Ada dua cara dalam mengimplementasikan aspek life skill dan entrepreneurship yakni secara teoritis dan praktis. Secara teoritis dilaksanakan di dalam kelas tentunya dengan pembelajaran sejarah yang bermakna. Artinya guru dalam mengembangkan pembelajaran dapat menggunakan media dan metode pembelajaran yang mengedepankan aktivitas siswa. Pendekatan CTL (Contextual Teaching and Learning) merupakan salah satu pendekatan yang digunakan sehingga dapat meng-eksplore potensi anak didik. Anak dilibatkan dalam membangun pemahaman materi yang diperoleh dari hasil penemuan sendiri, sehingga nilai-nilai life skill dan jiwa entrepreneurship yang sebenarnya merupakan potensi diri akan berkembang.
Contoh:
Standar Kompetensi : 2. Menganalisis Peradaban Indonesia dan Dunia
Kompetensi Dasar : 2.1. Menganalisis kehidupan awal masyarakat Indonesia
Materi Pembelajaran : Kehidupan awal masyarakat Indonesia
Uraian Materi Perkembangan biologis manusia Indonesia
Metode Pembelajaran : Inquiry
Alat/Media : Penggunaan CD Pembelajaran tentang Situs Sangiran dan Manusia Purba
Aspek Skill - Siswa menganalisis materi
- Siswa menggali informasi
- Siswa mengolah informasi
- Siswa mengadakan kerjasama
- Siswa mengambil keputusan
Aspek Entrepreneurship : - Kreatif dan inovatif
- Mampu melihat peluang
- Mempunyai visi dan misi
Dari kegiatan di atas, siswa diharapkan mampu untuk menganalisis materi tentang kondisi di Situs Sangiran serta benda peninggalannya melalui eksplorasi internet, berdiskusi kelompok dalam mengolah informasi tersebut menjadi sebuah laporan atau makalah. Diharapkan juga munculnya awarness/kesadaran terhadap benda/objek peninggalan sejarah disekitar lingkungannya, mampu berinovasi dan kreatif menciptakan suatu kondisi yang menguntungkan dalam memberdayakan potensi yang dimilikinya di sekitar lingkungannya
- Kekurangan dari kegiatan ini, adanya siswa yang pasif karena didominasi oleh siswa yang aktif.
- Kelebihan dari kegiatan ini, siswa lebih responsive ketika melihat tayangan karena dapat melihat deskripsi kondisi di Sangiran, sehingga transformasi materi tidak menjadi abstrak lagi.
Secara praktis implementasi life skill dan jiwa entrepreneurship dapat dilaksanakan di lapangan. Studi Mapel atau Studi Sejarah merupakan salah satu metode yang digunakan agar siswa bisa terlibat langsung dengan situasi sebenarnya. Namun sebelumnya siswa sudah dibekali dengan informasi dan materi mengenai objek yang akan dikunjungi. Di sini siswa bisa melihat secara langsung potensi objek sejarah yang diberdayakan sebagai objek pariwisata dan penelitian.
Sebagai contoh ketika pembahasan materi pembelajaran Peristiwa, peninggalan sejarah,dan monumen peringatan peristiwa bersejarah yang ada di sekitarnya. Siswa bersama kelompoknya ditugaskan untuk membuat laporan hasil penelitian mengenai peristiwa sejarah, peninggalan sejarah atau kisah bersejarah yang ada di sekitar lingkungan tempat tinggalnya. Maka dengan sendirinya siswa akan berusaha mencari informasi berkaitan dengan tugas latihan penelitian tersebut. Namun sebelumnya guru harus menjelaskan terlebih dahulu kompetensi atau kemampuan apa yang ingin dicapai melalui kegiatan tersebut, sehingga siswa juga akan memahami kegiatan yang akan dilaksanakannya. Waktu yang digunakan dalam latihan penelitian tersebut selama dua minggu. Terlepas dari kesempurnaan hasil latihan penelitian tersebut, namun yang paling penting adalah siswa telah memperoleh pelajaran kecakapan hidup dan jiwa entrepreneurship. Siswa telah berusaha menggali informasi (melaksanakan interview) mengolah informasi (menjadi sebuah dokumen/laporan hasil latihan penelitian) dari hasil kreativitas, adanya kerjasama dalam mengolah informasi, mempunyai gagasan mengenai objek yang ditelitinya, dsb. Mereka (siswa) memperoleh kesadaran diri terhadap benda/peninggalan/objek sejarah yang ada di sekitar lingkungannya serta pengalaman hidup baru dengan melaksanakan tugas latihan penelitian tersebut Kemudian muncul juga gagasan mengenai tindak lanjut dari hasil latihan penelitian tersebut, misalnya gagasan mengembangkan daerahnya sebagai daerah objek wisata karena mempunyai potensi yang dapat dikembangkan, gagasan menuliskan potensi sejarah di sekitar daerahnya, penulisan toponim daerahnya sendiri.
