Obstruksi intestinal
Merupakan penyebab morbiditas dan mortalitas yang cukup tinggi di bidang onkologi. Obstruksi intestinal bisa berasal dari intra abdominal atau ekstra abdominal. Lebih kurang 2/3 dari kasus obstruksi intestinal intra abdominal dijumpai pada penderita kanker ovarium, tumor dari kolon dan metastasis, sedang sisanya dijumpai pada hernia, adesi dan enteritis akibat radiasi. Obstruksi intestinal ekstra abdominal sebagai akibat metastasis berasal dari keganasan paru, payudara dan melanoma. Obstruksi intestinal tanpa penyebab mekanik (Ogylvie’s syndrome) sering dijumpai pada penderita kanker sebagai akibat penggunaan narkotik analgetik, abnormalitas elektrolit, radiasi, malnutrisi, imobilisasi yang lama yang menyebabkan motilitas usus terganggu.
Keputusan untuk melakukan pembedahan sering menimbulkan kontroversi.
Pemeriksaan klinis
- Anamnesis
- Pemeriksaan fisik
- Penunjang laboratorium dan pencitraan (colon in loop, CT scan abdomen dengan kontras oral dan rectal)
Terapi
- Resusitasi cairan dan elektrolit
- Mencari underlying disease
- Dekompresi intestinal dengan pemasangan pipa nasogastrik
- Dekompresi dengan kolonoskopi dipertimbangkan bila diameter sekum tidak melebihi 10 cm
- Penderita dengan obstruksi intestinal partial dicoba dengan pemberian medikamentosa dimana ± 50 % pasien berespon dengan pengobatan konservatif selama 2 minggu
- Pembedahan dikerjakan bila terjadi dilatasi progresif dengan impending perforasi atau jika ada tanda dan gejala peritonitis atau pengobatan konservatif gagal
9.2. Pendarahan.
Insidens pendarahan intraabdominal yang disebabkan oleh keganasan adalah jarang. Penyebab pendarahan yang terbanyak adalah ulkus peptikum, gastritis atau yang berhubungan dengan limfoma dan metastasis tumor. Diagnosis dan terapi adalah sama dengan penanganan kasus pendarahan intestinal yang bukan disebabkan oleh kanker
9.3. Perforasi intestinal
Perforasi intestinal dapat terjadi setiap saat selama tahap perjalanan penyakit maupun dalam pengobatan (kemoterapi atau radiasi) atau dapat sebagai akibat lanjut dari metastasis tumor. Perforasi traktus gastrointesrtinal sebagai akibat pemberian kemoterapi pada kasus solid tumor metastase umumnya fatal. Sebagian besar perforasi intestinal pada penderita kanker bukandisebabkan oleh penyakit kankernya tetapi oleh penyebab lain seperti ulkus peptikum, divertikulitis dan appendicitis dan penanganannya sama dengan prinsip pembedahan standar. Perforasi intestinal umumnya dijumpai pada sekum. Mortalitas yang dijumpai pada tindakan laparotomi emergency mencapai 30%. Dengan pemberian kemoterapi mortalitas meningkat diatas 80%. Hal ini disebabkan karena toksisitas dari kemoterapi terhadap mieloid, adanya malnutrisi, dan efek imunosupresif, sehingga gejala khas dari perforasi intestinal menjadi tidak jelas yang mengakibatkan keterlambatan diagnose dan terapi.
Obstruksi bilier
Obstruksi bilier pada hilus dari hepar atau pada kelenjar getah bening aorta sangat jarang tetapi menimbulkan masalah pada penderita kanker. Obstruksi ini umumnya disebabkan oleh limfoma, melanoma, kanker payudara, kolon, lambung, paru dan ovarium. Obstuksi pada biliary tree umumnya brerasal dari common bile duct dan pankreas. Diagnosis terbaik ditegakkan dengan CT scan yang dapat memberikan informasi tentang lokasi, derajat obstruksi, informasi tentang organ intra abdominal yang lain yang juga sering menyebabkan obstruksi. Dengan CT scan dapat dikerjakan guiding FNA untuk mendap[atkan diagnosa patologi. Pemeriksaan lain yang dapat digunakan adalah endoscopic guiding. Prognosa penderita dengan obstruksi bilier sangat jelek.
Terapi
Ditujukan untuk meringankan obstruksinya dan mencegah cholangitis. ERCP dan pemasangan stent merupakan pilihan drainase, bila gagal dapat dikerjakan Percutaneous Transhepatic Drainage. Eksternal radiasi dengan atau tanpa kemoterapi dapat merupakan pengobatan paliatif, khususnya pada tumor primer bilier dan pancreas. Pembedahan dikerjakan pada penderita dengan kemungkinan hidup yang lama, resiko rendah atau kemungkinan metastasisnya rendah.
0 Response to "KEDARURATAN BEDAH "
Post a Comment