Pengendalian infeksi nosokomial merupakana kegiatan perencanaan, pelaksanaan, pengawasan, dan pembinaan denga tujuan untuk menurunkan kejadian infeksi nosokomial.
Pengendalian infeksi sudah dilakukan sejak lama di AS sedangkan di Indonesia baru mulai dilakukan pada tahun 1980an dan dianggap sebagai salah satu managemen resiko dan kendali mutu pelayanan rumah sakit.
Upaya pengendalian / pemberantasan infeksi nosokomial terutama ditujukan pada penurunan laju infeksi (VAP, ISK, decubitus, MRSA, dll). Untuk itu perlu disusun pedoman standar / kebijakan pengendalian infeksi nosokomial, meliputi:
Penerapan standar precaution (cuci tangan dan penggunaan alat pelindung)
Isolasi precaution
Antiseptik dan aseptic
Desinfeksi dan sterilisasi
Edukasi
Antibiotik
Survelians
Tujuan pengendalian infeksi nosokomial ini terutama :
Melindungi pasien
Melindungi tenaga kesehatan, pengunjung
Mencapai cost effective
Dampak yang dapat dirasakan apabila terjadi infeksi nosokomial adalah sebagai berikut:
Bagi pasien
ü LOS lebih panjang
ü Cost / pembiayaan meningkat
ü Penyakit lain yang mungkin lebih berbahaya daripada penyakit dasarnya
ü GDR meningkat
Bagi staff: medis dan non medis
ü Beban kerja bertambah
ü Terancam rasa aman dalam menjalankan tugas / pekerjaan
ü Memungkinkan terjadi tuntutan malpraktek
A. Penerapan Standar Precaution
Standar precaution pertama kali disusun pada tahun 1985 oleh CDC dengan tujuan untuk melindungi petugas kesehatan dari terinfeksi HIV dan infeksi melalui darah, seperti hepatitis virus.
Standar precaution adalah petunjuk untuk mencegah penularan infeksi melalui darah dan cairan tubuh tanpa memandang diagnosa medisnya atau dengan kata lain diterapkan pada semua pasien yang berobat / dirawat di rumah sakit.
Prinsip Dasar Standar Precaution:
Bahwa darah dan semua jenis cairan tubuh, secret, eksreta, kulit yang tidak utuh dan selaput lendir penderita dianggap sebagai sumber potensial untuk penularan infeksi termasuk HIV.
Komponen utama standar precaution :
1. Cuci tangan
2. Penggunaan alat pelindung: sarung tangan, masker, kaca mata, apron, sepatu bot.
Cuci tangan
Pedoman mencuci tangan telah memberikan anjuran tentang kapan dan bagaimana melakukan cuci tangan atau menggosok tangan untuk pembedahan, telah mengalami perubahan secara cepat pada masa 15 tahun terakhir, dengan munculnya AIDS pada tahun 1980 an.
Cuci tangan dengan sabun biasa dan air sama efektifnya dengan cuci tangan memakai sabun antimicrobial (Pereira, Lee dan Wade 1990).
Pittet dan kawan-kawan pada tahun 2000, melaporkan hasil penelitian tentang kepatuhan tenaga kesehatan dalam mencuci tangan, bahwa ada 4 alasan mengapa kepatuhan mencuci tangan masih kurang, yaitu:
ü Skin irritation
ü Inaccessible handwashing supplies
ü Being too bussy
ü No thinking abut it
Kepatuhan mencuci tangan di ICU (Spraot, I,J, 1994) kurang dari 50%, sedangkan Galleger 1999 melaporkan bahwa kepatuhan mencuci tangan tersebut :
Individu | Patuh % | Tidak Patuh % |
Dokter | 33 | 67 |
Perawat | 36 | 64 |
Tenaga kesehatan lainya | 43 | 57 |
Mahasiswa perawat | 0 | 100 |
Kegagalan untuk melakukan kebersihan dan kesehatan tangan yang tepat dianggap sebagai sebab utama infeksi nosokomial yang menular dan penyebaran mikroorganisme multiresisten serta diakui sebagai kontributor yang penting terhadap timbulnya wabah (Boyce dan Pittet, 2002), hal ini disebabkan karena pada lapisan kulit terdapat flora tetap dan sementara yang jumlahnya sangat banyak.
