyusunan model dan teori, serta penyusunan ramalan sehubungan dengan model itu,
5. Hasil percobaan mungkin berhasil atau tidak berhasil sesuai dengan teori. Jika terbukti tidak berhasil, terbuka kemungkinan untuk memperbaiki. Tetapi peneliti akan mampu memperbaiki bilamana mengetahui apa yang salah. Dengan demikian dalam perkembangan ilmu pengetahuan terjadi built-in self corrective system, yang memungkinkan disingkirkannya kesalahan demi kesalahan secara bertahap untuk menuju kearah kebenaran.
3. Penggolongan Penelitian
Penelitian di perguruan tinggi digolongkan menurut tujuannya yaitu:
a. Penelitian latihan yang ditujukan untuk meningkatkan kemam puan meneliti,
b. Penelitian pengembangan dan penerapan ilmu dan teknologi (PIT), penelitian ini ditujukan untuk memberikan sumbangan pada ilmu pengetahuan dan menghasilkan teknologi,
c. Penelitian kelembagaan yang ditujukan untuk pengembangan pendidikan tinggi sebagai suatu lembaga,
d. Penelitian untuk memberikan sumbangan pada pembangunan regional.
Penelitian latihan diperlukan untuk menghasilkan tenaga peneliti yang bermutu. Penelitian ini ditujukan dalam rangka upaya menguasai ilmu pengetahuan atau mengusai metoda penelitian. Penelitian golongan ke dua itu adalah untuk memenuhi fungsi perguruan tinggi/lembaga penelitian sebagai produsen IPTEK. Penelitian yang kedua ini dapat berbentuk penelitian dasar (basic research) yaitu penelitian yang ditujukan untuk memberikan sumbangan pada ilmu pengetahuan tanpa memperhatikan applikasinya, dan penelitian terapan (applied research) adalah penelitian yang ditujukan untuk memenuhi tujuan applikasi tertentu. Batas antara penelitian terapan dan dasar dapat bersifat tipis sekali, karena hasil penelitian dasar juga dapat secara tidak langsung bermanfaat untuk memberikan pemecahan masalah yang sifatnya terapan. Dalam situasi ini penelitian dasar memiliki aspek terapan.
Ada pelbagai macam penelitian dalam kenyataan yang dapat dilakukan,
a. Penelitian Diskriptif:
Penelitian golongan ini derajatnya dipandang lebih rendah diban dingkan dengan golongan penelitian lainnya. Misalnya penelitian mengenai prevalensi penyakit tertentu di daerah A, pendapatan dari petani di daerah A. Banyak contoh yang lain, misalnya, judul penelitian adalah: Jumlah bakteri awal di dalam air susu sapi perah di kabupaten A. Tujuan penelitian untuk mengetahui jumlah bakteri awal yang terdapat di dalam air susu sapi perah pada perusahaan susu maupun peternakan sapi perah milik rakyat di wilayah kabupaten A. Kesimpulan penelitian, (a) jumlah bakteri awal di dalam air susu perah di kab. A lebih banyak dipengaruhi oleh faktor penanganan, dan (b) jumlah bakteri awal air susu sapi perah di kab. A termasuk dalam kategori susu yang diperoleh dengan banyak komtaminasi.
Contoh lain ialah penelitian prevalensi penyakit tanaman tertentu di suatu daerah atau monitoring populasi hama tanaman di suatu daerah. Penelitian semacam ini tidak lain hanya bersifat inventarisasi. Kualifikasi penelitian semacam ini mutunya kurang dibandingkan dengan penelitian yang analitis. Data yang dihasilkan inventarisasi ini memang tidak diragukan pentingnya bagi pengambil kebijakan, atau dalam penelitian selanjutnya. Hal penting yang dipermasalahkan bukan pentingnya data yang dikumpulkan, tetapi kualifikasi ditinjau dari proses penelitian kurang memadai. Penelitian itu hanya mampu menjawab "what" belum sampai pada "how" dan "why".
b. Penelitian Analitis
Dapat dibedakan dua macam yaitu diskriptif analitis dan analitis kuantitatif. Perbedaan antara dua macam penelitian ini terletak pada analisa yang dipakai, yang pertama menggunakan analisis tabuler, sedangkan yang kedua menggunakan metoda kuantitatif - persamaan /model-model matematis. Keunggulan penelitian analisis kuantitatif, dapat digunakan untuk memprediksikan.
4. Rumusan Masalah Penelitian
Dalam pengalaman melaksanakan kursus penelitian, saya seringkali ditanya mengenai isi yang harus dicantumkan dalam "heading" latar belakang dan masalah penelitian. Yang seharusnya dicantumkan dalam latar belakang adalah memberikan alasan mengapa peneliti memilih topik tertentu.