Di sinilah nilai kecakapan hidup dan jiwa entrepreneurship dapat ditanamkan oleh seorang guru yang diintegrasikan bersama pembelajaran sejarah. Siswa ikut terlibat dalam proses pembelajaran tersebut. Siswa mendapat pengalaman observasi, interview, dan dokumentasi. Di sisi lain pembelajaran sejarah menjadi lebih bermakna, menarik dan berkesan karena tidak membosankan.
Daerah/objek di sekitar penulis yang dapat dijadikan studi lapangan misalnya:
1. Situs Plawangan
Materi Pembelajaran Tradisi sejarah dalam masyarakat Indonesia masa pra-aksara dan masa aksara
2. Petilasan Sunan Bonang dan Pangeran Sedo Laut
Materi Pembelajaran Pengaruh perkembangan agama dan kebudayaan Islam terhadap masyarakat di berbagai daerah di Indonesia.
3. Museum Kartini, Pendopo Kabupaten, dan Makam Kartini
4. Kota Pelabuhan Kuno di Lasem (Sungai Bagan) dan Kampung Pecinan
Materi Pembelajaran Peristiwa, peninggalan sejarah, dan monumen peringatan peristiwa bersejarah yang ada di sekitarnya.
Alat ukur keberhasilan:
1. Pengamatan (ranah afektif)
2. Portofolio, berdasarkan hasil kerja anak
3. Isian Singkat
Kesimpulan
1) Guru sejarah harus mampu mengubah paradigma pembelajaran sejarah sebagai pembelajaran bermakna, menarik, dan tidak membosankan.
2) Kompetensi guru harus ditingkatkan dalam aspek metode pembelajaran, eksplorasi materi melalui referensi-referensi kesejarahan.
3) Pemahaman aspek skill dan entrepreneurship dapat memudahkan guru untuk membumikannya dalam pembelajaran sejarah.
4) Pengembangan aspek skill dan entrepreneurship lebih diorientasikan pada penanaman sikap mental yang harus dimiliki siswa, sebagai bekal untuk hidup dan kehidupannya.
Contoh:
Standar Kompetensi : 2. Menganalisis Peradaban Indonesia dan Dunia
Kompetensi Dasar : 2.1. Menganalisis kehidupan awal masyarakat Indonesia
Materi Pembelajaran : Kehidupan awal masyarakat Indonesia
Uraian Materi Perkembangan biologis manusia Indonesia
Metode Pembelajaran : Inquiry
Alat/Media : Penggunaan CD Pembelajaran tentang Situs Sangiran dan Manusia Purba
Aspek Skill - Siswa menganalisis materi
- Siswa menggali informasi
- Siswa mengolah informasi
- Siswa mengadakan kerjasama
- Siswa mengambil keputusan
Aspek Entrepreneurship : - Kreatif dan inovatif
- Mampu melihat peluang
- Mempunyai visi dan misi
Dari kegiatan di atas, siswa diharapkan mampu untuk menganalisis materi tentang kondisi di Situs Sangiran serta benda peninggalannya melalui eksplorasi internet, berdiskusi kelompok dalam mengolah informasi tersebut menjadi sebuah laporan atau makalah. Diharapkan juga munculnya awarness/kesadaran terhadap benda/objek peninggalan sejarah disekitar lingkungannya, mampu berinovasi dan kreatif menciptakan suatu kondisi yang menguntungkan dalam memberdayakan potensi yang dimilikinya di sekitar lingkungannya
- Kekurangan dari kegiatan ini, adanya siswa yang pasif karena didominasi oleh siswa yang aktif.
- Kelebihan dari kegiatan ini, siswa lebih responsive ketika melihat tayangan karena dapat melihat deskripsi kondisi di Sangiran, sehingga transformasi materi tidak menjadi abstrak lagi.