Flora tetap hidup pada lapisan kulit yang lebih dalam dan juga akar rambut, tidak dapat dihilangkan sepenuhnya, walaupun dengan dicuci dan digosok keras. Flora tetap, berkemungkinan kecil menyebabkan infeksi nosokomial, namun lapisan dalam tangan dan kuku jari tangan sebagian besar petugas dapat berkolonisasi dengan organisme yang dapat menyebabkan infeksi seperti : s.Auresus, Basili Gram Negative, dan ragi. Sedangkan flora sementara, ditularkan melalui kontak dengan pasien, petugas kesehatan lainya, atau permukaan yang terkontaminasi. Organisme ini hidup pula pada permukaan atas kulit dan sebagian besar dapat dihilangkan dengan mencucinta memakai sabun biasa dan air. Organisme inilah yang sering menyebabkan infeksi nosokomial (JHPIEGO, 2004).
Secara umum langkah cuci tangan dikenal dengan seven step cuci tangan :
1) Telapak tangan dengan telapak tangan
2) Telapak kanan di atas punggung tangan kiri dan sebaliknya
3) Jari saling berkaitan
4) Punggung jari pada telapak tangan lainya
5) Jempol digosok memutar oleh telapak tangan lainya
6) Jari-jari menguncup digosokkan memutar pada telapak tangan lainya
7) Cuci pergelangan tangan
Cuci tangan digolongkan atas 3 bagian :
1) Cuci tangan rutin / social
2) Cuci tangan procedural
3) Cuci tangan pembedahan
Ketiga bagian cuci tangan di atas dilakukan sesuai “seven step” cuci tangan.
Cuci tangan rutin dilakukan dengan tujuan cuci tangan adalah proses pembuangan kotoran dan debu secara mekanis dari kulit kedua belah tangan dengan memakai sabun dan air.
Prosedur cuci tangan rutin :
ü Basahi tangan seluruhnya di bawah air mengalir
ü Gunakan sabun biasa (bahan antiseptic tidak perlu) yang memiliki pH normal di telapak tangan yang sudah dibasahi.
ü Buat busa secukupnya.
ü Gosok kedua tangan termasuk kuku dan sela jari dengan sabun àikuti 7 langkah (seven step) selama 10 – 15 detik dengan memperhatikan daerah di bawah kuku tangan dan di antara jari-jari.
ü Bilas dengan air bersih
ü Tutup kran dengan siku / tissue (hindarkan menyentuh benda di sekitar / kran setelah cuci tangan )
ü Keringkan dengan handuk kering / kertas tissue.
Cuci tangan rutin bagi tenaga kesehatan, sebaiknya dilakukan pada :
§ Waktu tiba di RS
§ Sebelum masuk ruang rawat dan setelah meninggalkan ruang rawat
§ Di antara 2 tindakan atau pemeriksaan
§ Di antara pasien
§ Setelah melepas sarung tangan
§ Sebelum dan sesudah makan
§ Setelah membersihkan sekresi hidung
§ Jika tangan kotor
§ Setelah ke kamar kecil
§ Sebelum meninggalkan rumah sakit
Cuci tangan antisepticdilakukan dengan tujuan menghilangkan kotoran, debu serta mengurangi baik flora sementara maupun flora tetap menggunakan sabun yang mengandung antiseptic (klorheksidin, iodofor, atau triclosan) selain sabun biasa.
Prosedur cuci tangan antiseptic:
ü Basahi tangan seluruhnya di bawah air mengalir
ü Gunakan sabun anti microbial di telapak tangan yang sudah dibasahi
ü Buat busa secukupnya
ü Gosok kedua tangan termasuk kuku dan sela jari dengan sabun àikuti 7 langkah cuci tangan selama 1 menit (60 detik)
ü Bilas dengan air bersih
ü Tutup kran dengan siku / tissue
ü (hindarkan menyentuh benda di sekitar / kran setelah cuci tangan )
ü Keringkan dengan handuk kering / tissue.
