Berita Hangat Hari Ini

TENTANG TETANUS


TETANUS
·          Penyakit sistem saraf yang perlangsungannya akut dengan karakteristik spasme tonik persisten dan eksaserbasi singkat.

KRITERIA DIAGNOSA
·          Hipertoni dan spasme otot
·          Trismus, risus sardonikus, otot leher kaku dan nyeri, epistotonus, dinding perut tegang, anggota gerak spastic.
·          Lain-lain : kesukaran menelan, asfiksia dan sianosis, nyeri pada otot-otot di sekitar luka
·          Kejang tonik dengan kesadaran tidak terganggu
·          Umumnya ada luka/riwayat luka
·          Retensi urine dan hiperpireksia
·          Tetanus lokal

Pemeriksa Penunjang
·          Bila memungkinkan, pemeriksa bakteriologik untuk menemukan C. Tetani
·          EKG bila ada tanda-tanda gangguan jantung
·          Foto toraks bila ada tanda-tanda komplikasi paru-paru

Diagnosa Banding :
·          Kejang karena hipokalsemia
·          Reaksi distonia
·          Rabies
·          Meningitis
·          Abses retrofaringeal, abses gigi, subluksasio mandibula
·          Sindrom hiperventilasi/reaksi histeri
·          Epilepsi/kejang tonik klonik umum

Tatalaksana
·          IVFD dekstrose 5% : RL = 1 : 1/6 jam
·          Kausal
-       Anti toksin tetanus diberikan dengan dosis 20.000 IU/hari/i.m selama 3-5 hari. Tes kulit sebelumnya atau
-       Human tetanus immunoglobulin (HTIG). Dosis 500-3.000 IU/I.M tergantung beratnya penyakit. Diberikan single dose
·          Antibiotik :
-       Metronidazole 500 mg/8 jam drips i.v.
-       Ampisilin dengan dosis 1 gr/8 jam (tes kulit sebelumnya)
Bila alergi terhadap Penisilin dapat diberikan:
-       Eritromisin 500 mg/6 jam/oral. atau
-       Tetrasiklin 500 mg/6 jam/oral
·          Penanganan luka :
-       Dilakukan cross incision dan irigasi menggunakan H2O2
·          Simtomatis dan supportif
-       Setelah masuk rumah sakit, segera diberikan diazepam dengan dosis 10 mg i.v. perlahan 2-3 menit. Dapat diulang bila diperlukan.
-       Dosis maintenance : 10 ampul = 100 mg/500 ml cairan infus (10-12 mg/kg BB/hari) diberikan secara drips (syiringe pump).
Untuk mencegah terbentuknya kristalisasi, cairan dikocok setiap 30 menit.
-       Setiap kejang diberikan bolus diazepam 1 ampul /IV perlahan selama 3-5 menit, dapat diulangi setiap 15 menit sampai maksimal 3 kali. Baik tak teratasi segera rawat di ICU.
-       Bila penderita telah bebas kejang selama 48 jam maka dosis diazepam diturunkan secara bertahap 10% setiap 1-3 hari (tergantung keadaan). Segera setelah intake peroral memungkinkan maka diazepam diberikan peroral dengan frekuensi pemberian setiap 3 jam.
-       Oksigen, diberikan bila terdapat tanda-tanda hipoksia, distress pernapasan, sianosis.
-       Nutrisi, diberikan TKTP dalam bentuk lunak, saring atau cari. Bila perlu, diberikan melalui pipa naso gstrik.
-       Menghindari tindakan/perbuatan yang bersifat merangsang suara dan cahaya yang intensitasnya bersifat intermitten.
-       Mempertahankan/membebaskan jalan nafas: pengisapan lendir oro /nasofaring secara berkal.
-       Posisi/letak penderita diubah-ubah secara periodik.
-       Pemasangan kateter bila terjadi retensi urin.

Penyulit
·          Asfiksia akibat depresi pernapasan, spasme jalan napas
·          Pneumonia aspirasi
·          Kardiomiopati
·          Fraktur kompresi

Tenaga Standar
·          Perawat, dokter umum/residen, dokter, spesialis saraf.

Lama Perawatan
·          2 minggu – 1 minggu

Prognosis/Iuaran
·          Angka kematian tinggi bil
·          Usia tua
·          Masa inkubasi singkat
·          Onset periode yang singkat
·          Demam tinggi
·          Spasme yang tidak cepat diatasiTETANUS
·          Penyakit sistem saraf yang perlangsungannya akut dengan karakteristik spasme tonik persisten dan eksaserbasi singkat.

