Berita Hangat Hari Ini

Suplemena Maka Kuliah Komunikasi Bisnis


Pembahasan tentang istilah “iklim Komunikasi”
   
Berjalannya suatu komunikasi dalam sebuah organisasi sangat tergantung pada apa yang dinamakan : iklim komunikasi. Istilah iklim disini adalah merupakan sebuah kiasan (metafora). Kiasan adalah suatu istilah yang menyatakan suatu kemiripan, contohnya :”tempat ini seperti sebuah kebun binatang”. Meskipun perbandingannya figurative, perbandingan tersebut memberi informasi mengenai isi, struktur, dan arti situasi yang serupa. Seperti yang dikatakan Sackmann (1989) : suatu kiasan dapat memberi gambaran yang gamblang pada tingkat kognitif, emosional, perilaku, dan menyatakan suatu bagian tertentu pada tindakan tanpa menetapkan perilaku yang sebenarnya.

    Istilah “iklim komunikasi organisasi” menggambarkan suatu kiasan bagi iklim fisik. Sama seperti cuaca membentuk iklim fisik untuk suatu daerah, cara seseorang bereaksi terhadap suatu aspek organisasi menciptakan suatu iklim komunikasi. Iklim fisik merupakan gabungan dari temperatur, tekanan udara, kelembaban, hujan, sinar matahari, mendung dan angin sepanjang tahun yang dirata-ratakan atas serangkaian tahun. Sedangkan iklim komunikasi merupakan gabungan dari persepsi-persepsi, yang mana merupakan evaluasi makro, mengenai peristiwa komunikasi, perilaku manusia, respon pegawai terhadap pegawai lainnya, harapan-harapan, konflik-konflik antar persona dan kesempatan bagi pertumbuhan dalam organisasi tersebut. Dengan kata lain, iklim komunikasi meliputi persepsi-persepsi mengenai pesan dan peristiwa yang berhubungan dengan pesan yang terjadi dalam sebuah organisasi. 

Hubungan iklim komunikasi dan gaya kepemimpinan.

    Salah satu tujuan kepemimpinan adalah untuk membantu menumbuhkan, mempertahankan dan meningkatkan motivasi motivasi seseorang. Wujud dari kepemimpinan seseorang adalah gaya kerja (operating style) dari orang tersebut. Gaya kerja inilah yang dalam pengertian sehari-hari disebut dengan gaya kepemimpinan. Konsep gaya sendiri adalah merupakan kombinasi antara bahasa dan tindakan. Artinya dengan pola bahasa dan tindakan yang bagaimana seseorang membantu orang lain untuk mencapai tujuan yang diinginkan. Gaya kepemimpinan ini menurut R. Wayne Pace dan Don F. Faules bisa dilakukan dengan pendekatan-pendekatan sebagai berikut  :
1.    Mengendalikan atau mengarahkan.
2.    Memberikan tantangan atau rangsangan.
3.    Menjelaskan atau memberi instruksi.






4.    Mendorong atau mendukung.    
5.    Memohon atau membujuk.
6.    Melibatkan atau memberdayakan.
7.    Memberi ganjaran atau hukuman.

Dari setiap pendekatan tersebut diatas dalam penerapannya dilakukan dengan cara yang berbeda satu sama lain. Misalnya, pendekatan mengendalikan , bisa dicapai melalui bahasa dan tindakan melarang atau membatasi apa yang tidak dan apa yang boleh dilakukan seseorang. Dari segi bahasa, gaya mengendalikan akan menimbulkan suatu intonasi suara, cara bereaksi, penggunaan kata-kata dan frase yang khas, sementara dari segi tindakan akan terlihat tindakan yang komplementer, saling berkaitan dan terpola. Pendekatan-pendekatan dalam gaya kepemimpinan seperti tersebut di atas itulah yang pada gilirannya akan membentuk suatu iklim komunikasi pada lingkungan organisasi.
 
Arti Penting Iklim Komunikasi.
   