Setiap peneliti, mahasiswa ataupun dosen yang sedang mencari obyek penelitian, seringkali mengalami kesulitan untuk merumuskan masalah penelitian. Titik tolak munculnya idea penelitian harus dimulai dengan masalah. Selanjutnya penelitian akan diarahkan untuk mencari jawaban terhadap masalah yang dikemukakan. Para mahasiswa bilamana ditanya, apa masalah penelitian mereka, pada umumnya mereka menyebutkan topik (judul) penelitian. Topik memang berkaitan dengan masalah penelitian, tetapi masalah penelitian harus dimunculkan terlebih dahulu, bukan judul penelitian ditentukan terlebih dahulu kemudian merumuskan problematik penelitian. Menyatakan masalah penelitian, dalam kenyataannya memang tidak selalu mudah. Para mahasiswa seharusnya dilatih untuk menyatakan permasalahan penelitiannya dengan singkat. Masalah penelitian harus dirumuskan dengan jelas, akurat.
Rumusan masalah penelitian berguna untuk beberapa kepen tingan, yaitu (a) justifikasi atau alasan mengapa penelitian dilakukan bisa dilihat dari pentingnya permasalahan. Problematik penelitian hendaknya juga mencakup "What" "whom", "where", and "when", (b) mampu mengarahkan penelitian.
4.1. Peranan Teori dalam Perumusan Masalah
Rumusan masalah itu lebih rinci diberikan dalam Kerangka Teori dan Konsepsi, pada bagian ini dicoba diungkapkan masalah, simplifikasi, dirumuskan dalam variabel-variabel yang dapat diamati. Jika penelitian berupa percobaan, dikemukakan teori-teori yang akan mendukung metodologi pelaksanaan percobaan.
4.2. Bagaimana mengungkapkan permasalahan ?
Kata "masalah" memang mempunyai arti yang berbeda-beda, dapat berarti bidang cakup - atau mengenai. Seorang dokter yang didatangi pasien, selalu dihadapkan pada masalah untuk mengetahui mengapa orang itu sakit. Masalah penelitian dapat berupa pertanyaan yang muncul karena ketidak tahuan atau kesenjangan. Rumusan pertanyaan yang lebih spesifik akan lebih mudah dijawab daripada pertanyaan umum. Ada beberapa cara untuk mengetahui apakah rumusan masalah telah dapat terungkap dengan baik. Difinisi permasalahan yang dimaksud dalam penelitian mempunyai arti yang spesifik.
4.3. Sumber Memperoleh Masalah Penelitian.
Masalah penelitian dapat diperoleh dari beberapa sumber. Yang pertama, berasal dari teori yang sudah ada. Jika teori akan diangkat oleh peneliti, berarti ia akan menguji kebenaran teori itu dalam lingkungan yang sama atau dalam lingkungan yang berbeda, di mana sesuatu teori telah diterima. Dalam keadaan seperti itu, teori dalam penelitian tertentu berubah menjadi hipotesa, dan penelitian itu bertujuan untuk menguji hipotesa. Sumber yang kedua: berasal pengamatan di lapangan. Dalam situasi seperti itu, peneliti terpanggil untuk menjawab permasalahan praktis.
Penelitian dapat ditujukan untuk mengisi kekosongan penge tahuan mengapa terjadi perbedaan antara "what is" (apa yang terjadi) dan "what should be" (apa yang seharusnya terjadi).
Seorang peneliti dapat membuat percobaan untuk mengha silkan teknologi baru, misalnya beberapa penelitian yang dilakukan oleh Fakultas Teknik Unibraw, berupaya mengembangkan "konstruksi ulir", menampung kebisingan yang terjadi di pabrik untuk menjadi enersi, sehingga mampu menghemat enersi. Sebagai peneliti tentunya ingin berhasil menghasilkan teknologi seperti yang ia inginkan. Percobaan dilakukan. Penelitian itu tidak selalu berhasil mencapai tujuan, sukses menghasilkan teknologi. Penelitian untuk menghasilkan teknologi baru itu, bukan berhasil atau tidaknya yang menjadi ukuran. Pada tahapan tertentu, jika ia gagal, mampu menjelaskan kegagalannya, bila ia sukses ia juga mempu menjelaskan kesuksesan yang diraih.