Secara praktis implementasi life skill dan jiwa entrepreneurship dapat dilaksanakan di lapangan. Studi Mapel atau Studi Sejarah merupakan salah satu metode yang digunakan agar siswa bisa terlibat langsung dengan situasi sebenarnya. Namun sebelumnya siswa sudah dibekali dengan informasi dan materi mengenai objek yang akan dikunjungi. Di sini siswa bisa melihat secara langsung potensi objek sejarah yang diberdayakan sebagai objek pariwisata dan penelitian.
Sebagai contoh ketika pembahasan materi pembelajaran Peristiwa, peninggalan sejarah,dan monumen peringatan peristiwa bersejarah yang ada di sekitarnya. Siswa bersama kelompoknya ditugaskan untuk membuat laporan hasil penelitian mengenai peristiwa sejarah, peninggalan sejarah atau kisah bersejarah yang ada di sekitar lingkungan tempat tinggalnya. Maka dengan sendirinya siswa akan berusaha mencari informasi berkaitan dengan tugas latihan penelitian tersebut. Namun sebelumnya guru harus menjelaskan terlebih dahulu kompetensi atau kemampuan apa yang ingin dicapai melalui kegiatan tersebut, sehingga siswa juga akan memahami kegiatan yang akan dilaksanakannya. Waktu yang digunakan dalam latihan penelitian tersebut selama dua minggu. Terlepas dari kesempurnaan hasil latihan penelitian tersebut, namun yang paling penting adalah siswa telah memperoleh pelajaran kecakapan hidup dan jiwa entrepreneurship. Siswa telah berusaha menggali informasi (melaksanakan interview) mengolah informasi (menjadi sebuah dokumen/laporan hasil latihan penelitian) dari hasil kreativitas, adanya kerjasama dalam mengolah informasi, mempunyai gagasan mengenai objek yang ditelitinya, dsb. Mereka (siswa) memperoleh kesadaran diri terhadap benda/peninggalan/objek sejarah yang ada di sekitar lingkungannya serta pengalaman hidup baru dengan melaksanakan tugas latihan penelitian tersebut Kemudian muncul juga gagasan mengenai tindak lanjut dari hasil latihan penelitian tersebut, misalnya gagasan mengembangkan daerahnya sebagai daerah objek wisata karena mempunyai potensi yang dapat dikembangkan, gagasan menuliskan potensi sejarah di sekitar daerahnya, penulisan toponim daerahnya sendiri.
Di sinilah nilai kecakapan hidup dan jiwa entrepreneurship dapat ditanamkan oleh seorang guru yang diintegrasikan bersama pembelajaran sejarah. Siswa ikut terlibat dalam proses pembelajaran tersebut. Siswa mendapat pengalaman observasi, interview, dan dokumentasi. Di sisi lain pembelajaran sejarah menjadi lebih bermakna, menarik dan berkesan karena tidak membosankan.
Daerah/objek di sekitar penulis yang dapat dijadikan studi lapangan misalnya:
1. Situs Plawangan
Materi Pembelajaran Tradisi sejarah dalam masyarakat Indonesia masa pra-aksara dan masa aksara
2. Petilasan Sunan Bonang dan Pangeran Sedo Laut
Materi Pembelajaran Pengaruh perkembangan agama dan kebudayaan Islam terhadap masyarakat di berbagai daerah di Indonesia.
3. Museum Kartini, Pendopo Kabupaten, dan Makam Kartini
4. Kota Pelabuhan Kuno di Lasem (Sungai Bagan) dan Kampung Pecinan
Materi Pembelajaran Peristiwa, peninggalan sejarah, dan monumen peringatan peristiwa bersejarah yang ada di sekitarnya.
Alat ukur keberhasilan:
1. Pengamatan (ranah afektif)
2. Portofolio, berdasarkan hasil kerja anak
3. Isian Singkat
Kesimpulan
1) Guru sejarah harus mampu mengubah paradigma pembelajaran sejarah sebagai pembelajaran bermakna, menarik, dan tidak membosankan.
2) Kompetensi guru harus ditingkatkan dalam aspek metode pembelajaran, eksplorasi materi melalui referensi-referensi kesejarahan.
3) Pemahaman aspek skill dan entrepreneurship dapat memudahkan guru untuk membumikannya dalam pembelajaran sejarah.
4) Pengembangan aspek skill dan entrepreneurship lebih diorientasikan pada penanaman sikap mental yang harus dimiliki siswa, sebagai bekal untuk hidup dan kehidupannya.
0 Response to "Implementasi Aspek Skill dan Entrepreneurship dalam Pembelajaran Sejarah "
Post a Comment