Berita Hangat Hari Ini

PERANCANGAN SISTEM PEMBELAJARAN BERBASIS WEB

DENGAN MENGGUNAKAN PENDEKATAN MODEL COOPERATIVE LEARNING (CL) 


1. Pendahuluan 


Perkembangan internet dalam beberapa tahun terakhir ini memungkinkan dunia pendidikan saat ini untuk memanfaatkan teknologi internet dalam proses pembelajaran, Sekolah Menengah Kejuruan (SMK)dalam upaya meningkatkan mutu dan layanan pendidikan guna menghasilkan lulusan yang berkualitas dan terserap dalam dunia usaha/dunia industri (DU/DI), diperlukan peningkatan kualitas dan kuantitas dari sarana dan prasarana serta pengajar, tetapi peningkatan jumlah sarana dan pengajar tidak sebanding dengan pertumbuhan jumlah pelajar ehingga waktu dan tenaga yang dialokasikan oleh pengajar kepada pelajarnya semakin terbatas[22], secara otomatis peningkatan kualitas pendidikan yang diharapkan tidak akan tercapai. Kurangnya interaksi antara pengajar dan pelajar serta keterbatasan ruang dan waktu menjadi kendala utama. Untuk itu perlu ada metoda lain yang dapat menangani kondisi tadi. Salah satunya sistem pembelajaran atau dengan menggunakan teknologi internet. Proses pembelajaran dengan menggunakan teknologi internet tetap mengacu kurikulum SMK yang berlaku saat ini. Salah satu unsur utama yang harus ada dalam pembelajaran menggunakan internet adalah adanya interaksi antara siswa dengan guru. 

Interaksi dapat berlangsung dengan memanfaatkan fasilitas yang ada di internet, tetapi sistem dan pembelajaran yang digunakan umumnya masih mengacu pada sistem pembelajaran dengan model pembelajaran yang berpusat pada pengajar/guru (teacher centered learning) yang lebih bersifat searah seperti pada sistem pembelajaran tatap muka dikelas, sehingga siswa kurang dipacu untuk lebih aktif menggali materi pelajaran yang ada, selain itu di SMK saat ini, model pembelajaran yang digunakan oleh para guru umumnya masih banyak menggunakan model pembelajaran kompetisi dan individual untuk memacu para siswanya dalam proses pembelajaran sehingga para siswa akan saling bersaing dan saling mengalahkan teman. Disatu sisi ini hal ini sangat posistif sehingga siswa terpacu menjadi yang terbaik, namun sisi negatifnya adalah siswa tidak mempunyai social skill dan kurang dapat menghargai perbedaan antar siswa serta toleransi, sementara siswa SMK yang setelah lulus dipersiapkan untuk memasuki dunia kerja, dimana dalam dunia kerja tidak hanya dituntut kemampuan “hard skill” saja tetapi perlu juga “soft skill” seperti kemampuan bekerjasama dalam tim dan berkomunikasi. Sehingga perlu kiranya dirancang sistem pembelajaran berbasis web yang memasukan unsur-unsur model cooperative learning. 


2. Tinjauan E-Learning 


2.1 Pengertian e-learning 


Banyak pakar yang menguraikan definisi e-learning dari berbagai sudut pandang. Definisi yang sering digunakan banyak pihak adalah sebagai berikut. 


a. E-learning merupakan suatu jenis belajar mengajar yang memungkinkan tersampaikannya bahan ajar ke siswa dengan menggunakan media internet, intranet atau media jaringan komputer lain [Hartley, 2001]. 


b. E-learning adalah sistem pendidikan yang menggunakan aplikasi elektronik untuk mendukung belajar mengajar dengan media internet, jaringan komputer, maupun komputer standalone [LearnFrame.Com, 2001]. 


Dari definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa sistem atau konsep pendidikan yang memanfaatkan teknologi informasi dalam proses belajar mengajar dapat disebut sebagai suatu e-learning. 


Keuntungan menggunakan e-learning diantaranya : 


· menghemat waktu proses belajar mengajar, 


· mengurangi biaya perjalanan, 


· menghemat biaya pendidikan secara keseluruhan (infrastruktur, peralatan, buku), 


· menjangkau wilayah geografis yang lebih luas, 


· melatih pelajar lebih mandiri dalam mendapatkan ilmu pengetahuan. 






2.2 Manfaat Internet sebagai Media Pendidikan 


Teknologi internet hadir sebagai media yang multifungsi. Komunikasi melalui internet dapat dilakukan secara interpersonal (misalnya e-mail dan chatting) atau secara masal, yang dikenal one to many communication (misalnya mailing list). Internet juga mampu hadir secara real time audio visual seperti pada metoda konvensional dengan adanya aplikasi teleconference. 