Menurut Blumenstock sebagaimana iklim fisik mempengaruhi cara hidup kita, misalnya : cara berpakaian kita, makanan yang kita perlukan, rumah yang kita bangun, alat pengangkutan yang kita pergunakan dan lain-lain, iklim komunikasipun mempengaruhi cara hidup kita : kepada siapa kita berbicara, siapa yang kita sukai, bagaimana perasaan kita, bagaimana kegiatan kerja kita, bagaimana perkembangan kita, apa yang ingin kita capai dan lain-lain.
    Iklim komunikasi ini penting karena mengaitkan konteks organisasi dengan konsep-konsep, perasaan-perasaan, dan harapan-harapan anggota organisasi serta  membantu menjelaskan perilaku anggota-anggota organisasi. Dengan mengetahui iklim komunikasi dari suatu organisasi kita akan dapat memahami secara lebih baik apa yang mendorong anggota organisasi untuk bersikap dengan cara-cara tertentu.

Hubungan antara iklim komunikasi dengan budaya perusahaan.

    Jika kita melihat uraian di atas maka tampak bahwa iklim komunikasi memiliki sifat-sifat yang membuatnya tampak tumpang tindih dengan konsep budaya. Poole (1985) menjelaskan bahwa :”Secara keseluruhan, tampaknya iklim lebih merupakan sifat budaya daripada merupakan suatu pengganti budaya. Sebagai suatu system kepercayaan yang digeneralisasikan , iklim berperan dalam keutuhan suatu budaya dan membimbing perkembangan budaya tersebut” (hal. 84). Kopelman, Brief dan Guzzo (1989) cenderung setuju dengan pandangan  mengenai hubungan antara iklim dan budaya tersebut seperti yang dikatakannya : “Budaya organisasi …… menyediakan konteks tempat iklim organisasi menetap” (hal.8). Jadi dengan pemahaman mengenai iklim komunikasi suatu organisasi maka kita akan dapat bicara banyak mengenai budaya organisasi tersebut.






Pemahaman Mengenai Budaya Perusahaan.

    Dewasa ini semakin disadari arti pentingnya sumber daya manusia bagi kelangsungan hidup suatu perusahaan. Kekuatan sumber daya manusia dibentuk justru dari sifat atau karakter yang berbeda dari masing-masing individu dalam perusahaan tersebut yang dituangkan dalam bentuk penyatuan pandangan guna mencapai tujuan perusahaan. Untuk memberikan pandangan yang sama bagi sumber daya manusia diperlukan suatu ketegasan dari perusahaan dalam bentuk budaya kerja yang mencerminkan spesifikasi dari suatu perusahaan.Budaya kerja ini akhirnya ditujukan untuk seluruh lapisan individu yang ada dalam perusahaan yang kemudian akan membentuk suatu budaya perusahaan.

 Definisi dari budaya perusahaan sendiri ada beberapa pendapat :
1.    Marvin Bower : “The way things done around here” (bagaimana sesuatu dikerjakan/terjadi di lingkungan tersebut).
2.     Edgar H. Schein :” The basic assumptions and belief that are shared by members of organization” (asumsi-asumsi dasar dan kepercayaan dari anggota-anggota suatu organisasi). 
3.    RT Pascale & AG Athos :”The philosophy that guides an organization’s policy toward employees and customers” (filosofi yang mendasari kebijaksanaan organisasi atas karyawan dan pelanggannya).
4.    Linda Smirch :”Pattern of beliefs, symbols, rituals, myths and practices that have evolved over time” ( pola kepercayaan, simbol, ritual, mitos dan kebiasaan yang berkembang dari waktu ke waktu).

Dari beberapa definisi di atas bisa disimpulkan bahwa yang disebut budaya perusahaan adalah nilai-nilai yang mendasari individu-individu di dalam sebuah perusahaan dalam berfikir, berperilaku, melakukan kewajibannya terhadap perusahaan tersebut. Nilai-nilai inilah yang akan memberi jawaban apakah suatu tindakan benar atau salah, dianjurkan atau tidak, sehingga berfungsi sebagai landasan untuk berperilaku.