KRITERIA DIAGNOSA
·          Hipertoni dan spasme otot
·          Trismus, risus sardonikus, otot leher kaku dan nyeri, epistotonus, dinding perut tegang, anggota gerak spastic.
·          Lain-lain : kesukaran menelan, asfiksia dan sianosis, nyeri pada otot-otot di sekitar luka
·          Kejang tonik dengan kesadaran tidak terganggu
·          Umumnya ada luka/riwayat luka
·          Retensi urine dan hiperpireksia
·          Tetanus lokal

Pemeriksa Penunjang
·          Bila memungkinkan, pemeriksa bakteriologik untuk menemukan C. Tetani
·          EKG bila ada tanda-tanda gangguan jantung
·          Foto toraks bila ada tanda-tanda komplikasi paru-paru

Diagnosa Banding :
·          Kejang karena hipokalsemia
·          Reaksi distonia
·          Rabies
·          Meningitis
·          Abses retrofaringeal, abses gigi, subluksasio mandibula
·          Sindrom hiperventilasi/reaksi histeri
·          Epilepsi/kejang tonik klonik umum

Tatalaksana
·          IVFD dekstrose 5% : RL = 1 : 1/6 jam
·          Kausal
-       Anti toksin tetanus diberikan dengan dosis 20.000 IU/hari/i.m selama 3-5 hari. Tes kulit sebelumnya atau
-       Human tetanus immunoglobulin (HTIG). Dosis 500-3.000 IU/I.M tergantung beratnya penyakit. Diberikan single dose
·          Antibiotik :
-       Metronidazole 500 mg/8 jam drips i.v.
-       Ampisilin dengan dosis 1 gr/8 jam (tes kulit sebelumnya)
Bila alergi terhadap Penisilin dapat diberikan:
-       Eritromisin 500 mg/6 jam/oral. atau
-       Tetrasiklin 500 mg/6 jam/oral
·          Penanganan luka :
-       Dilakukan cross incision dan irigasi menggunakan H2O2
·          Simtomatis dan supportif
-       Setelah masuk rumah sakit, segera diberikan diazepam dengan dosis 10 mg i.v. perlahan 2-3 menit. Dapat diulang bila diperlukan.
-       Dosis maintenance : 10 ampul = 100 mg/500 ml cairan infus (10-12 mg/kg BB/hari) diberikan secara drips (syiringe pump).
Untuk mencegah terbentuknya kristalisasi, cairan dikocok setiap 30 menit.
-       Setiap kejang diberikan bolus diazepam 1 ampul /IV perlahan selama 3-5 menit, dapat diulangi setiap 15 menit sampai maksimal 3 kali. Baik tak teratasi segera rawat di ICU.
-       Bila penderita telah bebas kejang selama 48 jam maka dosis diazepam diturunkan secara bertahap 10% setiap 1-3 hari (tergantung keadaan). Segera setelah intake peroral memungkinkan maka diazepam diberikan peroral dengan frekuensi pemberian setiap 3 jam.
-       Oksigen, diberikan bila terdapat tanda-tanda hipoksia, distress pernapasan, sianosis.
-       Nutrisi, diberikan TKTP dalam bentuk lunak, saring atau cari. Bila perlu, diberikan melalui pipa naso gstrik.
-       Menghindari tindakan/perbuatan yang bersifat merangsang suara dan cahaya yang intensitasnya bersifat intermitten.
-       Mempertahankan/membebaskan jalan nafas: pengisapan lendir oro /nasofaring secara berkal.
-       Posisi/letak penderita diubah-ubah secara periodik.
-       Pemasangan kateter bila terjadi retensi urin.

Penyulit
·          Asfiksia akibat depresi pernapasan, spasme jalan napas
·          Pneumonia aspirasi
·          Kardiomiopati
·          Fraktur kompresi

Tenaga Standar
·          Perawat, dokter umum/residen, dokter, spesialis saraf.

Lama Perawatan
·          2 minggu – 1 minggu

Prognosis/Iuaran
·          Angka kematian tinggi bil
·          Usia tua
·          Masa inkubasi singkat
·          Onset periode yang singkat
·          Demam tinggi
·          Spasme yang tidak cepat diatasi

Subscribe to receive free email updates:

Related Posts :

0 Response to "TENTANG TETANUS"

Post a Comment