Berita Hangat Hari Ini

Faktor Sosial Ekonomi dan Gaya Hidup

Faktor Sosial Ekonomi dan Gaya Hidup.Perubahan pengetahuan, sikap, perilaku dan gaya hidup, pola makan, serta peningkatan pendapatan mempengaruhi pemilihan jenis dan jumlah makanan yang dikonsumsi. Dalam beberapa tahun terakhir menunjukkan bahwa telah terlihat adanya perubahan gaya hidup yang menjurus pada penurunan aktivitas fisik, seperti: berangkat kerja atau ke sekolah dengan naik kendaraan dan kurangnya aktifitas bermain/berolahraga dan berekreasi dengan teman serta lingkungan rumah atau yang tidak memungkinkan anak-anak bermain di luar rumah, menyebabkan anak lebih senang bermain komputer/games, play station, nonton TV atau video dibanding melakukan aktifitas fisik atau olahraga. Selain itu juga meningkatnya jumlah pendapatan dan perubahan status sosial ekonomi serta gaya hidup modern serta ketersediaan dan harga dari makanan junk food (makanan cepat saji) yang mudah di dapat dan terjangkau harganya akan berisiko menimbulkan terjadinya obesitas menjadi lebih tinggi. 

DAMPAK TERJADINYA KEGEMUKAN (OBESITAS) 

Menurut Budiyanto (2002: 22), kegemukan (obesitas) dapat menimbulkan terjadinya berbagai macam jenis penyakit yang serius, antara lain: 

1. Diabetes Militus (DM), 

2. Hipertensi (Darah tinggi) dan Stroke 

3. Ganguan Ortopedik 

4. Jantung 

5. Coronary Artery Disease 

6. Ginjal 

7. Gallbladder Disorders dan bahkan risiko kematian. 

GERAK DASAR DAN AKTIFITAS JASMANI 

Bergerak dan bermain bagi anak-anak terutama yang masih berusia dini merupakan sebuah pekerjaan dan menjadi kebutuhan paling utama dalam kehidupannya. Pertumbuhan dan perkembangan gerak dasar sangat identik dengan domain ranah psikomotorik dari aspek jasmaniah yang memberikan sumbangan yang sangat besar terhadap perkembangan ranah kognitif (kecerdasan intelektual/IQ) dan ranah afektif (sikap). Konsep gerak dasar sangat erat hubungannya dengan ketrampilan yang harus dimiliki atau dikuasai oleh anak-anak sebagai dasar untuk melakukan aktivitas yang lebih rumit dan kompleks. 

Menurut pendapat dari Mutohir dan Gusril (2004: 26-28), gerak dasar utama merupakan pola gerak yang inherent yang membentuk dasar untuk gerak-gerak terampil yang kompleks dan khas. Gerak dasar inherent tersebut mencakup tiga hal yaitu: 

1. Keterampilan gerak dasar lokomotor, yaitu perilaku gerak yang mengubah atau berpindah dari satu tempat ke tempat lain. Contoh gerak dasar lokomotor tersebut meliputi: merayap, merangkak, meluncur, berjalan, berlari, melompat, meloncat, berguling, dan memanjat. 

2. Ketrampilan gerak dasar nonlokomotor, yaitu perilaku gerak yang melibatkan anggota badan atau bagian togok di dalam gerak yang mengitari sendi atau poros tetapi posisi badan tetap berada satu tempat dan melakukan pola gerak yang dinamis. Contoh gerak dasar nonlokomotor tersebut meliputi: menarik, mendorong, mengayun, menghentikan, mengulur, menekuk, meliuk, dan memutar. 

3. Ketrampilan gerak dasar manipulatif, yaitu perilaku gerak yang digambarkan dan mengkombinasikan gerak-gerak dari tangan, mata (visual), dan kaki, serta kadang-kadang dengan modalitas sentuhan (tactile modality) yang dilakukan secara terkoordinir. Contoh gerak dasar manipulatif tersebut meliputi: menendang, menangkap, mengeblok, memukul, dan menggenggam. 



Aktivitas jasmani adalah segala bentuk gerak yang dilakukan oleh manusia yang menggunakan atau melibatkan sekelompok otot tertentu untuk mencapai tujuan tertentu, J. Matakupan, (1995: 32). Melalui aktivitas jasmani yang dilakukan oleh seorang anak, anak akan mendapatkan banyak pengalaman gerak, kebugaran jasmani, mengenal jati diri dan lingkungannya. Selain itu melalui gerak atau aktivitas jasmani yang dilakukan oleh anak juga dapat memberikan manfaat lain, yaitu untuk mencegah terjadinya kegemukan (obesitas). Anak yang malas bergerak atau beraktivitas jasmani akan cenderung lebih cepat mengalami kegemukan. Bermain atau beraktivitas jasmani selain untuk rekreasi dan menyalurkan hobi, beraktivitas jasmani juga dapat digunakan sebagai sarana untuk menyalurkan kelebihan energi, meningkatkan pengalaman gerak dan memperhalus keterampilan atau teknik selain itu juga dapat membakar timbunan lemak dalam tubuh. 

Masa kanak-kanak adalah masa yang paling krusial dalam proses tumbuh kembangnya, baik secara fisik, psikis maupun sosial. Anak harus dilatih dan berikan banyak pengalaman dan penguasaan gerak dasar yang bermanfaat bagi dirinya di masa yang akan datang. Pengalaman dan penguasaan gerak yang dikuasai oleh anak sejak masa kanak-kanak akan dibawanya ketahap selanjutnya untuk berkompetisi dan mempertahankan hidup. Pengalaman atau penguasaan gerak dapat diperoleh anak melalui orangtua, guru, pelatih, teman atau lingkungan (secara otodidak). Orangtua atau keluarga merupakan pelaku awal yang terbaik yang memberikan, mengajarkan dan melatihkan banyak pengalaman dan penguasaan gerak sebagai pondasi atau dasar gerak selanjutnya. Seorang anak yang malas bergerak atau beraktivitas jasmani akan beresiko/rentan terhadap kegemukan begitu juga sebaliknya anak yang mengalami kegemukan juga cenderung malas bergerak/beraktivitas jasmani. Anak yang mengalami kegemukan akan cenderung malas beraktivitas jasmani/bergerak (manja) sehingga dapat berakibat pada kurangnya pengalaman gerak, tingkat penguasaan keterampilan gerak dasarnya menjadi terhambat dan juga tingkat kebugaran jasmaninya akan relatif kurang baik. 

Gerak atau aktivitas jasmani yang disarankan untuk menjaga kebugaran jasmani bagi anak adalah minimal tiga kali dalam satu Minggu dengan durasi waktu 60-90 menit dengan intensitas sedang. Melalui aktivitas jasmani yang terukur ini diharapkan dapat membantu menjaga kebugaran jasmani dan membantu penyaluran tenaga serta pembakaran lemak sehingga dapat mencegah terjadinya kegemukan, (Djoko Pekik Irianto: 2000: 22).

Subscribe to receive free email updates:

Related Posts :

0 Response to "Faktor Sosial Ekonomi dan Gaya Hidup"

Post a Comment