    Agar budaya bisa menjadi alat ukur dari setiap kegiatan organisasi, maka budaya tersebut harus dibakukan. Untuk itu budaya harus memiliki beberapa karakteristik sebagai wujud nyata dari keberadaannya. Menurut The Jakarta Consulting Group ada 10 karakteristik budaya perusahaan yaitu :

1.    Inisiatif Individual.
Seberapa jauh inisiatif seseorang dikehendaki dalam perusahaan. Karakteristik ini meliputi : derajat tanggung jawab, kebebasan dan independensi dari masing-masing anggota organisasi.. Seberapa besar seseorang diberi wewenang dalam  menjalankan tugasnya, seberapa berat tanggung jawab yang harus dipikul sesuai dengan kewenangannya dan seberapa luas kebebasan dalam mengambil keputusan.

2.    Toleransi terhadap resiko.
Seberapa jauh sumber daya manusia didorong untuk lebih agresif, inovatif dan mau menghadapi resiko dalam pekerjaannya.

3.    Pengarahan.
Kejelasan organisasi dalam menentukan tujuan serta harapannya  terhadap sumber daya manusia atas hasil kerjanya. Harapan tersebut dapat dituangkan dalam bentuk kuantitas, kualitas serta waktu.

4.    Integrasi.
Bagaimana unit-unit di dalam organisasi didorong untuk melakukan kegiatannya dalam satu koordinasi yang baik. Seberapa jauh keterkaitan dan kerjasama ditekankan dalam pelaksanaan tugas. Seberapa dalam interdependensi antar sumber daya manusia ditanamkan.

5.    Dukungan manajemen.
Seberapa jauh para manajer memberikan komunikasi yang jelas, bantuan dan dukungan terhadap bawahannya dalam melaksanakan tugasnya.

6.    Pengawasan.
Meliputi peraturan-peraturan dan supervisi langsung yang digunakan untuk melihat secara keseluruhan perilaku karyawan.

7.    Identitas.
Seberapa jauh loyalitas anggota organisasi terhadap organisasinya. Misalnya jika seorang karyawan dibangunkan dari tidurnya dan ditanya siapa dirinya, kemudian dia menjawab : saya adalah karyawan perusahaan X, maka berarti dia telah menjadikan perusahaan tersebut sebagai bagian dari identitas dirinya.

8.    Sistem Penghargaan.
Alokasi “reward” (kenaikan gaji, promosi dan semacamnya) yang berdasarkan pada criteria hasil kerja karyawan. Pada perusahaan yang sistem penghargaannya jelas, semuanya telah terstandarisasikan berdasarkan criteria-kriteria yang telah ditentukan.

9.    Toleransi terhadap konflik.
Usaha mendorong karyawan untuk kritis terhadap konflik yang terjadi. Dalam budaya perusahaan yang toleransi konfliknya tinggi, perdebatan dalam setiap pertemuan adalah suatu hal yang wajar. Tetapi pada perusahaan yang toleransi terhadap konfliknya rendah, sumber daya manusia akan menghindari perdebatan dan menggerutu di belakang.

10.    Pola komunikasi.
Hierarki formal dari komunikasi organisasi berbeda dari satu perusahaan ke perusahaan lainnya. Misalnya, karyawan perusahaan di Amerika memanggil atasannya dengan nama depannya. Sedangkan karyawan di Eropa Barat memanggil atasannya dengan nama belakangnya. Sementara di Indonesia biasanya memanggil dengan awalan “pak”.

Referensi :

1.    Komunikasi Organisasi, R Wayne Pace & Don F. Faules, Editor : Deddy Mulyana, M.A. 1998.
2.    Budaya Perusahaan, Dr, A.B. Susanto,1997

Subscribe to receive free email updates:

Related Posts :

0 Response to "Suplemena Maka Kuliah Komunikasi Bisnis"

Post a Comment