Seorang Peneliti berupaya melakukan penelitian percobaan bawang putih di dataran rendah. Rumusan masalah yang dikemukakan: "Produksi bawang putih di dalam negeri tidak cukup memenuhi kebutuhan, sehingga harus impor. Lahan dataran tinggi yang dapat ditanami bawang putih dengan produktif terbatas, untuk meningkatkan produksi dipandang perlu untuk mencoba menanam bawang putih di lokasi yang lebih rendah. Pertanyaan penelitian, apakah tanaman bawang putih dapat ditanam dengan menguntungkan di dataran rendah ? "
Dalam diri peneliti paling tidak ada pengetahuan mengenai teori agronomi yang menyebabkan ia tertarik mencoba atau mencari peluang untuk menumbuhkan bawang putih di dataran rendah. Mungkin pada penelitian pendahuluan, peneliti masih mencoba-coba menanam di dataran rendah. Ada dua kemungkinan hasil yang akan diperoleh, bawang putih di dataran rendah memberikan keuntungan atau tidak menguntungkan bagi yang mengusahakan. Bilamana penelitian berhenti sampai disini, saya menganggap kualifikasi penelitian kurang berbobot. Kualifikasi penelitian akan menjadi lebih tinggi bilamana peneliti mampu menjelaskan mengapa bawang putih itu berhasil atau tidak berhasil ditanam di dataran rendah dengan menggunakan teori pelbagai ilmu agronomi, tanah, atau lainnya.
Jika peneliti tidak mampu menjelaskan kegagalan atau kesuksesan penelitiannya, tidak ada bedanya dengan petani yang hanya coba- coba menanam tanaman yang tidak biasa ditanam. Jika ia gagal maka selesailah percobaan yang dilakukan, karena ia tidak mampu menggunakan teori untuk memperbaiki percobaannya lebih lanjut. Demikian pula seseorang insinyur teknik yang gagal atau sukses melakukan percobaan tertentu, tetapi ia tidak mampu menjelaskan kesuskesannya atau kegagalannya, berarti penelitian semacam ini belum memenuhi penelitian ilmiah (scientific research).
Seringkali masalah penelitian tidak spesifik dirumuskan, hal ini menyebabkan penelitian tidak atau kurang terarah dalam upaya menjawab masalah. Contoh rumusan masalah yang tidak spesifik ialah "Indonesia pada saat ini kekurangan produksi kedele, produktifitas kedele per hektar masih rendah, sebagian kedele masih diimpor".
Rumusan masalah yang tidak spesifik itu akan memberikan arah penelitian yang berbeda-beda. Banyak sekali kemungkinan-kemungkinan rumusan yang dapat diformulasikan. Rumusan lebih lanjut yang lebih spesifik dapat diberikan untuk setiap bidang disiplin ilmu, agronomi, sosial-ekonomi, proteksi tanaman, teknologi.
Teladan rumusan yang lebih spesifik ialah: Hasil penelitian padi unggul telah disebarkan oleh Dinas Pertanian Tanaman Pangan, walaupun petani telah menggunakan bibit unggul produktifitas kedele masih jauh lebih rendah daripada produktifitas yang yang dicapai oleh hasil Balai Percobaan" . Kedelai sebagai salah satu macam komoditi yang diusahakan petani, pasti mempunyai kaitan dengan tanaman lainnya. Oleh karena itu masalah rendahnya produksi kedele, bukan hanya berada dalam sistem tanaman kedele itu sendiri, melainkan pada sistem dari tanaman secara keseluruhan.
Seseorang peneliti yang berupaya meningkatkan produksi jagung di Madura, tidak cukup berupaya memperkenalkan cara bercocok tanam varietas jagung unggul. karena umur jagung yang dikehendaki adalah umur pendek, walaupun ia tahu praktek kultur-teknis, hambatannya pada pola tanam secara kseluruhan.
Rumusan yang terlalu spesifik, tanpa dimulai menganalisis sistem komoditi kedele akan mengakibatkan hasil penelitian dapat tidak ada gunanya untuk keperluan praktek. Misalnya,
a. Peneliti dengan disiplin agronomi, tanpa memberikan justifikasi terlebih dahulu, langsung sampai pada rumusan permasalahan penelitian yang spesifik, yang dicerminkan dalam judul penelitian: Pengujian jarak tanam untuk meningkatkan produksi kedele. Tujuan penelitian semacam ini adalah sangat jelas, yaitu untuk mengetahui jarak tanam optimal, yang barangkali dikaitkan dengan kondisi lingkungan tertentu.
b. Peneliti ekonomi pertanian ingin mengetahui penggunaan atau faktor produksi sumberdaya, yang diprakirakan merupakan salah satu sebab dari rendahnya produksi. Tujuan penelitian juga jelas, adalah untuk mengetahui alokasi penggunaan pupuk, tenaga kerja yang optimal. Pada akhir penelitiannya, peneliti menyimpulkan bahwa alokasi penggunaan faktor produksi belum optimal; disarankan supaya petani dapat menambah penggunaan faktor produksi. Penelitian (b) itu belum mampu menjawab permasalahan praktis dengan tuntas, karena banyak faktor yang menyebabkan tidak optimalnya penggunaan sumberdaya.
0 Response to "KERANGKA TEORI DAN KONSEPSI, HIPOTESIS "
Post a Comment