a. Biotechnology Traditional and Conventional
a. Bioteknologi tradisional dan konvensional
Application of biotechnology in tradisonil, namely biotechnology that are not familiar with any terms of genetics and cloning. This biotechnology as has been shown above, is the form of the use of microbes in the fermentation, the selection or the traditional cross in agriculture and animal husbandry to find quality seeds. In addition to the use of microbes to produce products, biotechnology tradisinal also included in the selection technique in the field of agriculture and animal husbandry: the election in accordance with the nature of human desire through hybridization with the aim of improving offspring (Fahruddin, 2010: Page 14).
Aplikasi bioteknologi secara tradisonil, yaitu bioteknologi yang belum mengenal adanya istilah genetika dan kloning. Bioteknologi ini seperti yang telah dicontohkan di atas, adalah berupa pemanfaatan mikroba dalam fermentasi, seleksi atau persilangan tradisional dibidang pertanian dan peternakan untuk mencari bibit unggul. Selain pemanfaatan mikroba dengan menghasilkan produk, bioteknologi tradisinal juga termasuk dalam tehnik seleksi di bidang pertanian dan peternakan : yaitu pemilihan sifat yang sesuai dengan keinginan manusia melalui hibridisasi dengan tujuan memperbaiki keturunan (Fahruddin, 2010: Hal 14).
The principle of conventional biotechnology basically to meet the needs in large numbers by using tebaru to develop products (Fahruddin, 2010: Page 14).
Prinsip bioteknologi konvensional pada dasarnya untuk pemenuhan kebutuhan dalam jumlah yang banyak dengan menggunakan metode tebaru untuk mengembangkan produk (Fahruddin, 2010: Hal 14).
b. Modern Biotechnology
Modern biotechnology has been using high-level engineering and directed so that the results can be well controlled. The technique is often used is to perform genetic manipulation in a living body of directionally in order to obtain results as desired.The technique used in modern biotechnology is the manipulation of genetic material (DNA) in vitro, ie the biological processes that take place outside the cell or organism, such as in vitro. Therefore, modern biotechnology is also known as genetic engineering, which is a process that is intended to produce a transgenic organism. Transgenic organism is an organism whose genetic information in its chromosome sequence has been altered so as to have the desired beneficial properties.Principles of modern biotechnology more use of genetic resources that the DNA of organisms that have been manipulated and called genitika engineering. Modern biotechnology is also called second-generation biotechnology, developed after the Second World War by making use of genetically modified organisms, so that the conversion process can take place in a more efiesien and effectiveness. In a simple genetic engineering can be explained as a technique to generate a DNA molecule containing a new gene as desired by changing or adding the DNA molecule in the gene (Fahruddin, 2010: Page 15).
Bioteknologi modern telah menggunakan teknik rekayasa tingkat tinggi dan terarah sehingga hasilnya dapat dikendalikan dengan baik. Teknik yang sering digunakan adalah dengan melakukan manipulasi genetik pada suatu jasad hidup secara terarah sehingga diperoleh hasil sesuai dengan yang diinginkan. Teknik yang digunakan dalam bioteknologi modern adalah teknik manipulasi bahan genetik (DNA) secara in vitro, yaitu proses biologi yang berlangsung di luar sel atau organisme, misalnya dalam tabung percobaan. Oleh karena itu, bioteknologi modern juga dikenal dengan rekayasa genetika, yaitu proses yang ditujukan untuk menghasilkan organism transgenik. Organisme transgenik adalah organisme yang urutan informasi genetik dalam kromosomnya telah diubah sehingga mempunyai sifat menguntungkan yang dikehendaki. Prinsip bioteknologi modern lebih banyak menggunakan sumber genetik yakni DNA organism yang telah dimanipulasi dan disebut rekayasa genitika. Bioteknologi modern juga disebut bioteknologi generasi kedua, berkembang setelah perang Dunia Kedua dengan memanfaatkan organisme hasil rekayasa genetika, agar proses pengubahan dapat berlangsung secara lebih efiesien dan efekti. Secara sederhana rekayasa genetika dapat diterangkan sebagai tehnik untuk menghasilkan molekul DNA yang berisi gen baru sesuai yang diinginkan dengan mengubah atau menambah molekul DNA pada gen (Fahruddin, 2010: Hal 15).