Berdasarkan hal tersebut, maka internet sebagai media pendidikan mampu menghadapkan karakteristik yang khas, yaitu 


a. sebagai media interpersonal dan massa, 


b. bersifat interaktif, 


c. memungkinkan komunikasi secara sinkron maupun asinkron. 


Karakteristik ini memungkinkan pelajar melakukan komunikasi dengan sumber ilmu secara lebih luas bila dibandingkan dengan hanya menggunakan media konvensional. 


Teknologi internet menunjang pelajar yang mengalami keterbatasan ruang dan waktu untuk tetap dapat menikmati pendidikan. Metoda talk dan chalk, ”nyantri”, ”usrah” dapat dimodifikasi dalam bentuk komunikasi melalui e-mail, mailing list, dan chatting. Mailing list dapat dianalogikan dengan ”usrah”, dimana pakar akan berdiskusi bersama anggota mailing list. Metoda ini mampu menghilangkan jarak antara pakar dengan pelajar. Suasana yang hangat dan non formal pada mailing list ternyata menjadi cara pembelajaran yang efektif seperti pada metoda ”usrah”. Berikut adalah beberapa manfaat penggunaan teknologi informasi : 


• arus informasi tetap mengalir setiap waktu tanpa ada batasan waktu dan tempat; 


• kemudahan mendapatkan resource yang lengkap, 


• aktifitas pembelajaran pelajar meningkat, 


• daya tampung meningkat, 


• adanya standardisasi pembelajaran, 


• meningkatkan learning outcomes baik kuantitas/kualitas. 


Berdasarkan uraian di atas, dapat dikatakan bahwa internet bukanlah pengganti sistem pendidikan. Kehadiran internet lebih bersifat sebagai pelengkap. Metoda konvensional tetap diperlukan, hanya saja dapat dimodifikasi ke bentuk lain. Metoda talk dan chalk dimodifikasi menjadi online conference. Metoda ”nyantri” dan ”usrah” mengalami modifikasi menjadi diskusi melalui mailing list. 






3. Konsep Cooperative Learning 


Cooperative learning (CL) merupakan strategi belajar dengan sejumlah siswa sebagai anggota kelompok kecil yang tingkat kemampuannya berbeda. Dalam menyelesaikan tugas kelompoknya, setiap siswa anggota kelompok harus saling bekerja sama dan saling membantu untuk memahami materi pelajaran. Dalam CL, belajar dikatakan belum selesai jika salah satu teman dalam kelompok belum menguasai bahan pelajaran. Unsur-unsur dasar dalam CL adalah sebagai berikut[15]. 


a. Para siswa harus memiliki tanggungjawab terhadap siswa atau peserta didik lain dalam kelompoknya, selain tanggungjawab terhadap diri sendiri dalam mempelajari materi yang dihadapi. 


b. Para siswa harus berpandangan bahwa mereka semua memiliki tujuan yang sama. 


c. Para siswa membagi tugas dan berbagi tanggungjawab di antara para anggota kelompok. 


d. Para siswa diberikan satu evaluasi atau penghargaan yang akan ikut berpengaruh terhadap evaluasi kelompok. 


e. Para siswa berbagi kepemimpinan sementara mereka memperoleh keterampilan bekerja sama selama belajar. 


f. Setiap siswa akan diminta mempertanggungjawabkan secara individual materi yang ditangani dalam kelompok kooperatif. 


3.1 Tujuan cooperative learning 


Model CL dikembangkan untuk mencapai setidak-tidaknya tiga tujuan pembelajaran penting sebagai berikut. 


a. Prestasi akademik. 


b. Penerimaan terhadap perbedaan individu. 


c. Pengembangan keterampilan sosial. 


3.2 Prinsip-Prinsip Cooperative Learning 


a. Prinsip ketergantungan positif (positive interdependence). 


b. Tanggung jawab perseorangan (individual accountability). 


c. Interaksi tatap muka (face to face promotion interaction). 


d. Partisipasi dan komunikasi (participation communication). 


3.3 Langkah-langkah cooperative learning 


Langkah-langkah atau mekanisme untuk pembelajaran dengan model CL menurut David Horsnby dapat dijelaskan dengan gambar berikut. 