Cuci tangan procedural / antiseptic dilakukan pada waktu :
§ Memeriksa / merawat pasien yang rentan (mis. Bayi premature, pasien manula, penderita AIDS stadium lanjut)
§ Melakukan prosedur inversive. Seperti pemasangan IV line, kateter, dll)
§ Meninggalkan ruang isolasi (mis. Hepatitis atau penderita yang kebal terhadap obat seperti MRSA).
Cuci tangan bedah yaitu menghilangkan kotoran, debu, organisme sementara secara mekanikal dan mengurangi flora tetap selama pembedahan. Tujuanya adalah mencegah kontaminasi luka oleh mikroorganisme dari kedua belah tangan dan lengan dokter bedah dan asistenya.
Selama bertahun-tahun tangan pra bedah menghendaki sekurang-kurangnya 6-10 menit penggosokan dengan sikat / spon antiseptic namun sejumlah penelitian melaporkan bahwa iritasi kulit akibat penggosokan dapat mengakibatkan meningkatnya pergantian bacteri dari kedua telapak tangan (Dineen, 1966; Kakuchi-Numagami dkk, 1999)
Sikat dan spon tidak dapat mengurangi jumlah bakteri pada kedua telapak tangan petugas hingga tingkat yang dapat diterima. Misalnya cuci tangan selama 2 menit dengan sabun dan air bersih diikuti dengan penggunaan khlorheksidin 2 – 4% atau povidon iodine 7,5 – 10% sama efektifnya dengan cuci tangan selama 5 menit dengan sabun antiseptic (Deshmukh, Kramer, dan Kjellberg 1996; Pereira, Lee dan Weda 1997)
Prosedur cuci tangan pembedahan:
ü Pakailah tutup kepala dan masker
ü Lepaskan semua perhiasan yang ada di tangan
ü Basahi tangan seluruhnya di bawah air mengalir sampai siku
ü Gunakan sabun anti microbial 2 – 5 cc di telapak tangan yang sudah dibasahi
ü Buat busa secukupnya
ü Gosok tangan termasuk kuku dan sela jari dengan sabun àikuti 7 langkah cuci tangan selama 5 menit pertama kemudian di ulang selama 3 menit
ü Usahakan posisi tangan lebih tinggi dari pada siku
ü Bilas dengan air bersih dengan tetap posisi tangan lebih tinggi dari siku
ü Tutup kran dengan siku
ü Hindarkan menyentuh benda di sekitar setelah mencuci tangan
ü Keringkan dengan handuk / tissue steril
Penggosok Antiseptik Tangan
Bukan pengganti cuci tangan, akan tetapi antiseptis tangan dilakukan hanya dengan tujuan mengurangi baik flora sementara atau tetap. Teknik antiseptic tangan sama dengan teknik mencuci tangan biasa.
Penggosok antiseptic tangan yang dianjurkan adalah larutan berbasisi alcohol 60 – 90% (Larson, 1990; Pierce, 1990)
Teknik melakukanya adalah :
Ø Gunakan cairan antiseptis secukupnya untuk melumuri seluruh permukaan tangan dan jari tangan
Ø Gosokkanlah larutan tersebut dengan cara menekan pada kedua belah telapak tangan khususnya di antara jari-jari dan bawah kuku hingga kering.
Isu – isu dan pertimbangan lain yang berkaitan dengan kesehatan dan kebersihan tangan :
1) Sarung tangan : bahwa tangan tidak memberikan perlindungan penuh terhadap kontaminasi tangan, bakteri dan pasien ditemukan hingga 30% petugas yang memakai sarung tangan sewaktu merawat pasien. (Kotilanen dkk, 1989). Doubeling dan koleganya pada tahun 1988 menemukan bahwa sejumlah bakteri yang cukup banyak pada kedua tangan petugas yang tidak mengganti sarung tangan di antara pasien dengan pasien lainya, tetapi hanya mencuci tangan memakai sarung tangan.