The basic principle of engineering genitika as follows.
Prinsip dasar rekayasa genitika sebagai berikut.
1) Recombinant DNA
DNA techniques rrekombinan done by changing the arrangement of DNA in order to obtain new DNA structure that is able to express the desired properties. This technique is used to generate transgenic organisms. The recombinant DNA process includes the isolation of DNA, genes or DNA transplant, and insert DNA into living cells (Kusumawati, 2012: 171).
1) DNA Rekombinan
Teknik DNA rrekombinan dilakukan dengan pengubahan susunan DNA sehingga diperoleh susunan DNA baru yang mampu mengekspresikan sifat-sifat yang diinginkan. Teknik ini digunakan untuk menghasilkan organism transgenik. Proses DNA rekombinan ini meliputi isolasi DNA, transplantasi gen atau DNA, dan memasukkan DNA ke dalam sel hidup (Kusumawati, 2012: 171).
2) The fusion of protoplasm
Fusion protoplasm called hibrodoma technology also made by combining two cells of the same tissue or cells from two different organisms in an electric field. This technique diguakan to generate transgenic organisms. The principle of protoplasm fusion is to combine both cell contents by first eliminating the cell wall or cell membrane of the cell to be combined in an electric field. This technique can be performed on cells of plants and animals (Kusumawati, 2012: 173).
2) Fusi Protoplasma
Fusi protoplasma disebut juga teknologi hibrodoma yang dilakukan dengan menggabungkan dua sel dari jaringan yang sama atau dua sel dari organism yang berbeda dalam suatu medan listrik. Teknik ini diguakan untuk menghasilkan organisme transgenik. Prinsip dari fusi protoplasma adalah menggabungkan kedua isi sel dengan terlebih dahulu menghilangkan dinding sel atau membrane sel dari kedua sel yang akan digabungkan dalam suatu medan listrik. Teknik ini dapat dilakukan pada sel tumbuhan maupun hewan (Kusumawati, 2012: 173).
3) Tissue Culture
3) Kultur Jaringan
Tissue culture is perpetually vegetative plant propagation techniques that are based on the nature of artificial plants totipotensi. Principles of tissue culture dalah grow tissue or plant cells in a manner antiseptic artificial media. In the theory says that every plant cell has the ability to grow into new individuals when sitempatkan in a suitable environment. New individual properties generated exactly the properties of its parent (Kusumawati, 2012: 173).
Kultur jaringan merupakan teknik perbanyakan tanaman secra vegetative buatan yang didasarkan pada sifat totipotensi tumbuhan. Prinsip kultur jaringan dalah menumbuhkan jaringan maupun sel tumbuhan dalam suatu media buatan secara antiseptic. Dalam teori tersebut dikatakan bahwa setiap sel tumbuhan mempunyai kemampuan untuk tumbuh menjadi individu baru apabila sitempatkan pada lingkungan yang sesuai. Sifat individu baru yang dihasilkan sama persis dengan sifat induknya (Kusumawati, 2012: 173).
Parts of plants that are grown in culture medium called explants. Explants which is often used as part of plants that have cells that actively divide as dann root tip end of the rod. Pieces parts of plants grown in the culture medium will grow to form a callus. Calli is a mass of cells that have not differentiated. Callus will develop into complete plants uyang called plantlets (Kusumawati, 2012: 173).