3.4 Pendekatan dalam Cooperative Learning 


Walaupun prinsip dasar CL tidak berubah, terdapat beberapa variasi dari model tersebut. Ada empat pendekatan CL[2]. Di sini akan diuraikan secara ringkas masing-masing pendekatan tersebut. 


a. Student Teams Achievement Division (STAD). 


b. Investigasi kelompok. 


c. Pendekatan struktural. 


d. Jigsaw. 

3.5 Cooperative Learning Tipe Jigsaw 


CL tipe jigsaw adalah suatu tipe CL yang terdiri dari beberapa anggota dalam satu kelompok yang bertanggung jawab atas penguasaan bagian materi belajar dan mampu mengajarkan bagian tersebut kepada anggota lain dalam kelompoknya[2]. 


Pada model CL tipe jigsaw, terdapat home group dan focus group. Home group, yaitu kelompok induk siswa yang beranggotakan siswa dengan kemampuan, asal, dan latar belakang yang beragam. Focus group, yaitu kelompok siswa dari anggota home group berbeda yang ditugaskan untuk mempelajari dan mendalami topik tertentu dan menyelesaikan tugas-tugas yang berhubungan dengan topiknya untuk kemudian dijelaskan kepada anggota home groupnya. Hubungan antara home group dan focus group digambarkan sebagai berikut[1]. 


3.6 Peran Siswa dalam Cooperative Learning 


Dalam CL siswa mempunyai berperan dalam proses pembelajaran sebagai berikut. 


a. Merencanakan. 


b. Menerangkan. 


c. Bertanya. 


d. Mengkritik. 


e. Merangkum.. 


f. Mencatat. 


g. Penengah. 


3.7 Peran Pengajar dalam Cooperative Learning 


Pengajar dalam metoda pembelajaran kooperatif tidak lagi memberikan ceramah didepan kelas, tapi dapat memiliki berbagai peran sebagai berikut. 


a. Fasilitator. 


b. Model. 


c. Pelatih (coach). 






3.8 Keunggulan Cooperative Learning. 


Keunggulan CL sebagai suatu strategi pembelajaran di antaranya: 


a. melalui CL siswa tidak terlalu menggantungkan pada guru, akan tetapi dapat menambah kepercayaan kemampuan berpikir sendiri, menemukan informasi dari berbagai sumber dan belajar dari siswa yang lain, 


b. dapat mengembangkan kemampuan mengungkapkan ide atau gagasan dengan kata-kata secara verbal dan membanding-kannya dengan ide-ide orang lain, 


c. dapat membantu anak untuk respek pada orang lain dan menyadari akan segala keterbatasannya serta menerima segala perbedaan, 


d. dapat membantu memberdayakan seriap siswa untuk lebih bertanggung jawab dalam belajar, 


e. CL merupakan suatu strategi yang cukup ampuh untuk meningkatkan prestasi akademik sekaligus kemampuan sosial, termasuk mengembangkan rasa harga diri, hubungan interper­sonal yang positif dengan yang lain, mengembangkan keterampilan mengatur waktu, dan sikap positif terhadap sekolah, 


f. dapat mengembangkan kemampuan siswa untuk menguji ide dan pemahamannya sendiri, menerima umpan balik. Siswa dapat berpraktik memecahkan masalah tanpa takut membuat kesalahan, karena keputusan yang dibuat adalah tang-gung jawab kelompoknya, 


g. dapat meningkatkan kemampuan siswa menggunakan informasi dan kemampuan belajar abstrak menjadi nyata, 


h. interaksi selama kooperatif berlangsung dapat meningkatkan motivasi dan memberikan rangsangan untuk berpikir. Hal ini berguna untuk proses pendidikan jangka panjang. 






4.Analisis Dan Perancangan Sistem 


4.1 Deskripsi Desain Pembelajaran berbasis Web Model CL 


Berdasarkan kegiatan pengajar dan pelajar dalam pendekatan CL, maka CL yang akan dibuat di dalam lingkungan web terbagi dalam enam fase tahapan yakni : 
menyampaikan tujuan, 
menyajikan informasi, 
mengorganisasikan siswa dalam kelompok-kelompok, 
pelaksanaan pembelajaran, 
presentasi, refleksi dan publikasi, 
penilaian dan evaluasi. 






4.1.2 Desain Perangkat CL 


Untuk mengimplementasikan CL di dalam lingkungan web dibutuhkan pembangunan dan pengembangan beberapa perangkat yang mendukung. Berikut gambaran umum dari kriteria perangkat yang dibutuhkan. 


· Dapat mendukung aktifitas semua aktor yang berhubungan dengan pembelajaran model CL (pengajar, pelajar, teman, admin). 