2) Pelumas dan krim tangan.
Dalam upaya untuk meminimalkan dermatitis kontak akibat seringkali mencuci tangan (>30 kali per shift) pelembab / sabun antiseptis (alcohol 60 – 90%) kurang mengiritasi kulit. Penggunaan pelumas tangan atau krim pelembab pada kulit. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemakaian pelumas atau krim yang teratur (sekurang-kurangnya 2 kali sehari) dapat membantu mencegah dan merawat dermatitis kontak (McCormickk dkk, 2000).
3) Kulit pecah dan lesi lainya
Kulit kuku, tangan, dan lengan bawah harus bebas lesi dan pecah kulit. Luka dan lecet harus ditutup dengan pembalut tahan air. Apabila tidak mungkin membalut, bagi petugas bedah dengan lesi di kulit tangan / lengan bawah sebaiknya tidak melakukan pembedahan hingga lesi tersebut sembuh.
4) Kuku jari :
Penelitian membuktikan bahwa di sekitar pangkal kuku (ruang subungal) mengandung jumlah mikrobia terbanyak dari seluruh bagian tangan (McGinley, Larson dan Leydon 1988), kuku panjang dapat berfungsi sebagia waduk bagi basil gram negative (P.Aeruginosa), ragi dan pathogen lainya (Hedderwick, 2000)
5) Kuku palsu yang dipakai oleh petugas kesehatan dapat menambah penularan infeksi nosokomial (Hedderwick, 2000)
6) Cat kuku: tidak ada larangan untuk memakai cat kuku, tetapi tenaga kesehatan sebaiknya memakai cat kuku cerah yang baru dipoles, cat kuku yang berwarna gelap akan menghalangi penglihatan dan pembersihan terhadap kotoran dan debu di bawah kuku jari.
7) Perhiasan:
Sejumlah studi telah mengungkapkan bahwa kulit di balik cincin lebih banyak terkontaminasi daripada arua kulit yang sama tanpa cincin (Jacobson dkk, 1985), tetapi pada saat ini belum diketahui apakah memakai cincin akan menyebabkan penularan pathogen yang besar atau tidak.
- Alat Pelindung diri
a. Sarung Tangan
Cuci tangan dan penggunaan sarung tangan merupakan komponen kunci (penerapan standar precaution standar kewaspadaan) dalam menimialkan penularan penyakit serta mempertahankan lingkungan bebas infeksi (Garner dan Favero 1986).
Ø Mengurangi resiko petugas terkena infeksi bacterial dari pasien
Ø Mencegah penularan flora kulit petugas kepada pasien
Ø Mengurangi kontaminasi tangan petugas kesehatan dengan mikroorganisme yang dapat berpindah dari satu pasien ke lainya (kontaminasi langsung)
Sarung tangan dipakai pada waktu melakukan kontak langsung dengan benda / alat yang diduga / terbukti secara nyata terkontaminasi oleh cairan tubuh penderita (darah, pus, urine, faeces dan muntahan), melakukan tidakan-tindakan invasive.
Penggunaan sarung tangan bukan pengganti cuci tangan.
Sarung tangan terdiri dari 2 macam :
1) Steril
2) Non steril / re-use
Sarung tangan steril dipakai pada waktu melakukan tindakan invasive. Sedang sarung tangan non steril digunakan pada waktu melakukan tindakan non invasive yang diduga atau secara nyata terdapat cairan tubuh, sebelum kontak dengan alat / benda yang terkontaminasi cairan tubuh . à lihat table penerapan standar precaution
b. Masker, pelindung mata dan wajah
1) Memakai masker selama melakukan tindakan atau perawatan pasien yang memungkinkan terkena percikan darah / cairan tubuh pasien
2) Melepaskan masker setelah dipakai dan segera mencuci tangan.
c. Gaun / apron
Ø Memakai gaun selama melakukan tindakan atau perawatan pasien yang memungkinkan terkena percikan darah atau cairan tubuh pasien.