Bagian tumbuhan yang ditumbuhkan dalam media kultur disebut eksplan. Eksplan yang sering digunakan merupakan bagian tumbuhan yang memiliki sel-sel yang aktif membelah seperti ujung akar dann ujung batang. Potongan bagian tumbuhan yang ditanam pada media kultur akan tumbuh membentuk kalus. Kalus merupakan massa sel yang belum terdiferensiasi. Kalus tersebut akan berkembang menjadi tanaman lengkap uyang disebut plantlet (Kusumawati, 2012: 173).
Tissue culture medium used is usually in the form of gar-agar supplemented with nutrients and vitamins that dibutuhankan by the media plants can also coupled with growth hormone, for example, auxin and cytokinin. Auxin will trigger the growth of roots, are cytokines will trigger the growth of shoots. The composition of tissue culture depends on the plant species to be propagated (Kusumawati, 2012: 173).
Media kultur jaringan yang digunakan biasanya berupa gar-agar yang ditambah dengan unsur hara dan vitamin yang dibutuhankan oleh tumbuhan media tersebut juga dapat ditambah dengan hormon pertumbuhan, misalnya auksin dan sitokinin. Auksin akan memicu pertumbuhan akar, sedang sitokinin akan memicu pertumbuhan tunas. Komposisi kultur jaringan tergantung pada spesies tumbuhan yang akan diperbanyak (Kusumawati, 2012: 173).
4) Cloning
4) Kloning
Cloning or nucleus transplants are used to produce individuals that are genetically identical to the parent. Cloning process is done by inserting a donor cell nucleus into the egg cell nucleus is removed. Furthermore, the egg cells are given an electric shock or chemical substances to stimulate cell division. When the clone embryos had reached the appropriate stage, the embryo is inserted into the womb of a female animal similar. The animal will selanjunya containing embryos implanted and childbearing cloned. Examples of cloned animals are sheep Dolly (Kusumawati, 2012: 174).
Kloning atau transplantasi atau pencangkokan nukleus digunakan untuk menghasilkan individu yang secara genetic identik dengan induknya. Proses kloning dilakukan dengan cara memasukkan inti sel donor ke dalam sel telur yang telah dihilangkan inti selnya. Selanjutnya, sel telur tersebut diberi kejutan listrik atau zat kimia untuk memacu pembelahan sel. Ketika klon embrio telah mencapai tahap yang sesuai, embrio dimasukkan ke dalam rahim hewan betina lainnya yang sejenis. Hewan tersebut selanjunya akan mengandung embrio yang ditanam dan melahirkan anak hasil kloning. Contoh hewan hasil kloning adalah domba Dolly (Kusumawati, 2012: 174).
5) Techniques In Vitro Fertilization
5) Teknik Bayi Tabung
IVF techniques aim to help couples that are difficult to obtain offspring. The couple is actually able to produce sex cells normally. However, due to certain factors result in the fertilization process can not be such as blockage of the oviduct (Kusumawati, 2012: 175).
Teknik bayi tabung bertujuan untuk membantu pasangan suami istri yang sulit memperoleh keturunan. Pasangan suami istri tersebut sebenarnya mampu menghasilkan sel kelamin secara normal. Namun, karena adanya faktor-faktor tertentu mengakibatkan proses pembuahan tidak dapat menjadi misal tersumbatnya saluran telur (Kusumawati, 2012: 175).
Fertilization is done on IVF techniques (in vitro fertilization) is outside the body of the female parent. Fertilized egg cell to form an embryo. The embryos were then planted (implanted) in the womb of the donor. The embryo is then grow into a child ready to be born (Kusumawati, 2012: 175).
Pembuahan yang dilakukan pada teknik bayi tabung (fertilisasi in vitro) berada di luar tubuh induk betina. Sel telur yang telah dibuahi akan membentuk embrio. Embrio kemudian ditanam (diimplantasi) pada rahim pendonor. Embrio tersebut selanjutnya tumbuh menjadi anak yang siap dilahirkan (Kusumawati, 2012: 175).
0 Response to "Jenis-jenis bioteknologi "
Post a Comment