· Dapat digunakan untuk semua metoda pembelajaran model CL. 


· Dapat menggunakan jaringan intranet maupun internet. 


· Dapat digunakan untuk pembelajaran lokal maupun jarak jauh. 


· Dapat digunakan untuk berbagai mata pelajaran. 


4.2 Analisis Kebutuhan 


Berikut deskripsi dan analisis dari desain sistem pembelajaran berbasis web untuk mendukung proses pembelajaran dengan pendekatan CL. 






4.2.1 Peran SDM 


Orang yang terkait dengan pembelajaran dan perannya dalam kegiatan pembelajaran ini ditunjukkan pada Tabel 4.1. 


Tabel 4.1 Peran orang yang terkait dengan sistem. 




Orang Terkait 


Peran 




Pelajar 


§ Mengikuti pembelajaran model CL 


§ Mencari/mempelajari sumber/materi belajar yg sesuai 


§ Mencari sumber informasi 


§ Mengajukan pertanyaan 


§ Berkolaborasi di dalam kelompok 


§ Aktif dalam diskusi 


§ Saling berhubungan dengan pelajar lain baik face-to-face maupun melalui e-mail 


§ Berkomunikasi dengan pengajar atau praktisi berpengalaman dibidang yang sesuai. 




Pengajar 


§ Merencanakan pembelajaran 


§ Mengatur sumber belajar dan situs terkait 


§ Menampilkan dan memperbaharui informasi pembelajaran 


§ Memunculkan topik diskusi 


§ Melayani koreksi (baik face-to-face atau melalui e-mail) 


§ Memberikan saran kepada pelajar 


§ Menilai pelajar 


§ Memantau kemajuan pelajar 


§ Membuat dan mengatur kelompok 




Admin 


§ Menata fasilitas pembelajaran 


§ Menata data user 


§ Melayani bantuan teknis 








Desain ini memperkaya cara mengajar dimana pelajar sebagai pusat (student centered learning), peran di atas didasarkan pada teori kognitif yang menekankan aktifitas eksplorasi secara aktif, konstruktif dalam pemecahan masalah. Pelajar diharapkan mencari dan memilih informasi yang tersedia sesuai dengan langkahnya sendiri, menurut kebutuhan dan pilihannya sendiri. Pengajar hanya sebagai fasilitator dan pemandu dalam proses belajar. 






4.3 Pemodelan Sistem 


4.3.1 Use case dan Diagram Use case 


a. Use case dan Aktor 


Untuk menjelaskan use case dan aktor yang terkait dengan sistem ini, dipertimbangkan peran dan fungsi yang telah diuraikan di atas. Berikut skenario dari proses pembelajaran berbasis web ini. 


§ Pelajar harus mendaftarkan informasi lengkap ke dalam sistem, dan profil belajarnya untuk mengikuti kegiatan pembelajaran. Juga harus mengikuti petunjuk dan prosedur kegiatan pembelajaran, membuat jadwal dan mengerjakan tugas, menjawab pertanyaan, membuat laporan atau presentasi, dan mengerjakan aktifitas lain yang mendukung proses pembelajaran sesuai acuan pengajar. 


§ Pengajar bertanggungjawab dalam membuat kerangka pembelajaran dari mata pelajaran yang menjadi tanggung jawabnya , resource terkait, catatan penting, dan format evaluasi, membuat jawaban yang diminta oleh pelajar, menampilkan hasilnya dan menilai tugas dan laporan pelajar. Memeriksa kesesuaian antara pengerjaan tugas dengan jadwal yang telah ditetapkan sebelumnya. 


§ Admin diberikan wewenang yang tinggi dalam membuat kelas, menambahkan pengajar dan pelajar baru ke database, mendaftarkan mata pelajaran tertentu, mengatur daftar pelajar untuk mata pelajaran tertentu dan daftar mata pelajaran yang ditangani pengajar tertentu. 






b. Diagram Use case 






Gambar 4.1. Diagram use case sistem. 


4.3.2 Diagram Aktifitas 


Diagram aktifitas menggambarkan berbagai alir aktifitas dalam sistem yang sedang dirancang, bagaimana masing-masing alir berawal, keputusan yang mungkin terjadi, dan bagaimana berakhir. Suatu aktifitas dapat direalisasikan oleh satu use case atau lebih, aktifitas menggambarkan proses yang sedang berjalan, sedangkan use case menggambarkan bagaimana aktor menggunakan sistem untuk melakukan aktifitas. Contoh diagram aktifitas dapat dilihat sebagai berikut. 