Ø Segera melepas gaun dan cuci tangan untuk mencegah berpindahnya mikroorganisme ke pasien dan lingkunganya.
d. Kegiatan lainya tentang kapan cuci tangan dan penggunaan alat pelindung dilakukan ?
No. | Kegiatan | Cuci tangan | Sarung tangan | Jubah/ Celemek | Masker/ Google | |
Steril | biasa | |||||
Perawatan umum | | | | | | |
1. | Tanpa luka | | | | | |
| § Memandikan / bedding | √ | | √ | | |
| § Reposisi | √ | | √ | | |
2. | Luka terbuka | | | | | |
| § Memandikan / bedding | √ | | √ | K/P | |
| § Reposisi | √ | | √ | K/P | |
3. | Perawatan perianal | √ | | √ | √ | |
4. | Perawatan mulut | √ | | √ | K/P | K/P |
5. | Pemeriksaan fisik | √ | | K/P | | |
6. | Penggantian balutan | | | | | |
| § Luka operasi | √ | √ | | K/P | K/P |
| § Luka decubitus | √ | √ | | K/P | K/P |
| § Central line | √ | √ | | K/P | K/P |
| § Arteri line | √ | √ | | K/P | K/P |
| § Cateter intravena | √ | | √ | K/P | K/P |
Tindakan Khusus. | | | | | | |
7. | Pasang cateter urine | √ | √ | | K/P | K/P |
8. | Ganti bag urine / ostomil | √ | | √ | K/P | K/P |
9. | Pembilasan lambung | √ | | √ | K/P | K/P |
10. | Pasang NGT | √ | | √ | | √ K/P |
11. | Mengukur suhu axilia | √ | | K/P | | |
12. | Mengukur suhu rectal | √ | | √ | | |
13. | Kismia | √ | | √ | K/P | K/P |
14. | Memandikan jenazah | √ | | √ | K/P | K/P |
Perawatan saluran nafas | | | | | | |
15. | Tubbing ventilator | √ | | √ | K/P | |
16. | Suction | √ | | √ | K/P | √ K/P |
17. | Mengganti plaster ETT | √ | | √ | K/P | √ K/P |
18. | Perawatan TT | √ | | | K/P | √√ |
19. | PF dengan stethoscope | √ | | K/P | | |
20. | Resusitasi | √ | | √ | √ | √√ |
21. | Airway management | √ | | √ | √ | |
Perawatan Vasculer | | | | | | |
22. | Pemasangan infuse | √ | Lebih baik | √ | K/P | K/P |
23. | Pengambilan darah vena | √ | Lebih baik | √ | K/P | K/P |
24. | Punksi arteri | √ | Lebih baik | √ | K/P | K/P |
25. | Penyuntikan IM / IV / SC | √ | | √ | | |
26. | Penggantian botol infuse | √ | | | | |
27. | Pelesapan dan penggantian selang infuse | √ | | √ | | |
28. | Percikan darah / cairan tubuh | √ | | √ | √ | |
29. | Membuang sampah medis | √ | | √ | √ | |
30. | Penanganan alat tenun. | √ | | √ | √ | K/P |
Kesehatan karyawan dan daerah yang terinfeksi pathogen
Untuk mencegah luka tusuk benda tajam :
§ Berhati-hati saat menangani jarum , scapel, instrument yang tajam atau alat kesehatan lainya yang menggunakan permukaan tajam.
§ Jangan pernah menutup kembali jarum bekas pakai atau memanipulasinya dengan kedua tangan
§ Jangan pernah membengkokkan / mematahkan jarum
§ Buanglah benda tajam atau jarum bekas pakai ke wadah yang tahan tusuk dan air, dan tempatkan pada area yang mudah dijangkau dari area tindakan.
§ Gunakan mouthpieces, resusitasi bags, atau peralatan ventilasi lain sebagai alternative mulut ke mulut.
0 Response to "UPAYA PENGENDALIAN INFEKSI NOSOKOMIAL"
Post a Comment