Berita Hangat Hari Ini

HUBUNGAN FAKTA & TEORI

Teori memprediksi fakta. 

Penyingkatan fakta-fakta yang dilakukan oleh teori akan menghasilkan uniformitas dari pengamatan-pengamatan. Dengan adanya uniformitas maka dapat dibuat prediksi [ramalan] terhadap fakta-fakta yang akan datang dengan kata lain bahwa sebuah fakta baru akan lahir berdasarkan pengamatan fenomena-fenomena sekarang/saat ini. 
Teori memperkecil jangkauan. 

Fungsi utama dari teori adalah memberikan batasan terhadap ilmu dengan cara memperkecil jangkauan [range] dari fakta yang sedang dipelajari. Dalam dunia empiri banyak fenomena yang dapat dijadikan bahan pencermatan namun untuk pendalaman dan penajaman tertentu diperlukan batasan, sehingga teori berperan membatasi dalam lingkup [aspek] tertentu. 
Teori meringkas fakta. 

Teori melakukan perannya meringkas hasil penelitian . Melalui sebuah teori generalisasi terhadap hasil penelitian mudah dilakukan. Teori dengan mudah memberikan kemampuannya dalam memandu generalisasi-generalisasi, bahkan teori mampu meringkas hubungan antar generalisasi. 
Teori memperjelas celah kosong 

Dengan kemampuannya meringkas fakta – fakta saat ini dan melakukan prediksi, maka teori dapat memberikan petunjuk dan memperjelas kawasan mana yang belum dijangkau ilmu pengetahuan. 
Fakta memprakarsai teori. 

Terdapat berbagai fakta yang kita dijumpai secara empiri yang mampu melahirkan sebuah teori baru, karena secara tidak langsung fakta sebagai muara terciptanya sebuah teori. 
Fakta memformulasikan kembali teori yang ada. 

Tidak semua fakta mampu dijadikan teori, tetapi fakta dari hasil pengamatan dapat membuat teori lama menjadi teori baru /dikembangkan menjadi teori baru. Teori harus disesuaikan dengan fakta dengan demikian fakta dapat mengadakan reformulasi terhadap teori. 
Fakta dapat menolak teori. 

Jika banyak diperoleh fakta yang menunjukkan sebuah teori tidak dapat diformulasikan maka fakta berhak menolak teori tersebut. 
Fakta memberi jalan mengubah teori. 
Fakta mampu memperjelas teori dan mengajak seseorang untuk mengubah orientasi teori . Dengan hadirnya orientasi baru dari teori akan bersekuensi logis pada penemuan fakta-fakta baru. 



Adapun contoh suatu peristiwa terjadi sampai berkembang menajdi teori misalnya ketika kita mengamati bahwa tanah disekitar gunung berapi merupakan tanah yang subur. Ada dua fenomena yang barangkali berkaitan : tanah yang subur dan gunung berapi. Kita melangkah lebih lanjut dan mengambil kesimpulan : gunung berapi yang menyebabkan tanah menjadi subur, tentu kita tidak mungkin mengambil kesimpulan yang sebaliknya, tanah subur menyebabkan gunung berapi. Kita satu langkah lebih maju, kemudian orang lain mengamati bahwa ada tanah yang subur meskipun tidak berada didekat gunung berapi. Dengan “bukti” yang baru tersebut kita melakukan pengamatan lebih lanjut. Kita sampai pada kesimpulan baru bahwa, bukan gunung berapi itu sendiri yang membuat tanah subur, melainkan zat yang dikeluarkan gubung berapi yang kita namakan humus. Kita memperbaiki kesimpulan kita menjadi “humus bisa membuat tanah menjadi subur”. Kita sudah membuat teori. Selanjutnya, kita bisa membuat prediksi, kalau tanah diberi humus, tanah tersebut menjadi subur. 

Misalkan ada seorang petani yang menginginkan tanahnya menjadi subur, kita mempunyai teori humus. Maka kita menyarankan tanah petani tersebut diberi humus biar subur. Jika petani tersebut tidak tahu teori humus, dia akan mencoba-coba cara agar tanah menjadi subur, pertama, mungkin dengan sesajian, kedua, mungkin dengan membeli traktor. Petani tersebut telah melakukan coba-coba (trial and error) yang kurang effisien. Dengan demikian teori bisa meminimalkan coba-coba, dan mengefisienkan kerja kita, dengan asumsi teori tersebut benar.

Subscribe to receive free email updates:

0 Response to "HUBUNGAN FAKTA & TEORI "

Post a Comment