4.3.3 Diagram Kelas 


Kelas adalah sebuah spesifikasi yang jika diinstansiasi akan menghasilkan sebuah obyek dan merupakan inti dari pengembangan dan desain berorientasi obyek. Kelas menggambarkan keadaan (atribut/property) suatu sistem, sekaligus menawarkan layanan untuk memanipulasi keadaan tersebut (metoda/fungsi). 


a. Diagram kelas untuk use case login. 




4.3.4 Diagram Sequence 


Diagram sequence biasa digunakan untuk menggambarkan skenario atau rangkaian langkah yang dilakukan sebagai respons dari sebuah event untuk menghasilkan keluaran tertentu. Diawali dari apa yang memicu aktifitas tersebut, proses dan perubahan apa saja yang terjadi secara internal dan keluaran apa yang dihasilkan. Contoh diagram sequence pada desain e-learning ini dapat dilihat sebagai berikut. 










5. Implementasi Dan Pengujian Sistem 


Pada tahapan ini aplikasi sistem pembelajaran berbasis web model CL diimplementasikan berdasarkan pada rancangan yag telah dilakukan pada tahapan sebelumnya. Prototipe aplikasi ini dirancang dan diimplementasikan pada intranet pada SMK Negeri 25 Jakarta. 






5.1 Modul Permulaan 


Ketika situs pembelajaran dibuka, pengguna akan dihadapkan pada informasi awal kategori mata pelajaran yang tersedia dan info lainnya, juga disediakan form login bagi yang sudah terdaftar dan pilihan pendaftaran bagi yang belum terdaftar. 




5.2 Modul Pengembangan 


Di dalam model pengembangan pelajar dapat menggunakan web untuk berkomunikasi dengan anggota kelompoknya sesuai model pembelajaran CL, selain itu siswa dapat berkomunikasi dengan para ahli/praktisi yang memiliki pengalaman dan pengetahuan yang sesuai dengan topik pelajaran, dan dengan menggunakan e-mail, chat room, atau forum untuk melakukan komunikasi dengan orang lain baik secara individu ataupun kelompok. 














Gambar 5.2 Komunikasi antara pelajar/pengajar 






Dalam forum diskusi tersebut pelajar dapat saling berbagi pengetahuan yang dimilikinya dengan anggota kelompok lain yang membahas/mempelajari topik yang sama (focus group), pelajar bertanggung jawab atas bagian dari tugas kelompok yang diberikan kepadanya, sehingga melalui proses sharing informasi tersebut pelajar dapat memahami materi pelajaran secara utuh dan berkewajiban menjelaskan kepada kelompok asalnya (home group). Proses selanjutnya adalah menyusun dan mengumpulkan tugas baik kelompok maupun individu ke dalam sebuah dokumen dalam format yang disepakati (ms.word, pdf, HTML), sehingga proses pengumpulan tugas dapat dilakukan dengan meng-upload file tersebut. 




5.3 Modul Pelengkap 


Pada modul ini dimaksudkan agar pelajar dapat mengerjakan latihan/kuis untuk memberikan gambaran sejauhmana penguasaan materi yang telah dikuasainya. Setelah mengerjakan kuis pelajar dapat langsung melihat hasilnya, soal yang diberikan oleh pengajar ditampilkan secara acak dan mempunyai batasan waktu dalam pengerjaan ujian (tanggal aktifasi latihan, maksimum pengulangan yang diizinkan dan durasi pengerjaan latihan). Pengajar dapat melihat kemajuan atau aktifitas yang dilakukan pelajar melalui alur pembelajar yang dapat dilihat oleh setiap pengajar sebagai penanggung jawab matapelajaran. 




5.4 Hasil pengolahan data kuisioner. 


Dari kuisioner yang disebarkan kepada responden, setelah menggunakan aplikasi pembelajaran berbasis web dengan model Cl diperoleh hasil sebagaimana ditunjukan grafik berikut. 






Gambar 5.5 Grafik hasil kuisioner penelitian 


Berdasarkan hasil kuisioner bagian A dan B, diperoleh nilai rata-rata jawaban dari responden diatas 3 (skala 5), dapat disimpulkan penerapan model pembelajaran berbasis web dengan menggunakan cooperative learning membawa dampak positif untuk proses pembelajaran baik dari sisi akademik maupun dari sisi soft skill. 

Subscribe to receive free email updates:

Related Posts :

0 Response to "PERANCANGAN SISTEM PEMBELAJARAN BERBASIS WEB "

Post a Comment